ROMIO OR ROMEO [09]
Sedari tadi gue menggigiti bibir sendiri, tanda kalau gue lagi gak tau harus gimana. Pikiran gue kalut, tambah kalut lagi gara-gara cipa yang ngechat gue. Tapi, cipa yang ini bukan cipa yang biasanya. Itu yang bikin gue kalut. Dia bisa begitu bahaya kalo dah serius kek gini.
Cipa : yaya, lo tau siapa 'ratu malam' ?
Gue : gak tau tuh, mang siape?
Cipa : gue denger-denger sih anak SAGA, sekelas lagi ma kita
Gue : lah-iya? Kok gue baru tahu.
Cipa : gue juga baru tau pas gue dikasih tau ma dapid oppa
Gue : laah-berarti dapid tauk dong? Siapa-siapa?
Cipa : gue kenal deket, SAHABAT MALAH!
Gue : LAHH! Kan shbt lo cm gue, mina, eca. Siapa? Mina? Eca? Kok mereka bisa-bisa nya gak cerita sih?
Cipa : lo
Gue : gue? Gue apa?
Cipa : lo! please deh stop boong gk capek lo?
Cipa : susah ya buat cerita sama kita2
Cipa : kl dapid oppa gk kasih tau gue, lo mungkin gak akan bakal kasih tau selama-lamanya.
Cipa : gk enak tau dpt berita gini dr org lain. Padahal lo sahabat gue sendiri.
Cipa : gue jd ngerasa gak guna buat lo sedangkan selama ini lo selalu ada dan ngebantu gue.
Cipa : knp nyembunyiin?
Offline
Ya, itu yang bikin gue gak tenang. Saking gue kagetnya gue langsung offline bahkan gue langsung lempar hape gue ke bathtub yang dah gue isi air buat mandi. Tengah malem gini gue mandi.
Eumm, sebenernya emang tiap malem gue mandi jam segitu. Gue itu insomnia. Setiap hari jam tidur gue Cuma empat jam-an sebenernya sih gak teratur. Tidur malam gue dari jam satuan sampe jam tigaan. Dan kalo pulang sekolah biasanya gue tidur satu jam-an. Jadi yaa kira-kira empat jam total jam tidur gue. Sabtu dan minggu juga gak kerasa kayak libur karena diisi belajar-belajar-belajar.
Di tiap malam gue kesepian. Sedari dulu daddy bilang gini ke gue "kamu tak dibolehkan berangkat kesekolah jika malam nya kamu tak belajar hingga jam sebelas. Ini agar kamu tak melalaikan pelajaran. Semakin cepat kamu mengerti semakin cepat kamu bisa tidur".
Hahaha, inget dulu disaat gue jam satu malam masih berkutat dengan tumpukan buku-buku yang tak dimengerti oleh umur gue yang baru menginjak delapan tahun. Sedari gue umur lima tahun gue selalu dipaksakan untuk membiasakan tidur di tengah malam.
Kadang gue iri sama temen-temen gue yang selalu disuruh gini sama orang tuanya
"tidur siang nak".
"cepet tidur sayang, dah jam Sembilan malam".
"nak, lagi ngerjain apa? Udah kemaleman loh ini".
Harusnya mereka bersyukur dan nurut sama apa yang disuruh orang tua mereka buat cepet-cepet istirahat. Kalau gue ada di posisi mereka gue udah dengan patuh nya menuruti. Tapi, Kenapa? mereka malah ngebantah disaat banyak diluaran sana orang yang gak seberuntung mereka. kek gue? Misalnya.
Gue sekalipun gak pernah denger kata-kata itu keluar dari bibir daddy dan bunda selama gue hidup delapan belas tahun. Tapi yang keluar itu selalu seperti ini
"selesaikan sampai tengah malam".
"bunda mau kamu belajar lebih lama biar semakin pinter".
"kamu tidur nya jam satuan ya, bunda liat ada halaman yang kelewat".
"ini gak kamu isi semua, jam satuan harus bener semua ya".
Kadang gue juga sempat ketiduran
----PLAKKK—PLAKKK---
"SAYA BILANG! KAMU GAK DIIZINKAN TIDUR JIKALAU SUDAH MENYELESAIKAN SEMUA YANG SAYA TUGASKAN!"
Tamparan di pipi gue yang dulu nya dirasa sakit, juga rasa perih nan kebas itu udah jadi hal yang tabu dan tak lagi terasa apa-apa. Gue hidup sampai sekarang itu di selingi tamparan, pukulan, dan umpatan yang saking sering nya buat itu jadi hal yang seolah-olah juga hidup bareng gue.
Semua rasa sakit itu bikin gue hidup dengan mental yang entah bisa dibilang sehat atau enggak. Tapi, gue bisa bilang 'makasih' untuk daddy dan bunda yang bikin gue jadi cewek kuat yang gak mudah untuk nangis atau mengeluh dengan apa yang orang 'jahat' diluaran sana lakuin sama gue. Atau apa yang dilakuin orang 'jahat' yang dekat dengan gue juga.
Brubbbbbbb----brubbbbb—bbbburububb
Gue tersentak saat ada suara itu di dalam bathtub yang gue sekarang pake. Tangan gue meraba-raba dasar bathub, sampai gue merasakan benda persegi panjang yang pas gue angkat keatas benda itu sudah dipenuhi busa.
Entah gue harus bersyukur atau enggak karena nyatanya benda yang awalnya gue mau buat rusak sampe mati itu nyatanya baik-baik aja. Gue sebelumnya melupakan fakta kalau benda dengan tiga kamera juga berlogo apel digigit itu waterproof.
How-how you like that!---you don't like that!-that---
Hufttttt-gue menghela nafas dahulu saat melihat nama panggilan yang tertera dilayar berbusa itu 'cipa'. Kemudian mengangkat panggilan itu dengan berat hati berat jari.
"ALYA HADDICT! LO KENAPA GAK JAWAB CHAT GUE, OWHH WAEE—WAEE YAYA JINNJA PABO-YA![1] GUE ADA DIRUMAH LO PABO! LO KEMANA? LO KABUR MAIN SENAKNYA AJA! CEPET BALIK LO SINI!"
"I—iya cipa tar gue balik tap---
"---GAK ADA BUT-BUT AN. GUE PANGGIL BANG JIDI SAMA SIWON SEKALIAN NIHH BUAT BAKAR RUMAH LO KALO LO GAK LANGSUNG KEMARI!".
"i—iya tapi cipa gue lag---
Tuuttt—tuttt-tuttt
Sialan main dimatiin gitu aja ma dia! Gini nih kalau cipa lagi serius atau marah, dia gak bisa dibantah. kalo gak nurutin siap-siap aja sama resikonya. Apalagi serem ancemannya. Bakar rumah oy!
Dia itu nekat-an anaknya sebelas dua belas sama eca. Bedanya cuman eca yang gak bakal segan-segan nerjang orang yang ngelawan dia dan gak pandang bulu juga. 'intinya tuh orang balik-balik harus bonyok lah minimal. Atau boleh juga patah kaki, eumm tangan juga boleh!', gitu kata eca. Gila emang!.
Dengan buru-buru gue mengunci pintu apart dengan key card, setengah berlari gue menuju lift.
BRUKKKK---
"SIALAN---SIAPA SI---" kami saling menatap jijik masing-masing. Entah takdir apa ini? Bisa-bisa nya bikin gue sama cowok itu tabrakan tuk kedua kalinya. Asem banget. asli! Tapi, yang lebih asem nya lagi kenapa tadi di arena balap gue seenaknya bilang buat ngajarin dia lagi! Sialan! Tapi, gue itu bukan tipe cewek yang bakal ngingkarin apa yang udah gue bilang. So, gue harus tanggung jawab sama apa yang gue katakan meski gue sekarang ini nyesel pake banget!.
"LAHHH! ELO LAGIII!!" Keserempak-an tadi gak bisa dibilang romantis sama sekali. Bahkan bukan hawa pink-pink yang biasa dipakai background orang yang sedang jatuh cinta yang bermekaran tapi hawa hitam yang malah bermekaran.
"cih! Sial banget gue" gue melotot. Tuh cowok gak ada otak apa? Yaa gue kalik yang sial!.
"lo tuh cewek yang nabrak gue di café waktu itu kan? Yang tadi di balapan juga?" cowok itu mengacungkan jari telunjuknya tepat di depan hidung alya.
"heh! Itu lo yang nabrak gue ya". jelas alya gak terima dibilang dia yang nabrak padahal cowok itu yang nabrak dia.
Cowok itu menahan kepalan tangan nya geram, ini lah yang menjadi alasan mengapa ia begitu tidak suka dengan kaum 'betina' yang selalu tak mau kalah "oke! Gue yang nabrak! Udah selesai?!".
Alya mengangguk-nganggukan kepalanya dengan sorot sombong "nah gitu kan enak! jadi cowok itu harus mau mengakui kesalahan nya".
"serah!" cowok itu Lelah, muak juga. Baginya cewek tadi itu gak jelas.
Alya menarik kaus hitam yang digunakan cowok itu. Menahan cowok itu pergi tanpa kejelasan, cih! Kejelasan katanya hahaha! Sepertinya cowok itu belum mengganti pakaian nya sedari bertemu di arena balapan.
Cowok itu merasaa badan nya yang tertahan tuk melangkah saat ia melirik kebelakang ia melihat cewek yang betabrakan dengan nya tadi itu menarik baju nyaa. Huftttt "apa lagiii?". ia berujar Lelah.
"maaf soal bonyok di muka lo yaa, bye!" ia menaikan sebelah alis tebal hitam kecoklatan nya. cewek itu main lari begitu saja. Tapi ia tak memikirkan itu lebih jauh lagi.
Sembari meraba-raba pipi nya yang merah—bukan karena blushing atau baper---bukan, tolong bahkan tuh baper-baperan tak jelas saja cowok itu tak mau. Dibilang juga ia tak suka kaum 'betina'—Eeh!—bu-bukan berarti cowok itu suka dengan kaum jantan!. Dia seratus persen masih berada pada jalur yang benar!, belum belok!.
Ekmmm—atau, faktor tak pernah jatuh cinta. Ahh entahlah
Merah dipipinya itu mungkin lebih terlihat 'ungu-ungu biru' sudah sedikit berdarah ditambah bengkak lagi. Jujur tendangan cewek itu sangat bar-bar dan tak main-main.
Setaunya kaum 'betina' itu hanya bisa menangis-dan menangis bukannya menyelesaikan masalah tapi malah menangis. Dan menurutnya 'betina' itu hanya bisa memelas kasih, memelas simpatik untuk menjerat lawan jenis setelah memanfaat kan nya langsung meninggalkan. Makanya ia berusaha keras tuk tak terjatuh pada salah satu spesies 'betina'.terlalu berbahaya baginya.
Tapi entah takdirnya yang begitu poor ia jadi harus berurusan dengan cewek yang menurut nya 'bar-bar' dan terlihat seperti bukan gadis sama sekali. Jujur baru sekali dan pertama kalinya ia melihat seorang cewek bisa mengendarai motor sport yang tinggi dan sangat cepat, bahkan mengalahkannya dan juga memiliki kekuatan fisik yang tak main-main.
Rasa takjub sedikit timbul di hati dan pikirannya.
"tar—tar, kan gue kagak tau nomor dia, tar kalo gue mo ngajar belajar plus balapan gue harus gimana? Mana Cuma tau nama sama info kalo dia anak saga aja. Aaah! Tanya juna aja kali ya?" juna itu bak mbah google, segala titik informasi tinggal tanya dia aja otomatis langsung dijawab.
"lah? Tuh cowok nge-apart disini juga?" sekarang posisi alya ini ambigu, dia ngintipin cowok yang ia kira 'romio' itu. Sampai ia tahu kalau romio itu ternyata satu apartemen dengannya, satu Gedung, satu lantai. Dan lagi alya baru sadar jika apart cowok itu hanya berjarak dua pintu dari apartemennya.
Ohh ayolah!! Kebetulan apa lagi ini? Ia menaikan satu sudut bibirnya, senang dengan ide pintar yang melintas cepat di otak cantiknya ini. "hahaha! Tunggu aja lo, gue buat lo nyesel nyari masalah ma gue". jujur alya masih sedikit dendam dengan apa yang dilakukan cowok itu padanya di arena balap waktu itu Hha! Dengan begini alya bisa langsung dateng ke apart nya aja, gak usah susah-susah dapetin nomor dia.
Entah, gue agak antusias ama tuh cowok.
sebenarnya Ia tak apa dikata-katai cowok itu karena setajam apapun kata-kata yang orang tujukan padanya masih lebih tajam kata-kata daddy dan bunda nya. tapi, yang ia tak terima yaitu cowok itu tak mengganti susu coklat nya dengan yang baru. Mana susu coklat itu susu kesukaan nya.
dan lagi hellow! Yang cowok itu injak-injak itu high boots putih mahal kesayangan nya yang diberikan eca sebulan yang lalu. Biasa eca gak main-main kalau sekali neraktir dan seperti yang kalian pikirkan. High boots itu bermerk chanel. Karena mahal jadi alya sayang.
Like, enak saja boots yang ia selalu rutin bersihkan meski tak ia pakai keluar tiba-tiba saja dengan seenaknya cowok itu menginjak-injak hingga kotor. Keterlaluan sekali!
How you like that!, you don't like that-that!-that---
"apaa lagi cipa?"
"LO KELAMAAN GOBLOK! CEPETAN GUE NUNGGU NIH! MAU ANNYEONG[2] BUBYE BALIK RUMAH GUE! CEPET! TELAT SE-MENIT LAGI GUE SEBARIN KALO LO SI 'RATU MALAM' KE SEMUA ORANG".
"astagah—gini amat idup gue god!"
Tuttt-tuttt-tuttt
Dengan langkah cepat ia menaiki lift dan menekan tombol paling bawah.
Tingggg!
Alya menghampiri audi putih nya, cklekkkk—
--kunci mobil yang ia pegang itu jatuh—
tikkkk
Matanya melebar, mulut nya menganga semakin lebar, jari telunjuknya menunjuk-nunjuk gemetar sosok didepannya . "YA TUHAN! ASLI ALYA BAKAL RAJIN SHALAT, INI SIAPA TUHAN!!!" tubuh nya gemetar. Sementara sosok di depannya ini menatap aneh alya like 'lo waras?'.
Sosok itu berjalan mendekati alya yang masih dalam keadaan shok. Alya menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya, tak mau melihat sosok yang mulai menghampirinya itu.
Sosok itu berdiri tepat di hadapan alya yang masih menutupi wajahnya. "heh! Gilak ya lo? gelo sia teh?[3]". tangan sosok itu mengguncang-guncang tubuh alya. Niatnya sih ingin menyadarkan cewek yang terlihat tak waras itu.
Tapi, niatnya tak semulus yang ada didepannya. Tubuh cewek itu malah semakin bergetar ketakutan. Kan sosok itu jadi bertanya-tanya 'lah? Gue salah apa jim! Ampe dia takut? Semenyeramkan itu kah gue? Ahh gak ahh ganteng gini juga gue juga gak lagi cosplay sahabat nya miss K kok'. batin sosok itu.
"heh! Lo takut ma gambar hoodie gue? perasaan imut dah! sailor moon gini". jujur, cowok itu penggemar berat sailor moon. Dan fakta nya sailor moon itu imut-cantik-adorable intinya, mana ada serem-seremnya sih?!
"huwaaaa---gue minta maaf asliii---kalo jadi hantu pliss pilih-pilih wajah. pliss lo nampakin wujud lo yang berdarah-nanah pun its okay than his face pliss". lalu setelahnya alya berkomat-kamit membaca surak al-kursi dan alfatihah.
Sosok itu menatap dengki alya, ia dikira hantu gitu? Tolong deh ya muka seganteng dia itu bukannya jadi hantu tapi harusnya jadi raja hantu—ahh enggak raja neraka sekalian biar ke manga-manga kan keren gitu yaa?, pedenya. Dengan penuh dengki ia memukul kepala gadis itu keras-keras hingga gadis itu mengaduh, tapi tetap saja alya tak mau membuka matanya.
"lo buka mata lo! Liat bener-bener!". dengan paksa ia menarik tangan gadis itu dan membuka kelopak mata gadis itu bar-bar. Alya mau tak mau harus melihat kedepan saat kelopak matanya terbuka paksa. "ini gue si ganteng di pagi hari kek matahari, bukan hantu" ucap cowok itu pede.
Alya melihat kebawah, sosok cowok itu mengikuti arah pandang alya kebawah.
BLETAKKK "yaampun gue ada bayangan adaa!. Dibilang juga batu banget! Im not ghost!" biar saja otak cewek itu jadi tumpul karena jitakkan nya, yaa habisnya batu banget.
Alya cengengesan "hehehe". Ia menggaruk-garuk kepalanya alibi padahal kepalanya tak gatal, tak level bagi gadis itu kutuan.
"cih! Lo liat pake mata lo! Gue beneran manusia"
BLETAKKK—cowok itu, sekali lagi. Menjitak kepalanya. "ihhh sakit kepala gue lo jitakin mulu, gue bego kek lo tar". alya menjauh, setelah betul-betul yakin bahwa cowok itu bukal lah hantu lalu ia membuka lebar pintu mobilnya, niatnya ingin menuntaskan tujuan utamanya.
"ettt-ett-ett tunggu dulu donk! Mau kemana lo? Main ninggalin gue aja. Gak mau tanggung jawab lo karena dah bikin wajah gue diragukan? Pake disama-samain ma dedemit lagi". cowok itu meraih tangan alya, menghalangi pergi nya cewek itu. Asli ini pertama kalinya bagi cowok itu diacuhkan oleh spesies kaum hawa, mana berkali-kali lagi. sadisnya hanya oleh cewek didepannya ini lagi. Gak kesel gimana coba cowok itu?
"yaa gue tanggung jawab apa? Ya lo sih tiba-tiba aja ada disini padahal baru aja gue ketemu lo diatas. Ya jenis mahluk apa coba yang baru aja gue temui jauh dari sini tapi tiba-tiba aja ada di depan gue dengan jangka waktu yang cepet banget. Bahkan otak gue gak bisa nyelesain dengan rumus jarak tempat awal tambah tempat akhir dikali waktu perjalanan dibagi kemungkinan kecepatan yang lo pake buat ke sini" alya meringis, dahinya di totok-totok cowok itu.
"nih otak lo kepinteran apa gimana? Lo halu ya?". tanya cowok itu. Alya bingung dong like 'lah? Gue? Halu? Halu darimana?'
"nih ya, gue baru kesini itu tadi banget abis dari alfa, dan gue kesini tuh buat nginep di rumah temen gue. malem-melem gini halu gak baik buat otak lo" cowok itu mengangkat tentengan plastik putih berlogo 'alfamart'.
Jadi ini bener? Cowok itu gak bohong? Lahhh! Jadi ini yang halu beneran alya?, gitu?? Alya jadi makin percaya kalo dia itu gak keliru. Masa aja tadi dia ngomong segitu Panjang ma cowok yang sebelumnya itu halu, segilanya alya, dia gak akan pernah ngehalu-in si romio. jijik
"tapi, asli romio! Gue ketemu bahkan ngobrol ma elo di lantai atas baru aja tadii". ngotot alya
Romio menumpu tangan nya di pundak alya, kepala nya mendekati telinga gadis itu "serah lo deh, hati-hati aja lo tau kan? Di apartement itu tuh katanya berhantu. Takutnya ada hantu yang nge-fans ma gue jadi dia nyamar jadi gue."
"Itu sosok yang lo temuin tadi itu gimana?" tambah cowok itu.
Alya bengong, otaknya tiba-tiba kosong gitu aja dengan polosnya dan refleknya dia jawab gini "ganteng" BLETAKKK, alya mengusap-ngusap kepalanya, linu.
"anjim! Plisss ya serius dulu. Gue juga tau kalo gue itu ganteng, jangan bikin gue tersanjung pas waktu gini ahhh" cowok itu kesal sebenarnya untung dia masih ada cadangan kesabaran ngadepin tuh cewek.
"intinya, kalo lo ketemu yang lo liat mirip gue. Lo jauhin".
"lah? Kenapa? jangan-jangan hantu beneran ya? Atau kembaran lo yang dah mati? Terus bales dendam karena nyesel punya kembaran yang kek elo?". ceplos alya.
BLETAKKKK, sekali lagi alya mengusap-usap kepalanya.
"sembarangan tuh congor! Ya enggaklah anjim. Intinya jangan dideketin" cowok itu pergi gitu aja.
Alya menghela napas nya berat, nambah satu lagi beban hidup dia. Kepikiran terus kan jadinya.
Yaa secara gitu yaa—gak kepikiran gimana? Yaa ibarat lo baru aja ketemu dua orang yang sama tapi lo gak tau mana yang asli, mana yang manusia, mana yang Cuma sebatas perkiraan roh aja. Serem gak tuh? Kek sebelas-dua belas sama déjà vu versi merinding-horror.
Alya jadi ngerasa ketemu dua orang di dimensi yang berbeda, pengtahuan matematika-nya tak cukup untuk menjabarkan perkiraan tentang adanya banyak dimensi-dimensi bertabrakan dengan dimensi dunia yang sedang ia lalui saat ini. Otak nya mendadak buntu gitu aja. Alya pikir bener deh kayaknya gara-gara sering di jitak tuh cowok otak di kepalanya jadi mintul.
Di kejauhan. dengan senyum tipis cowok itu menatap tangan kanan nya, kayaknya menjitak kepala cewek tadi itu jadi hobi barunya. Dan lagi saat ia iseng menghirup tangan kanannya ia mencium aroma strawberry. Wangi khas dari si gadis yang ia temui itu. Aromanya selalu sama dari sejak ia pertama kali bertemu. Ia pikir ia jadi suka dengan aroma buah yang terkenal manis-manis asam itu.
[1] Pabo : bodoh
[2] Annyeong : kata perpisahan atau sapaan [halo,hai]
[3] Gelo sia teh? : gila ya kamu