ROMIO OR ROMEO [03]
Kak theo: al, udah siap-siap belum?
Gue: siap-siap? mang ada apa kak?
Kak theo: lahh, kan bakal makan malem. Aku jemput yaa
Gue: lahh iya ya? Oke tunggu aku lima belas menitan.
Kak theo: iya, tar aku kerumah ya…jangan cantik-cantik nanti malah ayah aku yang suka.
Gue: ihh apaan sih kak, tapi emang bener ya pesona aku itu tersebar di berbagai kalangan.
Kak theo: bahaya donk kalo beneran. Tar kamu malah jadi ibu tiri aku, gak jadi istri akuu ☹ aku gak mau yaa
Gue: :v
gue mematikan layar handphone gue. Jujur chat kak theo yang terakhir itu, bikin gue kepikiran. Sehebat itu kah gue acting suka kak theo? sampai kayaknya kak theo beneran yakin kalo gue bakal jadi istrinya. Mungkin ada yang salfok sama kata-kata 'aku-kamu. Kakak' karena emang se-soft itu gue kalo sama kak theo. Yang mungkin panggilan 'aku-kamu' itu bikin cowok salah paham termasuk kak theo. Bikin kak theo berharap banyak sama gue.
Ahhh!!!, dahlah…pusing gue…
Cermin full body itu memperlihatkan gue yang sedang berkaca, mini dress hitam ini emang se-cocok itu sama badan gue, ditambah dengan high heels arna senada, juga tas selempang berwarna putih abu, semua yang gue pake ini murni pilihan bunda yang udah disiapin dari dua hari lalu, gue mana ada nyiapin-nyiapin kek begini.
TINNNN…...TINNNNN...
Suara klaskson mobil kak theo itu special, dia gak pernah nge-bunyiin lebih dari dua kali jadi gue bisa langsung kenal sekali ngedenger. Sebelum gue pergi gue menoleh pada pembantu rumah tangga gue yang lagi asyik nonton sinetron dengan judul panjang yang kalo gue baca bisa bikin sakit mata, bikin meleduk otak juga karena kagak sampe di otak bak rumus aljabar tapi ini lebih mudah satu tingkat. "ayahku ternyata mertuaku yang jadi ayah suami ku dan kakek dari anak ku juga selingkuhan ku".
Pembantu-pembantu rumah gue emang seluwes itu buat santai-santai kalo kerjaan rumah dah selesai, kata bunda kita itu keluarga mau majikan atau bawahan tapi, beda lagi kasus nya kalo ada daddy, semua pembantu bakal sibuk meskipun kerjaan mereka dah selesai dan gak ada lagi yang bisa dikerjain tapi mereka bakal ngelakuin apa aja yang penting keliatan kerja.
Kasus ini persis sama kayak tiap kelas gue ngadai piket berjadwal, ada yang beneran rajin ngebersihin yang justru mereka terlihat sebagai golongan yang terbodohi dengan golongan yang suka luntang-lantung gak jelas demi keliatan sibuk tapi justru mereka kelihatan kek lagi benar-benar sibuk.
Memang moment paling gak adil disekolah itu yaa saat-saat piket. Ditambah kita semua terbodohi dengan kata-kata "barang siapa yang piket sesuai jadwalnya maka akan diberikan tambahan poin tapi jika melanggar akan dikenai sejumlah denda". Cuih! terangkanlah pandangan orang-orang ini tuhan!. Nyatnya yang piket itu gak ditambah poin dan yang gak piket itu malah gak dikenai denda.
"bi imas, teh nina aku pergi sama kak theo dulu ya!".
"iya non!... hati-hati dijalan".
"semoga pulang-pulang membawa kabar baik ya non".
Gue menyeritkan dahi tak mengerti "kabar baik apa bi?".
"iya, kabar baik kalo non bakal cepet dipinang sama kak theo".
Gue menggeleng-geleng kan kepala, gak mengerti lagi. Lalu dengan langkah sedikit cepat menghampiri audi putih yang menunggu di luar gerbang rumah. Di depan gerbang ada kak theo yang terseyum lebar menyambut kedatangan gue. Tubuhnya terlihat sempurna dengan balutan black tuxedo, jujur gue lemah banget liat cowok berjas hitam dengan bahu lebar, punggung tegap, dada bidang. Coba lo bayangin gimana pas dipeluk? Oke! Lupain kata-kata gue tadi, entah apa yang merasuki gue buat mikir gitu. ini kayak bukan gue yang biasanya please.
"pamitan sama bi imas, sama teh nina dulu ya kamu?". theo bertanya sembari meraih lembut tangan alya, dan membukakan pintu mobil. Ya, seromantis dan sepeka itu seorang Theodoric young tapi, sayang radar ke-pekaan dia itu seketika gak berfungsi buat ngedetek hati alya yang sebenarnya. Ya, tentang alya yang dari dulu suka ngebohongin dia termasuk tentang perasaan alya yang biasa-biasa aja sama theo.
Begitu di dalam tercium pengharum mobil dengan wangi khas kesukaan kak theo, kopi kayu manis entah gimana sekarang aroma itu juga jadi aroma kesukaan gue. "iya nih kak, lagi pada asik nonton sinteron gitu mereka". mobil berputar arah dan melaju pelan, tempat yang bakal dituju itu restoran bintang lima yang lokasi nya lumayan jauh. Dan bonyok gue itu sebenernya lagi di bandung, mereka pulangnya bakal langsung ke resto jadi gak ketemuan sama gue di rumah.
Theo menoleh singkat pada alya "eeh kamu kenal sama Jeffrey gak? Yang anak basket itu loh".
"Jeffrey? jepri---mubar saga yang ganteng itu bukan? ---". upssss, sialan nih mulut lancar bet muji cowok lain. Padahal jelas-jelas mina dah ngewanti-wanti buat jangan muji-muji cowok lain di depan kak theo, kata nya sih itu bakal bikin kak theo cemburu, marah yaa intinya gak suka. Gitu sih apa yang gue tangkep dari mina walau sepenuhnya gue gak ngerti.
Theo gelap wajah, hatinya gak suka. alya, calon masa depan nya muji-muji cowok lain dan cowok yang dipuji nya itu notabe-nya sepupu dia lagi! Theo kan cemburu. "aku juga ganteng loh, tapi kamu gak pernah muji-muji aku". gue menatap aneh kak theo, lahhh tumben dia kek gini. Berarti bener dong apa yang dibilang mina?!
Gue agak aneh dan sedikit kaget aja karena biasanya dia gak se cemburuan ini. "apaan sih kak theo yang ganteng ini. Kakak lebih ganteng kok dari Jeffrey, calon suami aku gitu loh". alya menahan ledakan tawa dan lonjakan mual di kerongkongan-nya, gue bener-bener pengen ketawa setengah mual, sumpah! ya ini pertama kali gue gombal-gombal jijik gini ke cowok, mana kak theo nya blushing gini lagi. Heumm rasa---rasanya gak enak.
Wajah gue berubah drastis gitu aja. gue memalingkan kepala, menatap pemandangan jalanan Jakarta yang dipenuhi gemerlap lampu jalanan. Dress itu tanpa disadari gue remas erat, rasa bersalah tiba-tiba menghampiri. Gue udah berbohong tentang perasaan gue juga tentang tadi.
Mobil berbelok ke jalan besar yang dipenuhi jejeran café-café yang instagramable "kamu udah ada rencana buat kuliah gak?". gue mengalihkan perhatian ke kak theo yang masih aja blushing. Berusaha buat gak mau memusingkan itu tapi sialan nya malah tambah kepikiran. Gue pura-pura terlihat seolah sedang berfikir keras.
"eumm…maunya sih masuk ITB aja kak. Rasanya sumpek di Jakarta mulu. Kan ITB tuh di bandung, adem lah yaa?, lagian bosen juga dari tk ampe sma di kota yang sama".
"daddy kamu ngebolehin kamu masuk ITB?".
Gue terdiam sejenak. "kak, aku sebenernya banyak hal yang pengen aku wujudin dimasa depan". ucap gue mengalihkan pembicaraan
Theo menatap penasaran alya dari ekor matanya "apaan tuh al?".
Gue melamun, tatapan gue membayangkan banyak hal "aku mau jadi penulis, pelukis, atau desaigner fashion. Karena emang passion aku disitu eumm maksudnya itu bener-bener apa yang sebenernya aku mau tapi---
"---tapi daddy kamu gak ngijinin itu kan? Daddy selalu pengen kamu masuk universitas terkenal di belanda dan jadi arsitek hebat bukan?". tebak theo tepat, memecahkan semua ekspektasi dan mimpi alya, sekali lagi.
Gue membulatkan mata lebar-lebar "ka--kak theo tau dari mana?". agak terkejut sih gue. Perasaan gue gak pernah ngasih tau kak theo.
"ohhh itu, aku tau karena waktu itu daddy kamu bilang buat jagain kamu dan buat ngedorong kamu masuk universitas di belanda dan pulang dengan gelar sebagai arsitek hebat. Jadi dari situ aku simpulin kalau daddy bakal ngelarang apa yang bukan selain jadi arsitek. Sejak kita kenal tiga bulan lalu, walau itu mungkin waktu yang sebentar tapi aku jelas kenal baik daddy kamu itu orang yang seperti apa".
Pundak gue meluruh, memang nyatanya daddy itu orang yang jika sesuatu ia inginkan maka wajib dan dipastikan bener-bener dia dapat, termasuk keinginan mutlak nya yang mewajibkan gue jadi arsitek hebat. Kata daddy jadi penulis itu gak mem-banggakan.
Gue nantinya cuma bisa dipandang sebelah mata sama banyak orang. Gue pun sadar akan hal itu, banyak orang lebih peduli pada hasil jadi dari pada semua proses jatuh-bangun yang ada di balik itu. Dan kata daddy kalo gue jadi pelukis itu cuma ngabisin waktu, kalau gue jadi desaigner fashion itu sederajat sama tukang jahit biasa. Gitu kata daddy.
Waktu itu gue sempet nanya ke daddy "dad, kalau alya jadi desainer fashion boleh enggak?". tapi, jawaban daddy kala itu benar-benar menampar mental gue.
"no. I say it one more time. You must be what I want". Itu sakit tapi bodohnya gue masih aja berharap daddy mengatakan iya, walau hanya satu persen perbandingannya dari seratus persen. Ini-lah kebodohan manusia kayak gue yang terus berulang kali membaca satu buku cerita romansa yang sama dengan sad ending, berharap berubah menjadi happy ending. Bodoh!
Gue kembali melamun nelangsa.
"al....al? kita udah nyampe nih". theo menepuk pundak alya pelan, theo tau alya itu remaja yang punya banyak mimpi tapi disamping itu banyak juga tekanan yang rasanya tidak seimbang beratnya. Lihat saja sorot matanya yang menjelaskan semua sekali tatap.
Gue melepaskan seatbelt terburu-buru "aah—ahh i—iya kak" .dengan tergagap-gagap gue memegang pintu mobil.
Grepppp…
"aa---ada apa kak?". pergelangan tangan kanan gue dipegang nya erat. Gue jadi kembali terduduk dan pintu mobil yang hampir terbuka itu ikut kembali tertutup.
"kalo kamu lagi gak dalam mood bagus gimana kalo kita pergi aja? jalan-jalan kemana gitu? Lagian sekali-kali kita kabur gak papa kali ya?". tawar theo. Haduhhh tuhkan kak theo itu peka banget kalo dirasanya gue lagi gak mood atau gak nyaman. Dia ada seribu satu ide brilliant di kepalanya. Intinya tipe cowok kayak kak theo itu gampang bikin orang buat jatuh cinta.
Senyum tulus. mengisyaratkan gue yang berusaha menyakinkan kak theo kalo gue cukup dengan kata gak apa-apa. Huh! Kata kebohongan ter-legend kaum hawa seluruh dunia.
"ayok deh, kita main kepasar malem aja gimana? Atau mau main ke taman juga boleh? beneran mau gak nih kamu? dari pada tar disana kamu malah murung. aku gak mau ya nanti kamu pulang bakal dimarahin daddy kamu abis-abisan kalo kamu kelihatan terpaksa sama makan malam kali ini". theo masih berusaha mengajak alya pergi.
Ini gue nya jadi gak enak banget!
Yaa ampun kenapa sih kak theo itu baik banget? gak tau apa selama ini gue dah booingin dia sekeluarga, mana kadang gue juga suka ngumpatin dia dalam hati lagi! Makin ngerasa bersalah gue nanti nya kalo ikut pergi jalan-jalan sama dia.
"enggak apa-apa kak, percaya deh sama alya. Lagipula juga alya kangen sama mami dira". mami dira itu mami nya kak theo btw.
Theo menatap alya lekat-lekat. "beneran nih gak papa?". tanya nya sekali lagi.
"iya gak papa kak". gue mengangguk pasti, tanpa menunggu jawaban kak theo gue langsung membuka pintu mobil.
gue sengaja menggandeng lengan kiri kak theo, gue harus lebih menunjukan ke daddy dan ke keluarga kak theo kalo gue beneran suka sama kak theo dengan skinship ringan gini. Tangan nya kak theo itu halus, walau cowok tapi, gue rasa tangan dia cantik banget! Jari-jarinya lentik dengan kuku yang terawat bersih, kek nya dia sering pedi. telapak tangannya juga besar pas sama tangan gue yang kecil jadi setiap gue menggenggam tangannya rasanya hangat dan nyaman. Sekian review nya.
BRUKKKKKK------
"ASHHHH---SIALAN !!!".
gue hampir aja jatuh ke tanah dengan gak etis nya karena di tabrak sama cowok yang gue sendiri gak tau siapa tuh cowok. untung aja kak theo nahan punggung gue.
"sialan lo jadi cewek". sempat gue lihat wajah tuh cowok yang nabrak gue. Dia kali yang sialan, gak tau diri banget! Siapa coba yang nabrak duluan? Dikira dada dia enak gitu di tabrak?! kayak yang dibilang cipa pas dia modus nabrak dada nya dapid.
Gue maju dengan membusungkan dada, maap aja ini bukan nya gue sombong punya dada montok-montok club. Pliss jangan salah paham. "lo yang salah kampret!".
Theo mengulurkan tangannya dan maju mentupi tubuh alya, niat melindungi. "minta maaf lo sama cewek gue, lo yang nabrak duluan". perintah theo pada cowok 'sok' di depan nya itu.
Tak menampik, tak munafik, tak bohong, juga jujur. theo mengakui cowok di depannya ini berpotensi jadi pebinor alias perebut bini orang lain---ekmm maksudnya calon istrinya, alya. Yaa abisnya tuhh cowok ganteng walau gak seganteng dia. Gak papa lah ya, di sisipi kepercayaan diri seorang Theodoric young.
"cih!". cowok itu mendecih. gue menatap kesal cowok itu, sok banget asli! Mentang-mentang good looking, wajahnya enak diliat tapi kelakuan nya enggak banget! Sok jadi bad boy. miris. Cowok gak tau malu tadi itu gak perlu lah orang berbudi luhur dan berakal sehat kek kak theo tanggepin. Terlalu tinggi perbedaaan ahlak nya
Definisi cowok 'sok' yang sekali liat pun cipa bakal bilang "Face neomu[1] handsome, akhlak jinnja obseo[2]".
Gue menarik tangan kak theo buat masuk ke dalam resto, meninggalkan cowok yang tak diketahui namanya itu. Gue menoleh sedikit kebelakang tuk memastikan keberadaan cowok itu. Tubuh gue terdiam, membuat theo juga ikut terdiam menatap penarasan alya. "ada apa al?".
Gue mencicit "i—itu kak, tuh cowok tadi—kayak nya mau dikeroyok orang". gue menunjuk-nunjuk cowok tadi. Theo menoleh kebelakang. Dengan enteng ia menarik pergelangan tangan alya "dahlah biarin aja, urusan orang lain. dah yuk! Lagian aku gak bisa toleransi sama orang yang dah berani nyakitin kamu gimanapun keadaan nya". walau gue ditarik kedalem tapi gue masih tetep bengong otak gue terbagi dua. Pasalnya tuh cowok tadi kek mau dikeroyok ma banyak cowok gitu. Gue juga manusia yang ada rasa kasihan dan iba.
Dan satu nya lagi tentang kata-kata kak theo walau gitu mungkin apa yang dibilang kak theo tadi pasti bisa bikin banyak hati cewek ambyar tapi, gue gak termasuk dalam itu. Hati gue entah gimana bisa batu amat! Padahal dah berkali-kali dipahat ma kak theo dan sampai sekarang hasilnya masih jadi segumpal batu tak berbentuk.
[1] Neomu: sangat
[2] Jinnja obseo: benar-benar tak ada.