Chereads / CATATAN ANAK PE:LACUR / Chapter 21 - Bab 21 Tentang Gembor

Chapter 21 - Bab 21 Tentang Gembor

Mama Setyawati, Kak Aryati dan Bang Jaya sudah pulang. Gue menemani Mak Salmah yang sedang meminta penjelasan Mbak May tentang kehamilannya. Sedang Gembor dengan muka kusut seperti jemuran yang tidak digosok, duduk dengan malas-malasan tidak jauh dari kami.

"Lu cerita ke gue! Bagaimana dengan gilanya tidur dengan Bang Burhan dan Gembor? Situ waras?" Mak Salmah berkata sambil menatap Mbak May tidak percaya. Gue sebenarnya mau tertawa dengan pertanyaan Mak Salmah yang diakhiri kelebayan, kebanyakan nonton televisi sepertinya.

"Hanya Bang Burhan yang memperlakukan gue dengan baik Mak, teman-teman yang pernah dipakai Bang Burhan juga bilang begitu," ujar Mbak May lirih.

"Astaga mulut lu! Dasar cewek-cewek nggak punya otak. Lu juga otak dimana?" tanya Mak Salmah jengkel. Kami diam tanpa ada yang berani membuka mulut. Mak Salmah kalau sedang marah jangan ditanya betapa seramnya dia.

"Lu tuh harusnya mikir! Masa anak dan bapak diembat juga? Heran gue?" ucap Mak Salmah lagi.

"Mereka bukan bapak dan anak," ujar Mbak May pelan. Omongan Mbak May membuat gue dan yang lain menoleh memberi perhatian kepada penuturannya.

"Maksud lu, siapa?" tanya Mak Salmah.

"Bang Burhan dan Gembor bukan sedarah," ujar Mbak May.

"Apa lu bilang,? Lu jangan asal ngomong!" seru Gembor tiba - tiba.

"Itu benar, kata Bang Burhan, Mak Salmah juga tahu," ujar Mak May. Kami akhirnya menatap meminta penjelasan kepada Mak Salmah, sedang ia hanya menghela napas.

"Benar begitu Mak?" tanya Gembor tidak sabar.

"Ya, lu sama Bang Burhan tidak ada hubungan apa-apa," ucap Mak Salmah pelan.

"Lalu gue anak siapa, Mak?" tanya Gembor sedih. Kenapa jadi ikut tidak enak ketika mendengar kebenaran itu, gue menatap iba Gembor yang tambah terpuruk. Mendapati orang yang disukainya hamil, bahkan oleh orang yang disayangi, ditambah kenyataan bahwa ia hanya anak pungut, lengkap sudah kesedihan buat Gembor.

"Mak Salmah tidak bohong?" tanya Gembor sangsi.

"Apa pernah gue bohong sama lu,,Gembor?" ucap Mak Salmah dengan sendu. Gue bisa melihat air mata menetes di wajah Gembor yang secepatnya ia usap.

"Maafkan gue, Mbor!" ujar Mbak May lirih.

"Lu bangga bisa meniduri gue dan Babe?" tanya Gembor sinis. Mbak May menatap nanar ke arah Gembor, gue yang melihat itu langsung menggeleng, ini anak cari perkara.

"Gue pergi Mak Salmah," ujar Mbak May langsung berdiri.

"May, sudah malam, gue lihat lu bawa koper berat, jangan pergi!" seru Mak Salmah. Gue dan Mak Salmah berdiri berusaha menenangkan Mbak May.

"Gue bakal melacur lagi buat menghidupi anak ini, gue tidak bisa bekerja yang lain," ujar Mbak May lirih sambil mengusap perutnya.

"Lu bisa tinggal dengan gue, nanti gue bakal ngomong sama Mbak Setyawati!" ucap Mak Salmah.

"Iya Mbak May, tinggal sama kami, anggap kami keluarga!" kata gue.

"Terima kasih, tapi gue tidak mau merepotkan kalian, gue masih ada uang buat hidup," ujar Mbak May.

"Kenapa lu nggak mau, disana lu bisa deketin Damar atau Bang Jaya, hidup lu bisa enak?" Gue dan Mak Salmah serta Mbak May menatap Gembor tidak percaya dengan apa yang ia katakan.

"Aduh!" seru Gembor. Itu adalah seruan kesakitan Gembor karena Mak Salmah melemparkan sandalnya tepat ke muka Gembor.

"Lu mau gue hajar? Lu kira gue sama Bang Jaya apa?" ucap gue marah. Gembor seakan tidak peduli, ia mengusap-usap wajahnya.

"Gue akan pergi," ujar Mbak May.

"Lu tidak boleh bawa anak Babe Burhan keluar dari rumah ini!" seru Gembor. Mbak May tidak jadi melangkah, menoleh ke arah Gembor tidak mengerti.

"Lu tinggal disini! Kalau lu pergi, tinggalkan adik gue disini!" ucap Gembor.

"Gembor, lu gila apa?" tanya gue bingung.

"May, lu cinta sama Bang Burhan?" ucap Mak Salmah pelan. Mbak May kaget dengan pertanyaan Mak Salmah, ia gelisah tidak berani buka suara.

"Lu cinta sama Babe Burhan?" ujar Gembor langsung. Mbak May menunduk dan mengangguk, Gembor mengepalkan tangan, menengadahkan wajah dan memejamkan mata, berusaha mengontrol emosi.

"Sejak kapan?" tanya Gembor lirih.

"Dua bulan yang lalu, Bang Burhan meminta gue jadi isterinya," ujar Mbak May. Gembor yang akan mengeluarkan suara menjadi urung karena Mak Salmah menatapnya tajam.

"Disitu gue tahu kalau Gembor bukan anak Bang Burhan, ia menceritakan semuanya," ujar Mbak May masih menunduk.

"Lu mau,? Karena sejak lama lu cinta Bang Burhan, bukan?" tanya Mak Salmah. Mbak May tidak menjawab menandakan bahwa semua itu benar adanya.

"Lalu bagaimana dengan Gembor?" tanya Mak Salmah lagi.

"Gue suka dia," ujar Mbak May lirih.

"Astaga May! Lu jadi orang serakah juga!" ucap Mak Salmah sambil menggelengkan kepala.

"Apa yang lu suka dari gue?" tanya Gembor tiba-tiba. Gue mau tertawa, muka Gembor ketika bertanya itu sungguh lucu, antara senang dan berusaha ketus.

"Lu lucu, imut dan baik," ujar Mbak May polos. Bisa gue lihat wajah Gembor tersipu kemudian tampang muka mesumnya terlihat.

Plak.

"Berani lu ngomong, habis sama gue!" seru Mak Salmah ketus. Ternyata Mak Salmah sama pemikiran dengan gue, Gembor dan muka mesumnya. Akhirnya gue tertawa lepas, Mbak May hanya tersenyum tipis, Gembor manyun sambil mengusap tengkuknya yang kena keplak Mak Salmah.

"Lu tinggal disini! Gue akan menjaga lu dan adik gue!" ujar Gembor.

"Tapi....." kata Mbak May meragu.

"Tenang saja! Gue sudah jadi kacung Damar," ujar Gembor

Plak.

"Aduh, gegar otak gue kalau dipukul terus," ujar Gembor kesal.

"Lu sudah enak dikasih kerjaan sama Damar, masih nggak terima," kata Mak Salmah garang.

"Tapi cuma jongos alias kacung," ujar Gembor tidak terima.

"Gembor, gue profesional, semua sesuai kemampuan," ucap gue pelan.

"Iya gue tahu, aduh dedek Damar jadi manis begini, Abang Udin jadi gemes," ujar Gembor minta ditabok.

"Najis gue punya teman kaya lu," ucap gue bergidik.

"Tapi dedek Damar sayang kan?" ujar Gembor menjadi-jadi.

"Gila lu, tadi saja mau nangis," ucap gue.

"Siapa? Gue? Tidak ada dalam kamus Gembor nangis," ujar Gembor menepuk dada.

"Ditinggal Mbak May juga nangis," ucap gue asal.

"Sialan lu," ujar Gembor.

Plak.

"Aduuuuh, Mak Salmah kira-kira kalau mukul, sakit nih!" seru Gembor.

"Mulut dijaga, ada anak kecil!" ujar Mak Salmah tidak kalah sengit.

"Mana?" tanya Gembor bingung.

"Itu May lagi hamil," ucap Mak Salmah.

"Belum tiga bulan Mak Salmah, belum ditiupkan roh," ujar Gembor.

Plak.

"Apapun itu, di sini ada anak kecil, jaga ucapan, katanya mau jagain?" ucap Mak Salmah. Gembor hanya bisa meringis merasakan untuk kesekian kalinya dapat penganiayaan dari Mak Salmah.

"May, bagaimana?" tanya Mak Salmah.

"Tapi gue harus bagaimana? Gue tinggal serumah tanpa ikatan disini?" ujar Mbak May.

"Biasanya juga gue kelonin," kata Gembor. Gembor langsung kabur menjauh sebelum Mak Salmah murka.

"Betul juga, nanti lu dikira kumpul kebo sama Gembor," ucap Mak Salmah.

"Nikahin saja Mak," kata gue memberi solusi.

"Apa?" Seperti koor saja, Mbak May dan Gembor menjawab serempak.

"Kenapa Mbor, lu nggak mau nikahi Mbak May?" tanya gue.

"Gue...." kata Gembor meragu.

"Itu tidak akan terjadi Damar, gue tidak pantas buat Gembor," ujar Mbak May sambil menunduk. Gembor lalu mendekati Mbak May, meraih pundak wanita itu untuk menghadap dirinya, mendongakkan wajah Mbak May dengan ujung jarinya.

"Gue akan menikahi lu dan harus mau! Gue akan jadi Babe dari anak yang lu kandung," kata Gembor mantap. Gue bisa melihat tubuh Mbak May bergetar menahan tangis, lalu Gembor merengkuh tubuh ringkih wanita itu kepelukannya.

"Menikahlah dengan gue!" kata Gembor.

"Gue tahu, tidak sekaya Damar tapi gue akan berusaha untuk membuat lu sama bayi yang ada dikandungan bahagia," kata Gembor lagi. Mbak May tambah menangis walau berusaha dia redam, bisa terlihat tubuhnya yang semakin bergetar dipelukan Gembor.

"Nikah sama aku! Ya May?" kata Gembor. Gue mengernyitkan dahi ketika mendengar Gembor mengatakan kata aku dan memanggil Mbak May tanpa embel-embel Mbak.

"Tapi ini bukan anak kamu, Gembor," ujar Mbak May. Tampaknya dua orang di depan gue dan Mak Salmah memang butuh waktu berdua. Ketika gue mau mengajak Mak Salmah pergi memberi kesempatan Gembor dan Mbak May untuk bicara, Ia justru mendekati Gembor dan menarik rambut belakang kepala Gembor.

"Aduuuhhh, saaakiiit Makkkk," teriak Gembor kesakitan.

"Diberi kesempatan bicara malah cari kesempatan grepe-grepe," ucap Mak Salmah murka.

"Iiih Mak Salmah, sambil menyelam minum air, dikit doang," kata Gembor sambil nyengir. Mak Salmah tidak menggubris ucapan Gembor malah mendekati Mbak May.

"Bagaimana May? Mau menikah dengan Gembor? Lu butuh penopang, dan anak lu butuh ayah, walau Gembor bukan panutan yang baik," ucap Mak Salmah.

"Hina terus saja gue, Mak!" kata Gembor.

"Butuh gue nggak, buat menghina lu?" ujar gue.

"Nggak, terima kasih," kata Gembor ketus.

"Gue dengan sangat rela Mbor, bila boleh menghina lu," ujar gue jenaka.

"Lu mau cari mati sama gue?" kata Gembor.

"Lu berdua brisik, ini May belum ngomong!" seru Mak Salmah. Gue dan Gembor tidak jadi adu omongan karena melihat Mak Salmah dalam mode siap marah.

"Harus jawab sekarang, Mak?" kata Mbak May.

"Ya dijawab," ucap Mak Salmah.

"Aku....." kata Mbak May terpotong.

"Gue tahu Gembor bukan yang terbaik, tapi dia lumayan," ucap Mak Salmah.

"Aku..." kata Mbak May terpotong lagi.

"Kalau lu cari yang terbaik, bakalan nggak nikah-nikah, biarlah saling melengkapi antar pasangan, kelebihan dan kekurangan itu wajar," ucap Mak Salmah.

"Aku...." kata Mbak May terpotong lagi.

"May....." ucap Mak Salmah tidak selesai.

"Mak bisa diam! Kapan May ngomong kalau selalu terpotong ucapan Mak, ngomong May!" seru Gembor tidak sabar.

"Aku mau," kata Mbak May lirih.

"Yes, yes, gue kawin, eh.... nikah," ujar Gembor sambil berjingkrak-jingkrak. Mak Salmah menarik kerah belakang baju Gembor, karena hendak memeluk Mbak May.

"Sudah malam, sana tidur! Besok kita bicarakan lagi!" ucap Mak Salmah. Ia menghela Mbak May ke arah kamar tidur, sedang Gembor dengan muka cemberut melangkah ke kamarnya.

"Mak Salmah nggak asik," ujar Gembor. Gue ikut melangkah ke kamar lain tapi sepertinya gerutuan Gembor belum usai juga, gue masih mendengar walau tidak jelas.