Chereads / Cinta Laki-laki Pemarah / Chapter 16 - Serangan Tenaga Dalam

Chapter 16 - Serangan Tenaga Dalam

Tenaga dalam adalah suatu konsep yang populer dalam masyarakat Melayu.

Tenaga dalam dianggap suatu tenaga manusia yang mempunyai kekuatan luar biasa. Tenaga dalam dibedakan dari tenaga luar manusia (yang biasanya disebut secara ringkas sebagai "tenaga" saja) yang berbentuk tenaga fisik seperti kekuatan otot tangan mengangkat barang atau memukul batu.

Pada dasarnya setiap orang memiliki apa yang disebut dengan tenaga dalam, hanya saja mereka tidak mengetahui bagaimana cara membangkitkan atau mengembangkannya. Tenaga dalam itu sudah ada sejak manusia dilahirkan. Tetapi tenaga itu masih pasif dan sewaktu-waktu akan bangkit bila orang tersebut dalam keadaan panik, tidur berjalan, terhipnosis atau ketakutan yang luar biasa.

Mumu pernah mengalami sendiri, pada saat ketakutan yang luar biasa. Waktu itu ia pulang ngaji sendirian di malam hari. Langit mendung. Bulan dan bintang gemintang terturup awan. Hitam pekat. Seperti biasa, jika melewati tanah kosong yang diduga ada hantunya, Mumu pasti berlari. Begitu juga malam itu. Ia berlari sekencang-kencangnya, ketika hampir sampai di depan kedai warga, ia menghentikan larinya lalu berjalan seperti biasanya. Karena mau hujan, kedai tutup. Orang-orang yang biasanya nongkrong di kedai, tak kelihatan. Tapi Mumu tidak terlalu takut lagi karena tanah kosong sudah dilewati tadi, berarti sudah aman.

Tapi dasar nasib lagi apes, karena cuaca gelap, tanpa sengaja Mumu terpijak entah ekor atau badan anjing milik warga yang punya kedai itu, rupanya anjing tersebut sedang berbaring di tepi jalan. Karena kesakitan, anjing langsung menggonggong. Mumu terperanjat. Darahnya seperti turun drastis. Badannya jadi lemah. Belum sempat ia mencerna apa yang sedang terjadi, anjing yang marah itu terus menggonggong menuju ke arahnya. Mumu panik, takut digigit oleh anjing yang berang itu, diambilnya langkah seribu, berlari sekencang-kencangnya, pontang-panting. anjing itu tak mau tahu, terus mengejarnya bagaikan mengejar musuh bebuyutan. Mumu sangat takut, keringatnya bercucuran membasahi sekujur tubuhnya. Badannya gemetaran dan nafas sudah ngos-ngosan. Dipaksa tenaganya untuk menambah kecepatan tetapi kakinya serasa tak sanggup lagi untuk melangkah. Di depan rumahnya ada kali atau parit kira-kira lebar dua meter, tanpa sempat berfikir, entah bagaimana caranya Mumu sudah berada di sebarang kali tersebut. Pada hal jika dalam keadaan normal, ia tak akan mampu menyeberangi kali itu, karena terlalu lebar baginya. Sebenarnya itulah yang disebut sebagai tenaga dalam, tapi pada waktu itu, mana Mumu paham apa itu tenaga dalam. Yang ia tahu, ia telah selamat dari kejaran anjing tersebut. Anjing itu hanya terus menggonggong dari seberang parit.

Sejak Mumu mulai berlatih silat, ia sudah sering mendengar tentang tenaga dalam. Dia, Yalis atau Guntur pasti tak asing lagi dengan tenaga dalam, walaupun mereka bertiga belum pernah belajar secara langsung bagaimana cara membangkitkan tenaga dalam, karena mereka bertiga baru sabuk merah muda, yang artinya mereka bertiga baru setingkat Asisten Pelatih. Sedangkan dalam perguruan ini, yang boleh mulai belajar tenaga dalam, jika sudah naik ke sabuk merah yang agak pekat, atau setingkat Pelatih, pelatih remaja, pelatih taruna, pelatih madya dan seterusnya.

Walaupun belum pernah belajar langsung, tapi secara teori Mumu sudah tahu apa itu tenaga dalam, ciri-cirinya, serangan dan perlindungannya. Oleh karena itu ia langsung paham bahwa ini adalah serangan tenaga dalam dari musuh perguruan yang sakit hati, iri atau hanya sekedar mengetes ilmu perguruan mana yang lebih hebat.

Itulah yang namanya silat, tak lepas dari hal-hal seperti ini. Ingin menunjukkan bahwa dia lebih hebat dari yang lain. Tapi tidak sedikit juga yang rendah hati. Tak mau menunjukkan ilmu silatnya jika tidak dalam keadaan terpaksa sekali. Bak kata pepatah, jadilah seperti padi, semakin berisi semakin menunduk. Artinya semakin tinggi ilmu seseorang, tidaklah ia menjadi sombong ataupun takabur.

"Cepat bentuk lingkaran" kata Mumu dengan suara pelan kepada anggota silat yang berada di sisi kiri dan kanannya. Dengan cepat pesan itu menyebar ke semua anggota, dan mereka langsung membentuk lingkaran mengelilingi pelatih mereka, Guntur dan Yalis yang masih meringis kesakitan.

Bentuk lingkaran adalah istilah yang digunakan dalam perguruan ini, jika mereka telah selesai pemanasan dan akan melakukan tarung sesama anggota.

Latihan tarung atau laga ini bertujuan untuk mengasah ilmu dan keterampilan serta mental anggota agar terbiasa dalam menghadapi lawan dalam pertandingan.

Selain itu, latihan tarung juga sebagai penyaringan untuk mencari bibit-bibit calon atlit.

Jika Pelatih senior mereka hadir, biasanya tak kan ada yang berani menyerang seperti ini. Jikalau pun ada, biasanya sebelum serangan itu sampai, maka secara otomatis sudah langsung terbelokir, karena sebelum latihan, biasanya tempat latihan sudah dipagar secara gaib, sehingga serangan seperti ini jarang bisa menerobos.

Karena Mumu, Yalis dan Guntur masih asisten pelatih, sehingga mereka bertiga belum mempunyai kemampuan seperti pelatih mereka. Oleh karena itu, kesempatan ini digunakan oleh perguruan lain yang sengaja ingin menunjukkan kekuatan mereka.

Sudah terlambat untuk menghubungi pelatih mereka, lagi pula, Mumu belum mempunyai handphone jadi tentu saja dia tidak bisa menelpon pelatihnya.

Kalau dibiarkan kasihan Guntur dan Yalis semakin menderita. Lagi pula, jika kabar mereka diserang tanpa perlawanan oleh perguruan lain ketika sedang latihan, tentu perguruan mereka akan diremehkan di masa mendatang. Oleh karena itu Mumu nekad ingin melakukan sesuatu untuk mengurangi tekanan yang dialami oleh kedua temannya, apa saja yang dia bisa.

Terus terang sebenarnya hati Mumu agak ciut juga. Belum pernah ia mengalami hal-hal seperti ini. Ia biasanya hanya mendengar cerita seperti dari mulut ke mulut.

Tak menyangka sekarang ia mengalami sendiri.

Mumu tak tahu apa tepatnya harus ia buat. Ia hanya duduk bersila sambil memejamkan matanya berusaha tenang sambil pelan-pelan menarik nafas, menahannya dan kemudian dilepas kembali dengan perlahan.

Sambil mengatur nafasnya, dalam hati ia memohon petunjuk dan pertolongan kepada Allah dalam menghadapi serangan tenaga dalam ini.

Entah berapa lama Mumu duduk seperti ini, yang jelas, ia tiba-tiba seperti tersadar, seolah-olah ada orang yang membisikkan, menyuruhnya membaca surah Al-Falaq tujuh kali. Ia pun segera melakukannya di dalam hati. Dibacanya dengan penuh kekhusukan dan keyakinan akan pertolongan-Nya.

Tepat ketika ia selesai membaca tujuh kali, seolah-olah ada yang menggerakkan tangannya, ia tidak berusaha untuk melawannya, tapi diikuti saja gerakan tangannya itu. Seperti ada yang menggerakkan tangan kanannya bergerak sejajar bahu, menghadap ke arah Yalis dan Guntur yang berguling-guling menahan nyeri di dada. Setelah itu, tangannya melakukan gerakan menyengkram, seolah-olah mengambil sesuatu di udara dan kemudian menahannya, setelah itu tangannya kembali bergerak, sekarang gerakannya seolah-olah membuang apa yang sudah dicengkram tadi. Setelah melakukan sebanyak tiga kali, tangannya kembali ke posisi semula.

Dalam pada itu, Guntur dan Yalis tiba-tiba berdiri dengan linglung, menatap anggota silat yang mengelilingi mereka berdua. Tidak ada lagi rasa sakit dan nyeri yang barusan mereka rasakan di dada mereka. Seolah-olah memang tak pernah terjadi. Mumu sudah dari tadi membuka matanya, ketika dilihat kedua temannya sudah baik-baik saja, ia pun mendekati mereka berdua sambil tak henti-hentinya bersyukur di dalam hati. Walapun ia masih setengah percaya dengan pengalaman mistisnya ini, tapi ia tak sempat memikirkannya lebih lanjut. Waktunya kurang pas.

"Apa yang terjadi, Lis? kami lihat kalian berdua merintih-rintih sambil memegang dada." Walaupun sudah bisa menebaknya, tapi Mumu tetap bertanya untuk memastikan.

"Kami diserang oleh sesorang." Kata Yalis sambil sesekali melihat kesana-sini seolah-olah mencari seseorang di sekitar mereka.

"Diserang???" Terdengar gumaman dari anggota-anggota yang lain. Mereka tak tahu pasti apa yang terjadi. Mereka hanya melihat pelatih mereka tampak kesakitan. Kemudian mereka disuruh membentuk lingkaran dan membaca surah Al-Jin. Tidak beberapa lama kemudian tampak kedua pelatih mereka baik-baik saja. Seperti tidak ada terjadi sesuatu.

***