Chereads / Cinta Laki-laki Pemarah / Chapter 22 - Sanksi

Chapter 22 - Sanksi

Beberapa hari telah berlalu.

Bagi sebagian orang hari kemaren hanya tinggal kenangan, sekarang adalah kenyataan sedangkan besok adalah harapan.

Bagi Mumu kemaren adalah mimpi buruk, sekarang semakin terpuruk. Hari esok semakin memburuk.

Mumu tidak punya teman akrab untuk sekedar curhat. Ia hanya bisa memendam permasalahannya sendiri.

Ia terlalu malu untuk berbagi cerita dengan Yuli. Walau bagaimana pun Yuli adalah orang lain baginya. Tak nyaman rasanya untuk berbagi masalah dengan Yuli.

Untunglah Mumu tidak melupakan tugasnya dalam menjaga dan membersihkan play group ini. Walau pun dalam keadaan galau, ia masih ingat akan tanggung jawabnya.

Mumu jarang masuk kuliah. Latihan silat pun tidak lagi.

Setiap hari ia hanya akan duduk-duduk di lapangan pasir. Termenung sambil melihat lautan. Melihat kapal. Sore baru pulang. Badannya tambah kurus. Karena jarang makan. Untungnya Mumu bukan seorang perokok.

Sungguh bahaya akibat cinta!

Nelangsa karena ditolak.

Bagi sebagian orang jika cinta ditolak dukun bertindak!

Tapi Mumu tak mau melakukan itu.

Jika Zara suka dengannya, ia mau cinta yang suci bukan karena sebab lain. Apalagi karena bantuan dukun.

Duhh mulia sekali!

***

Mumu sedang duduk di beranda masjid raya Bengkalis.

Sholat zuhur baru saja selesai. Tapi masih banyak orang yang istirahat di beranda. Ada yang duduk, berbaring sambil berbincang-bincang dengan kenalan mereka. Ada juga bapak-bapak yang berpakaian PDH PNS duduk di serambi Masjid. Menunggu jam kantor. Mau pulang mungkin tanggung bagi mereka. Jadi bapak-bapak itu lebih suka istirahat di serambi masjid.

Di dalam masjid ada masih banyak orang yang mendengarkan semacam ceramah agama. Memang sudah menjadi salah satu aktivitas masjid raya lepas Zuhur ada ceramah agama. Cuma durasinya tidak terlalu lama. Berkisar antara 10-15 menit.

Sambil tiduran, Mumu mendengar ceramah Pak Ustad, "Jangan pernah berbangga diri dengan kondisi perasaan yang sedang kita miliki. Perasaan cinta, perasaan benci, perasaan apapun dalam diri kita. Kita tidak pernah tahu hati manusia, sesekali ia senang namun terkadang berubah tidak senang...." Mumu berusaha mencerna maksudnya.

..."Dari Abu Hurairah secara marfu': "Cintailah orang yang kau cinta dengan sewajarnya, boleh jadi suatu hari dia menjadi orang yang kau benci. Dan bencilah kepada orang yang kau benci sewajarnya, boleh jadi suatu hari dia yang kau benci menjadi orang yang kau cinta" (HR Tirmidzi)... "

Semakin lama Mumu mendengar isi ceramah ini semakin malu ia pada dirinya sendiri. Ia sudah bersikap berlebihan dalam mencintai seseorang. Ia bersikap tidak logis. Seperti orang yang hilang kendali atas dirinya sendiri.

Cinta adalah anugrah. Tapi jika kita salah mengapresiasinya maka akan menjadi bencana.

Mumu beristighfar dalam hati. Berusaha menata hati dan fikirannya kembali.

Mumu malu karena telah bersikap implusif. Sebenarnya ini bukanlah gayanya yang biasanya agak pemalu.

***

Matahari sore menembus daun Akasia yang ditanam berjejer di sepanjang parit SMP 1 Bengkalis. Walaupun cahayanya tidak sekuat pada waktu tengah hari, tapi panas sore masih terasa menyengat kulit.

Di halaman samping SMP 1 Bengkalis yang menghadap ke arah jalan A. Yani, sekitar 50an siswa sedang berlari melakukan pemanasan. Sebagian menggunakan seragam silat, warna hitam les kuning dan sebagian lagi menggunakan baju olah raga.

Mereka berlari mengikuti instruksi yang diberikan oleh Pelatih. Peluh bercucuran di dahi dan badan mereka.

Dengan silat mereka berolah raga.

Dengan silat mereka sehat!

Guntur sedang memimpin pemanasan sedangkan Yalis berdiri di samping pagar bersama kak Ita.

"Tak ada kabar Mumu, Lis? dah lama dia absen, tak ikut latihan?!" tanya kak Ita.

Kak Ita adalah senior sekaligus Guru yang mengajar di sekolah ini. Dia menjadi penanggung jawab atas kegiatan ektrakurikuler silat ini.

"Tak ada, Kak. Kemaren aku ke kosnya, tapi dia tak ada."

"Dia tak punya handphone?"

"Tidak, Kak."

Jarang orang tidak punya handphone masa sekarang ini. Paling tidak handphone senter.

Kak Ita paham dengan keadaan ekonomi Mumu.

"Kalau dalam tiga hari nanti dia tidak juga hadir, pastikan dia dskor. Tak boleh latihan selama satu bulan. Honor bulanan pun jangan dibayar untuk bulan ini!"

"Siap, Kak!" Yalis mengangguk. Memang itulah komitmen antara pelatih biar mereka lebih disiplin.

Satu hal yang tidak Yalis sampaikan ke Kak Ita bahwa memang selama ini Mumu tidak pernah menerima honor ketika dia membantu melatih. Honornya hanya dimasukkan di kas komisariat. Alasannya dia belum bisa dianggap melatih. Karena masih banyak yang mesti ia pelajari.

"Kamu bantu lah Guntur melatih. Kakak mau minjam kunci kantor sama penjaga sekolah. Tadi tas kakak ketinggalan di ruangan kelas." Tanpa menunggu jawaban, kak Ita langsung pergi. Setelah kak Ita pergi, Yalis langsung membantu Guntur melatih anggota.

Karena hanya mereka berdua yang melatih, anggota mereka bagi dua kelompok. Masing-masing mereka mengambil satu kelompok.

Yalis mengajarkan dasar tendangan dan dasar pukulan. Sedangkan Guntur memberi materi jurus satu.

Matahari semakin jauh condong ke barat. Mereka sedang istirahat setelah dua jam latihan. Sebentar lagi mau tutup latihan. Kak Ita sudah pulang duluan.

Ketika mereka siap-siap menutup latihan, Mumu datang. Tapi dia hanya melihatnya dari jauh.

Setelah selesai doa penutup dan salam-salam sama pelatih, baru lah Mumu berjalan mendekat.

Tapi belum sempat ia bergabung, Yalis memberi isyarat untuk tetap disitu.

Setelah semua anggota pulang, Yalis dan Guntur mendekati Mumu.

"Jarang latihan sekarang, bro. Ke mana aja? Sibuk betul nampaknya." sapa Yalis.

Mumu hanya bisa tersenyum. Tak mungkin ia berkata jujur dengan kedua temannya ini. Walau pun mereka bisa dikatakan teman tapi mereka bukan teman akrab.

"Kak Ita tadi nanya kamu. Kamu kan tahu komitmen kita kemaren. Tak boleh bolos melatih jika tak ada sebab yang jelas." Yalis berkata dengan serius. Guntur hanya diam sambil melihat ke arah Mumu.

"Aku memang agak sibuk dalam minggu-minggu kemaren, bro. Jadi tak sempat hadir di tempat latihan. Jadi apa kata kak Ita?"

"Kalau alasan kamu tak jelas, kamu harus menanggung konsekuensinya, bro. Jadi kamu diskor selama satu bulan tak boleh melatih." tegas Yalis.

"Apa boleh buat, bro." kata Mumu pasrah.

"Tapi aku cuma tak boleh melatih kan? Aku masih bisa tetap latihan malam kan?"

Latihan malam adalah latihan khusus bagi sabuk merah. Mulai dari asisten pelatih sampai tingkat pelatih. Dilatih langsung oleh pelatih senior.

Bagi Mumu, latihan malam lebih bermakna dibanding ia harus melatih. Walau pun dapat honor jika melatih. Tapi bukan itu yang Mumu harapkan.

"Semuanya tak boleh, bro." Yalis menggelengkan kepalanya.

"Apa kak Ita yang mengatakan, bro?"

Yalis tak menjawab. Tapi dia menoleh ke arah Guntur, mengharap bantuan.

****