Chereads / Cinta Laki-laki Pemarah / Chapter 10 - Pemuda Sederhana yang Aneh

Chapter 10 - Pemuda Sederhana yang Aneh

Itulah kejadian yang diingat oleh Yuliana. Sambil makan malam, pada waktu itu, bapaknya bercerita tentang Mumu. Mumu bukanlah orang bengkalis. Dia berasal dari sebuah desa di pulau merbau. Jauh dari bengkalis. Dia merantau di sini.

Yuliana sedang menyuap nasi yang terakhir di piringnya waktu itu, ketika tiba-tiba bapaknya bertanya kepadanya.

"Kamu tak kenal dengannya, Yuli? Dia bilang, dia sepertinya pernah melihatmu di kampus."

"Ooo jadi di kuliah, pak? Yuli tak perasan pula."

"Ya, dia kuliah, mungkin satu angkatan sama kamu, cuma beda jurusan. Dia pemuda yang sederhana, tapi baik. Kalau dilihat sekilas, nampaknya dia berpengetahuan juga. Makanya kalau ada waktu, bapak sengaja mempersilahkan dia supaya datang ke sini lagi."

Tapi Damon ke sini jauh, Pak. Kasihan, apa lagi dia hanya pakai sepeda." kata Yuliana.

"Sedang dari Damon ke RSUD saja dia sampai, kan jauh juga, walaupun tak sejauh ke kampung kita." pak Yusuf tetap yakin Mumu bisa datang lagi ke rumahnya.

Seperti yang dikatakan oleh bapaknya, pada suatu hari, jika Yuliana tidak silaf, hari minggu waktu itu, ternyata Mumu memang benar-benar datang. Setelah ngobrol sebentar dengan bapaknya, Mumu disuruh coba ngobrol sama kakak Yuliana. Kak Nana. Sebenarnya, bapaknya cuma mau ngetes Mumu saja, dia mau membuktikan hipotesanya, jika Mumu termasuk orang yang berpengetahuan.

Tak dinyana, ternyata hasilnya di luar dugaan pak Yusuf, bahkan Yuliana sendiri pun tak sedikit pun menyangka bisa seperti itu. Setelah Mumu mencoba berbicara dengan kakaknya, kak Yana mulai ada respon.

Pandangan matanya berangsur-mulai fokus. Kakaknya mulai bisa meresapi dan mencerna apa yang dikatakan oleh Mumu.

Yuliana heran dengan Mumu, seorang pemuda sederhana tapi aneh. Bagaimana tidak aneh? Kok bisa pemuda seperti dia berbicara tentang ilmu psikologi lalu dikaitkan dengan ilmu agama dan ilmu logika. Sehingga apa yang ia katakan bisa meresapi dan masuk ke dalam fikiran kakaknya. Tentu saja Yuliana beserta keluarga menjadi gembira. Walaupun kakaknya belum sembuh benar, tapi keadaannya sudah jauh membaik. Pada hari itu, Mumu hanya berbicara dengan kakaknya sekitar empat puluh menit, setelah itu ia mohon pamit dan berjanji besok akan datang lagi.

Pada kedatangannya keesokan harinya, Mumu membawa kakaknya di halaman depan rumahnya. Mereka duduk di bawah pohon mangga yang rindang. Yuliana sengaja tidak ikut bergabung, ia hanya menyaksikan dari beranda rumahnya saja. Entah berapa lama mereka berdua berada disana, tiba-tiba Yuliana mendengar suara tangis perempuan. Rupanya kakaknya menangis sesunggukan. Dengan reflek, Yuliana berlari kecil menuju tempat kakaknya dan Mumu di bawah pohon mangga. Dibelakang Yuliana, rupanya bapak dan emaknya juga mengikuti dengan wajah yang risau.

Kakaknya menangis menelungkup bersandarkan batang pohon mangga.

Ketika Yuliana bergerak ingin mendekat kakaknya, tiba-tiba langkahnya ditahan oleh Mumu.

Jadi dia hanya bisa diam ditempat.

Sekitar lima menit kemudian, tangis kakaknya mulai reda, lalu ia berdiri menuju emaknya yang berdiri tidak jauh dari situ.

Dipeluknya emaknya erat-erat, sambil berkata "maafkan Nana emak, selama ini Nana telah khilaf, Nana telah melupakan kewajiban Nana yang telah menyusahkan emak dan bapak, Nana telah menelantarkan anak-anak Nana." Emaknya, pak Yusuf dan Yuliana terkejut sambil serentak menoleh ke arah Mumu. Mumu mengangguk dan berkata dengan pelan, "bersyukurlah kepada Allah, yang telah memberi pertolongan kepada kita semua"

Semua orang tersenyum bahagia, emak Yuliana tidak bisa berkata apa-apa, ia hanya membalas memeluk anaknya dengan erat. Tanpa terasa ia juga menangis, bedanya tangisnya adalah tangis bahagia.

Anak adalah harta terbesar yang dimiliki orangtua. Kasih sayang orangtua kepada anak selalu berlimpah. Orangtua yang terus mengusahakan yang terbaik untuk anak-anaknya. Berupaya membahagiakan dan bekerja keras untuk memenuhi semua kebutuhan anaknya. Walaupun anaknya sudah beranjak dewasa, tidaklah mengurangi perhatian dan kasih sayang orang terhadap anak-anaknya.

Itu lah sekelumit kenangan Yuliana tentang Mumu. Seorang pemuda sederhana, disaat kawan-kawan kampusnya berlomba-lomba pergi kuliah dengan memamerkan motor baru mereka, Mumu hanya kuliah dengan mengayuh sepeda. kemana-mana hanya menggunakan sepeda federalnya. Handphone pun ia belum punya. Makanya di kampus, ia tidaklah populer. Siapa yang mau mengenal dekat seorang pemuda kampung, apalagi untuk menjadi pacar. Tapi penampilan luar saja tidak bisa menjamin kita untuk mengenal seseorang. Penampilan hanya kulit luarnya saja.

Dalam hidup ini tentu kita sering bertemu dengan orang-orang yang dari segi penampilan berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Entah itu dari segi fisik, pakaian yang dikenakan, gaya rambut, cara bicara, sikap dan lain sebagainya. Ketika melihat hal itu semua kita diharuskan menyikapinya dengan baik dan bijak. Jangan sampai langsung menghakimi orang lain hanya dari apa yang kita lihat atau dengar tanpa tahu yang sebenarnya.

Orang bijak berkata 'Jika kamu menilai seseorang hanya dari penampilannya, kamu akan kehilangan banyak kesempatan bertemu orang-orang yang hebat.' Setidaknya itulah bukti yang Yuliana rasakan. Jika ia tidak sengaja mengenal Mumu melalui perantaraan kakaknya, maka ia akan menilai Mumu apa adanya, sebatas kenal dari penampilannya saja.

Walaupun dari segi umur, ia lebih dewasa satu tahun dari pada Mumu, tapi dari sisi pengalaman hidup dan keberagaman pengetahuan, ia harus banyak belajar lagi dan lagi.

Orang tidak akan menyadari jika Mumu ini tidaklah sesederhana penampilannya saja. Tapi siapakah yang sudi mengenal Mumu dari dekat?

Dari hari ke hari, kondisi kakaknya semakin membaik, dia semakin peduli dengan anak-anakya, dia juga mulai rajin sholat lima waktu. Yang lebih pentingnya lagi, dia tidak ada lagi nampak termenung seorang diri. Kakaknya menyibukkan diri dengan berbagai aktifitas. Hingga akhirnya kakaknya coba melamar pekerjaan sebagai pengajar atau pengasuh di play group tempat Mumu tinggal, dan ternyata berhasil. Hingga saat ini Yuliana masih penasaran bagaimana cara Mumu sehingga bisa berhasil menyadarkan kakaknya.

***

"Yuli, kamu kenapa?" sebuah suara yang bernada risau telah membuyarkan kenangan Yuliana. Ia tersentak. Matanya mengerjap sejenak. Setelah itu barulah fikiran kembali ke keadaan saat ini.

"Oh maaf, kak, tadi ada yang Yuli fikirkan, jadi tak dengar apa yang kakak katakan," kata Yuli dengan nada minta maaf."Kakak mengatakan apa tadi?" tanya Yuli lagi.

"kakak tadi bertanya, kenapa kamu pulang malam?, tapi kamu malah bengong, seperti lagi memikirkan sesuatu." jelas kak Nana dengan sabar. "Atau Yuli lagi mikir tambatan hati ya?" kakaknya menggoda.

"Ah, kakak..." Yuliana tersipu malu. Tadi Yuli ketemu kawan, kak. Langsung sholat mahgrib di masjid raya."

"Tapi kenapa pulang dari masjid, pikiran Yuli jadi melayang kemana-mana?" tanya kakaknya.

"Oh, tidak apa-apa, kak..." Yuli ragu untuk mengatakan bahwa ia lagi memikirkan Mumu, nanti digoda kakaknya lagi. Kan ia tidak ada hubungan apa-apa dengan Mumu. Pipi Yuliana tiba-tiba memerah. Kan dia memang tidak ada hubungan yang spesial dengan Mumu.

"Hayo, lagi mikir apa lagi...?" kakaknya tidak berhenti menggodanya.

"Yuliana tidak mau tahu apa yang ia fikirkan, jadi ia berusaha mengalihkan pembicaraan, "bapak sama emak mana, kak?"

"Masih di masjid." jawab kakaknya singkat. Yes, ternyata berhasil. Cepat-cepat Yuliana berkata, " Oo ya lah, kak, kalau begitu Yuli ke kamar dulu ya." Tanpa menunggu jawaban dari kakaknya, Yuliana ngeloyor pergi.

Sampai di kamar, ia langsung melepas jilbabnya dan disangkutkan di anger, jika tidak, bisa cepat bertahi lalat. Diambilnya handuk, lalu ia bergegas ke kamar mandi. Setelah seharian di luar, paling segar jika mandi. Setelah itu barulah sholat. Yuliana ini termasuk tipe wanita yang rajin mandi. Memang banyak kawan-kawannya yang kadang mandi hanya satu kali, setelah itu, mereka lebih sering cuci muka jika mau berwudu.

Berwudhu bagi mereka yang akan melaksanakan sholat. Banyak anak-anak gadis yang kadang, sholat pun lewat. Sholat memerlukan kesadaran dari diri sendiri. Jika hanya disuruh, ia tidak akan bertahan lama. Yuliana adalah sedikit dari para gadis muda yang taat dalam menjalani perintah agama. Sedari kecil, ia memang sudah dididik dengan keras dalam hal belajar agama.

Setelah sholat, Yuliana Tidur-tiduran di kamarnya. Ia memikirkan persoalan yang pelik yang sedang dialami oleh Zara. Jika ia di posisi Zara, apa yang akan ia lakukan?

Pikiran ia kembali menerawang, memikirkan setiap kemungkinan yang akan ia lakukan jika mengalami situasi seperti Zara. Pertama-tama, ia akan mencari apa penyebab timbulnya hal tersebut. Lalu baru ia bisa mencari solusi yang sesuai terhadap persoalan itu. Jika tadi ia meminta pendapat kepada Mumu ketika mereka berjumpa di masjid. Tapi pasti Zara merasa keberatan. Eh Mumu lagi yang ia fikirkan. Seberapa pentingkah Mumu dalam hidupnya?

***