Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kampus diartikan sebagai daerah lingkungan bangunan utama perguruan tinggi (universitas, akademi) tempat semua kegiatan belajar-mengajar dan administrasi berlangsung.
Tapi bagi anak-anak muda, kampus adalah tempat mereka mencari teman. Kampus juga tempat mereka berkumpul, bercengkarama, bergosip ria, mencari perhatian, mengembangkan hobi, yang lebih pentingnya lagi, kampus adalah tempat mereka mencari tambatan hati, atau tempat mereka untuk bertemu dengan orang yang mereka naksir. Walaupun orang yang mereka sukai itu, sudah menolak mereka berkali-kali.
Itu lah dunia kampus. Tergantung dari sisi mana kita melihatnya.
Bagi mahasiswa-mahasiswa yang tauladan, kampus adalah tempat mereka menimba ilmu sebanyak-banyaknya.
Kalau bagi Mumu sendiri, kampus adalah tempat belajar juga tempat untuk melihat belahan jiwanya walaupun hanya dari kejahuan. Itu sudah cukup baginya untuk melepas rindu.
Urusan hati dan perasaan memang tak bisa dipaksakan. Kita tak bisa begitu saja membuat orang yang kita cintai juga bisa punya perasaan yang sama dengan kita, apalagi bagi Mumu yang sama sekali belum pernah mengungkapkan perasaannya kepada Zara. Zara bukanlah paranormal yang bisa melihat isi hatinya. He he.
Sebenarnya bukan Mumu tidak berani mengungkapkan isi hatinya, tetapi ia rasa, sekarang ini bukanlah saat yang tepat. Biarlah Zara tidak tahu akan perasaannya, asalkan melihat Zara gembira dengan berbagai prestasinya yang gemilang, sudah senang rasanya hati Mumu.
***
Seperti biasanya, kampus tampak ramai. Mahasiswa mondar mandir ke sana kesini dengan berbagai aktivitas mereka.
Ada yang pulang kuliah, ada yang minjam buku atau mencari bahan untuk tugas kuliah, ada juga yang baru datang untuk masuk kuliah.
Di Kampus ini, jam kuliah tidak sama, tergantung kamu termasuk mahasiswa angkatan berapa.
Jadi agar tidak ketinggalan informasi, kamu harus selalu melihat pengumuman di mading. Karena biasanya jika ada perubahan jadwal kuliah atau pengumuman lain, bagian Akademik akan menempelkan pengumuman tersebut di mading.
Ternyata ada pengumuman baru.
Besok jam 14.00 wib, ada mata kuliah Fiqih Muamalah oleh dosen terbang, Pak Heri Sunandar di Ruang D.
Jangan beranggapan dosen terbang adalah dosen yang berpergian menggunakan sayapnya sebagai alat trasportasi.
Dosen terbang adalah dosen yang mengajar pada beberapa perguruan tinggi di luar kota (daerah) tempat tugas pokoknya yang letaknya berjauhan sehingga harus naik pesawat terbang atau kendaraan laut.
***
Oo ternyata gabung anak KPS dan anak Akuntasi. (Anak KPS adalah singkatan dari mahasiswa jurusan Keuangan dan Perbankan Syari'ah, sedangkan anak akuntasi adalah sebutan dari mahasiswa jurusan Akuntansi Syari'ah?. Jantung Mumu tiba-tiba berdebar dengan lebih cepat.
Bagaimana tidak berdebar-debar, karena besok ia akan satu ruangan dengan pujaan hatinya.
Huft, Mumu jadi tambah bersemangat.
'Aku harus ke pustaka dahulu, mau cari buku yang berkaitan dengan materi besok, mana tahu, ada gunanya nanti' pikir Mumu.
Mencari buku di pustaka kampus ini enak, kita tinggal lihat di komputer.
Pencet saja NIMKO kita sama pasword, masuk library, cari buku.
Nanti akan ditampilkan informasi tentang buku yang kita cari.
Berapa jumlahnya, berapa yang sudah dipinjam dan berapa sisa di rak buku.
Jadi simpel.
***
Jam baru menunjukkan pukul 13.45 wib. Ruangan D sudah penuh dengan mahasiswa. Hanya ada beberapa kursi yang masih kosong di bagian belakang ruangan ini.
Ma'lum saja, karena Pak Heri Sunandar ini adalah salah satu dosen favorit. Cara mengajarnya enak didengar, ilmunya cepat diresapi walau oleh orang awam sekalipun. Pengetahuannya juga luas. Sekarang ini, dia lagi dalam proses melanjutkan kuliah S3 nya dalam bidang agama.
Jadi tak heran jika para mahasiswa cepat hadir, ditambah lagi Pak Heri juga terkenal sebagai dosen yang disiplin. Bukti nyatanya, walaupun belum jam 14.00 wib, tapi dia sudah hadir di sini.
Mumu duduk di kursi bagian tengah sebelah kanan di ruangan ini. Karena rata-rata, anak KPS memang duduk di kursi deretan sebelah kanan, sedangkan kursi di deretan sebelah kiri, diisi oleh anak-anak akuntasi.
Nun agak jauh di depan sana, di barisan nomor kedua dari kursi bagian paling depan duduklah seorang mahasiswi yang rupawan. Zara!
Hari ini ia mengenakan gamis warna merah hati yang dipadukan warna putih di bagian bawahnya. Sedangkan jilbab yang menutupi kepala hingga sampai di bagian punggungnya, berwarna putih dengan garis-garis hitam kecil-kecil. Sangat menawan.
Bukan hanya Mumu yang sekali-kali melirik, mencuri pandang ke arah Zara. Banyak dari para mahasiswa yang tak segan-segan menatapnya.
Itu lah keindahan. Sudah menjadi lumrah bahwa para pria menyukai keindahan, sedangkan pada wanita memang terdapat keindahan itu.
Jadi tidak bisa dinafikan banyak mata menatap kagum kepada Zara.
Yang membuat hati Mumu terasa sesak, ketika dilihatnya seorang mahasiswa anak KPS yang sedang berbicara dengan Zara. Tampaknya sangat akrab. Hati Mumu sakit dibakar api cemburu. Ia kenal dengan mahasiswa tersebut. Ari Saputra namanya. Anak jalan Pramuka. Air Putih.
Ari memang terkenal play boy. Tapi ia memang ganteng, ramah, pandai bermain kata-kata, jadi memang wajar banyak mahasiswi yang mengidolakannya.
Entah berapa orang adik tingkat yang sudah menjadi pacarnya. Putus dengan yang ini, pacaran lagi dengan yang lain. Biasanya, sasarannya hanya adik-adik tingkat, walaupun kadang-kadang ia juga akan menggoda yang seangkatan dengannya. Tapi sangat jarang.
Tapi entah mengapa, sekarang ia nampak mulai akrab dengan Zara. Pada hal biasanya Zara bukanlah tipe wanita yang mudah menerima sembarang cowok untuk menjadi temannya, apalagi mengarah ke teman dekat atau pacar. Yang jelas sekarang ini, mereka berdua nampak asyik berbincang, dan sesekali Zara akan tersenyum, bahkan kadang-kadang ia tertawa kecil dengan suara pelan. Sungguh memesona.
Hati Mumu bergemuruh rasanya. Ingin ia melarang Zara, agar jangan dekat-dekat dengan Ari. Tapi kalau difikir-fikir, memangnya ia siapa?
Saudara bukan, orang tua bukan, pacarnya Zara juga bukan. Ibarat panggang yang jauh dari api. Tidak mungkin!
Jangankan pacar, berteman saja tidak!
Memangnya siapa dia yang tak rela jika Zara berbincang-bincang dengan Ari?!
Jika ia nekad untuk melarang Zara, apa kata dunia?
"Kawan-kawan sudah datang semua?..." tiba-tiba sebuah suara telah mengentikan lamunan Mumu.
Ternyata sudah jam 14.00 wib. Sedangkan suara tadi adalah suara Dosen yang akan mengajar hari ini, Pak Heri Sunandar.
"Sudah, Pak." jawab mahasiswa serentak.
"Baiklah hari ini kita akan membahas tentang fiqih muamalah. Fiqih dan mualamah. Apa itu fiqih, dan apa itu muamalah?" suara Pak Heri terdengar jelas dan langsung memasuki kuping para mahasiswa.
Ada pepatah mengatakan, mata pelajaran tergantung siapa yang mengajarkan. Mengapa matematika itu sulit? atau mengapa mata pelajaran bahasa inggris itu membosankan?
Hal ini tak lain tak bukan, tergantung guru atau dosen yang mengajarnya.
Jika guru mengajar garang atau monoton, maka ilmu yang diajarkan akan masuk dari telinga kanan dan langsung keluar dari telinga kiri. Tidak nyangkut sama sekali. Kalau pun nyangkut, sangat sedikit sekali.
Berbeda dengan cara Pak Heri ini mengajar, semuanya dengan semangat mendengar dan menyimak apa yang diucapkan dan diuraikan oleh Pak Heri ini. Anak badung pun akan serius mendengarkan petuah-petuahnya.
Hati Mumu yang tadi lagi bergemuruh karena cemburu pun, sekarang ibarat disiram air es, langsung sirna.
Sekarang ia tampak serius sekali mendengarkan apa yang diajarkan oleh Pak Heri. Tampak sesekali Mumu mencatatnya di buku kecilnya untuk sebagai pengingat tentang materi yang diajarkan.
Tidak terasa dua jam telah berlalu, sekarang sudah menunjukkan jam 16.00 wib. Mata kuliah fiqih muamalah sudah usai. mahasiswa seperti baru tersadar. Cepat sekali waktu berlalu.
Mumu pun mengemas catatannya, sebelum pulang matanya mencari-cari Zara, tapi sosoknya sudah tidak kelihatan lagi, mungkin sudah pulang pikir Mumu.
"Nampaknya bakalan menang si Ari..." lamat-lamat Mumu mendengar dua suara yang berbicara lirih tak jauh di hadapannya.
Ada dua orang mahasiswa yang berjalanan beriringan menuju pintu keluar sambil berbincang-bincang dengan suara pelan.
Mumu kenal mereka berdua. Karena sama-sama anak KPS. Satu angkatan juga.
Yang berbicara tadi adalah seorang pemuda yang berperawakan agak gempal. Ira Agus namanya, anak Selatbaru. Sedangkan yang seorang lagi, yang berbadan kurus, tinggi adalah anak Jangkang, Ahmad Solihin namanya.
"Tapi aku rasa, tak mudah Ari untuk menaklukkan hati Zara." kata Ahmad.
Mumu tambah terkejut. Apa maksudnya ini, pikirnya. Tapi sebelum ia sempat untuk mendengarnya lebih lanjut, Ira dan Ahmad sepertinya menyadari ada orang lain di belakang mereka, sehingga mereka berdua langsung diam dan melanjutkan langkah kaki mereka.
***