Chereads / Menyembuhkan Luka / Chapter 9 - bingung?

Chapter 9 - bingung?

kenyang setelah memakan makanan yang mereka bawa ke kamar Dayana untuk merayakan hari kelahiran sahabatnya itu, berujung menonton film Space Sweepers---film terbaru Song Joong-Ki, karena Btari memaksa mereka untuk nonton bersamanya.

"gue membayangkan kalo bumi ancur ya kiamat sudah namanya." cetus Malik sembari memakan popcorn karamel kemasan yang terkenal enak dari minimarket.

"kalo nonton tuh gak usah sambil bacot juga kali!" sindir Btari yang sedang fokus menonton.

"heleh, lo sendiri ngebacot itu!" balas Malik yang tak mau kalah membuat Kalam dan Dayana hanya menggelengkan kepala seraya fokus kembali pada alur cerita film.

"lo tuh yang bacot!" sahut Btari seraya melempar tisu bekas ingusnya, karena menangis saat adegan sedih muncul.

"SUMPAH JOROK LO!" teriak Malik saat tisu itu mengenai wajahnya.

sementara Btari memeletkan lidahnya karena merasa menang dari Malik.

saat Malik hendak melempar bantal, Kalam menahannya.

"berisik banget kalian! udah mending stop aja nontonnya!" sela Dayana saat Kalam hendak menengahi kedua sahabatnya yang mulai menunjukkan taringnya.

Dayana yang berhasil mematikan layar tipis yang menempel di dinding kamarnya itu kembali memakan popcorn karamel yang sempat berada di tangan Malik.

"makanya jangan banyak tingkah kalian." kata Kalam membuat keduanya saling mendengus.

"ya gak usah dimatiin juga, kan jadi makin penasaran gue." cetus Btari seraya ikut memakan popcorn.

"lo sendiri yang salah." sindir Malik membuat Btari hanya menghela napas.

"udah tua juga masih aja suka ribut mulu lo bedua, jangan sampe kalian married, kasian anak-anak lo pada nanti." sahut Dayana membuat Btari dan Malik menggelengkan kepala.

keadaan kembali kondusif karena keempat manusia itu sudah berada di kandangnya masing-masing.

Btari yang sengaja menginap, sementara Malik dan Kalam memilih pulang, padahal tadi Aksa dan kedua orangtuanya menyuruh mereka menginap.

saat Btari sedang membersihkan diri di kamar mandi, Dayana kini tersenyum dalam diam di pinggir ranjangnya setelah melihat isi kado dari Pra.

Dayana.

sekali lagi terimakasih untuk semuanya, maaf kalau tadi gak sempet berterimakasih dengan benar, saya menyukainya :) (delete)

jarinya menggaruk dahi yang tak gatal.

Dayana.

sekali lagi terimakasih kasih, saya menyukai kado darimu :) (delete)

"ah kenapa gue jadi gini sih?" desis Dayana frustasi karena bingung harus mengetik apa pada Pra.

trining.

Dayana membulatkan keduanya matanya saat orang yang ingin kirimi pesan, hadir dalam pesan yang tertera di layar ponselnya.

Praha H

sudah tidur?

Dayana sedang menimbang-nimbang antara membalasnya atau tidak.

setelah berdebat dengan logika dan batinnya, Dayana akhirnya memilih membalas pesan tersebut.

Dayana.

blm, ada apa?

sementara di sebrang sana, tepatnya di kediaman Pra, pria itu tersenyum membaca balasan pesan dari pujaan hatinya.

Dayana

blm, ada apa?

"ternyata dia belum tidur." gumam Pra yang berada di ruang kerjanya.

Praha.

gak, cmn mau mengingatkan soal acara bsk

Pra menautkan alisnya karena ia melihat Dayana sudah membaca pesannya, namun tidak ada balasan.

"mungkin dia ketiduran." gumam Pra lagi yang berlalu menuju dapur karena merasa haus.

Dayana

saya gak akan lupa Pra

Pra tersenyum lagi setelah membaca pesan balasan dari Dayana, memang keduanya tidak mempermasalahkan soal panggilan satu sama lain, yang mana Pra lebih tua tiga tahun dari Dayana.

setelah Btari bersih-bersih dan bersiap untuk menyapa mimpinya, dirinya melirik Dayana yang fokus sekali dengan ponsel dan kotak besar yang ada di atas pangkuannya.

"kado dari siapa tuh?" tanya Btari yang menatap Dayana curiga.

"temen." jawab Dayana sekenanya membuat Btari semakin tidak percaya.

"gak jago bohong lo!" ujar Btari yang mendapat tatapan malas dari Dayana.

"dari Pra, 'kan?" pertanyaan Btari tidak mendapat jawaban dari Dayana karena perempuan itu memilih memejamkan mata setelah menyimpan kado tersebut di atas meja.

"nyebelin banget ya lo Dayana!" gerutu Btari yang akhirnya memilih menemui Dayana dalam mimpinya.

sinar mentari pagi menyambut hangat Dayana yang baru saja turun dari dalam mobil Aksa.

"sebentar Day!" ujar Aksa setengah teriak saat Dayana hendak menutup pintu mobil.

"apa kak?" tanya Dayana yang berdiri di samping pintu mobil yang setengah terbuka.

Aksa mengambil dompet yang ada dalam saku celananya dan mengambil black card miliknya, lalu menyodorkannya ke arah Dayana.

"pake buat beli barang yang belum sempet lo beli." kata Aksa yang kembali duduk dengan semana mestinya.

Dayana mengambil card milik sang kakak kedua, lalu tersenyum lebar. "thanks for your gift, my lovely brother!" ucap Dayana seraya memasukkan card itu ke dalam tasnya.

"by the way, boleh beli dua barang, 'kan?" tanya Dayana dengan mata penuh harap, membuat Aksa berdecak melihat kelakuan adik satu-satunya itu.

"up to you." jawab Aksa yang memakai kembali seat beltnya.

"once again, i love you so much! yaudah hati-hati ya, happy working!" kata Dayana yang sudah menutup pintu mobil itu dan berlalu menuju kantornya berada dengan mood yang sangat baik, karena mendapat kado ulang tahun yang bisa dirinya sendiri pilih.

sementara orangtuanya memberi kado ulang tahun berupa logam mulia, dan Tama juga Indira memberikan sebuah lukisan.

dan kado dari Pra, sebuah buku sketsa berukuran besar dan album musik idolanya yang Dayana incar akhir-akhir ini.

sungguh hadiah ulang tahun terenak untuk dirinya.

"morning Dayan!" sapa Anggi yang juga baru sampai dan bertemu Dayana di dalam lift.

"tumben datang pagi mbak?" tanya Dayana yang lebih terdengar menyindir Anggi, karena sang atasan selalu datang agak lebih siang dari kebanyakan orang yang kerja, jika tidak dalam keadaan situasi kantor yang sibuk.

Anggi melirik sesaat. "lagi dapet ilham." sahut Anggi yang terkekeh, membuat Dayana yang mendengar menatapnya tak percaya.

"bawa apaan kamu?" tanya Anggi saat melihat sebuah paper bag besar yang Dayana bawa.

"oh, ini?" Dayana menunjukkan paper bag itu dengan jelas pada sang atasan.

"...baju ganti buat kondangan." lanjut Dayana membuat Anggi manggut-manggut.

saat membuka pintu kantor, keadaan hening tidak seperti biasanya.

lalu terdengar suara,

"happy birthday to you! happy birthday to you! happy birthday! happy birthday! happy birthday Dayana~" ternyata surprise yang gagal akhirnya terlaksana di hari kedua Dayana genap berusia dua puluh lima tahun.

semua karyawan yang bekerja di tempat yang sama dengan Dayana, memberi kejutan.

"selamat ulang tahun partner!" ucap Rissa setelah Dayana meniup lilin.

"happy birthday our designer's!" ucap Anggi sembari menepuk bahu Dayana lembut.

"selamat ulang tahun Mbak Day!" ucap Jefri--- asisten designernya yang selisih umur dua tahun di bawah Dayana.

dan ucapan-ucapan lainnya diberikan untuk Dayana dari semua karyawan dengan hangat dan penuh bahagia.

"makasih semuanya buat surprise ini, semoga kalian selalu diberi kebahagiaan dan kesehatan!" ucap Dayana dengan penuh harap.

"aamiin~" sahut semua orang yang mendengar dan setelahnya mereka tertawa bersama, entahlah mereka menertawakan hal lucu apa.

"semoga secepatnya kamu melepas masa lajang." cetus Anggi membuat Dayana menghela napas, namun ia aminkan dalam hati.

"harusnya mbak dulu kali, baru aku." sindir Dayana membuat Anggi mendengus.

"soon lah!" balas Anggi yang berlalu menuju ruangannya sementara yang lain mulai kembali ke meja masing-masing.

Dayana merasa beruntung, karena dirinya sampai saat ini masih dipertemukan dan dikelilingi orang-orang baik dan hati yang hangat untuknya.

aku berterimakasih banyak dan semakin bersyukur atas semua rezeki darimu ini. batin Dayana yang juga mulai mengerjakan pekerjaannya.

.

.

.

.

.

TBC