Btari yang tiba-tiba mengajak Kalam pergi untuk menemui Dayana pun, akhirnya sampai dan bersalaman dengan Tama juga Indira yang masih bercengkerama hangat di depan rumah bersama keluarga kecilnya.
Btari pun memberikan hadiah untuk anak kedua mereka, yang dipegang Kalam.
"makasih ya sudah repot-repot bawa hadiah." ucap Indira yang menyambut baik pemberian Btari dan Kalam.
"makasih ya, Btari, Kalam." kini Tama yang bersuara.
"sama-sama mbak, mas, semoga ke pake ya sama baby Kala." kata Btari yang tersenyum manis hingga terlihat deretan gigi depannya.
"pasti ke pake dong aunty." kekeh Indira yang masih menggendong Kala, sebelum Tama mengambil alih putra keduanya dari sang istrinya.
sementara kedua pria dewasa yang sama-sama pendiam, hanya menjadi penonton antar kedua wanita di depannya yang mulai membahas ini dan itu.
"yaudah mas, mbak, aku ke dalem ya sama Kalam." ujar Btari yang tidak bisa berlama-lama mengganggu kecil bahagia itu.
"oh iya, iya, masuk aja." sahut Indira lagi, dan Tama? dia hanya tersenyum tipis sambil menggendong Kala yang mulai rewel.
sedangkan orang yang mau Btari kunjungi, masih di ruang makan bersama Aksa.
"apa Pra ada ngasih kabar ke lo?" kali ini pertanyaan Aksa terdengar serius, hingga membuat Dayana bisa mengesampingkan egonya.
"gak ada." jawab Dayana yang terdengar sedikit lesu.
"sebenarnya, dia lagi di rumah sakit." Dayana mendengar hal itu, langsung menatap penuh penasaran pada Aksa.
ada rasa takut dan terkejut mendengar ucapan Aksa, tentang Pra yang hilang kabar sejak kemarin.
perasaannya mendadak semakin campur aduk, setelah mendengar ucapan Aksa.
Pra sakit? tapi kemarin, he's okay. tapi ya, cuman agak beda aja. batin Dayana yang mulai merasa khawatir.
tanpa Dayana sadari, jarinya terus mengetuk di atas meja, tanda jika dia sedang mengkhawatirkan sesuatu.
"dia, lagi nungguin ibunya yang baru operasi tadi malam." jelas Aksa, setelah melihat ekspresi sang adik yang sesuai dugaannya.
Pra awas lo jangan main-main sama adek gue satu-satunya ini. batin Aksa yang menatap dalam kedua mata Dayana.
"siang Day!" sapa Btari sedikit teriak saat menemukan sahabatnya yang terlihat sedang berbincang serius dengan kakak keduanya.
Kalam menggelengkan kepalanya saat melihat kelakuan Btari.
"kapan lo datang?" tanya Dayana yang sedikit kesal karena terganggu pembicaraannya dengan Aksa.
"mungkin, lima jam yang lalu." jawab Btari sekenanya, sementara Aksa beranjak dari kursinya untuk bersiap mengantar sang mama yang minta diantar ke sebuah pusat perbelanjaan kota.
"pala lo lima jam!" gerutu Dayana seraya menatap kesal Btari, dan yang ditatap hanya menyengir tak merasa berdosa.
"tumben yang satu lagi gak keliatan." ucap Aksa yang ditujukan pada Malik yang katanya akan menyusul usai menemui teman wanitanya.
"oh Malik? weekend adalah jadwal khusus dia buat ngedate." sahut Btari membuat Aksa terkekeh.
"emang dasarnya playboy kelas kakap." timpal Dayana membuat Kalam kini ikut terkekeh mendengarnya.
dari tiga serangkai yang selalu menjadi bahan gosip para kaum hawa sejak masa kanak-kanak hingga bangkotan, Malik-lah yang paling sering bergonta-ganti wanita, bahkan mantannya itu tak terhitung jari, dan ya Kalam juga Air? mereka kalah jauh dari Malik.
apalagi, Kalam yang belum pernah berpacaran satu kali pun, masih ada mendingnya Air yang pernah berpacaran walaupun satu kali, tapi itu juga tak bertahan lama.
sedikit bocoran saja, tentang kisah asmara dari tiga serangkai yang penuh lika-liku dalam perjuangan cinta mereka.
"Lam, lo gak bosen apa nganterin mulu si Btari?" pertanyaan Aksa terdengar lebih seperti menyindir pria yang berdiri tak jauh darinya.
"ya mau gimana lagi bang." jawaban Kalam membuat Aksa yang mendengarnya tersenyum penuh arti.
"mana bisa dia nolak apa yang gue mau kak." sahut Btari saat mendengar percakapan diantara Aksa dan Kalam.
Kalam hanya tersenyum tipis, dan Aksa bergidik ngeri melihat Btari.
"enak banget ya lo Btari." cetus Aksa sekenanya dan berlalu meninggalkan ketiga sahabat itu tanpa permisi.
Btari yang mendengar ucapan Aksa hanya mengangkat bahunya acuh dan mendudukkan bokongnya di kursi makan.
tepukan di bahu Kalam, membuat pria bertubuh jangkung itu, lagi-lagi hanya tersenyum tipis.
"mending makan aja deh lo." ujar Dayana pada sahabat prianya itu seraya beranjak menuju dapur.
"kalo makan tuh jangan buru-buru gitu, kayak lagi pelatihan militer aja." kata Kalam saat melihat kebiasaan buruk Btari sewaktu makan.
Btari menelan terlebih dulu hasil kunyahannya, lalu menatap Kalam. "abisnya enak banget ini." balas Btari yang melanjutkan aksi makannya.
dan Kalam hanya terkekeh melihat Btari yang nikmat sekali menyantap hidangan makanan dengan lahap.
karena sudah paham betul dengan tabiat sahabatnya itu, Kalam mengambilkan satu potong ayam, dan menaruhnya di atas piring Btari.
"tau aja deh kalo gue pengen nambah ayamnya." kekeh Btari seraya menyengir.
tanpa keduanya sadari, Dayana sedang berdiri dibalik dinding ruang makan dan menahan senyumannya.
"bisa-bisanya." gumam Dayana yang melanjutkan jalannya menuju meja makan.
ketiga sahabat itu kini berpindah tempat, tepatnya di gazebo taman belakang rumah.
mereka menikmati semilir angin siang hari yang jarang dirasakan setelah masuk ke dunia kerja.
"apa lo gak ada acara lain Day?" pertanyaan Kalam membuat Dayana menoleh.
"sayangnya gak ada, kenapa emangnya?"
Kalam hanya menggelengkan kepalanya dan memilih menyeruput jus mangga buatan Bi Narni.
"pantesan aja lo gak pernah punya pacar, ditanya aja jawabannya cuman gelengan kepala doang, ya mana ada cewek yang mau sama lo!" cibir Btari panjang lebar.
"kalo ngomong tuh suka bener ya lo." sahut Dayana seraya terkekeh, sementara Kalam hanya diam tanpa ingin ikut berbincang lebih.
"asli, dia tuh ngebosenin banget jadi cowok, gue kalo ditawarin cowok modelan Kalam, ogah banget!" ujar Btari.
"awas tuh sama omongan sendiri, taunya lo malah suka dan married lagi sama Kalam." kata Dayana, membuat Btari bergidik ngeri dan Kalam hanya tersenyum tipis mendengarnya.
"amit-amit ih jangan deh, gak sanggup gue sama cowok gak asyik tuh."
suara notifikasi yang berasal dari ponsel Dayana, membuatnya langsung memeriksa siapa pengirim pesan untuknya.
dan ternyata itu adalah Air.
ada helaan napas saat membaca nama pengirim pesan, karena nama yang ditunggu tak kunjung memberi kabar satu kata pun.
Air Mahendra
skrg disana weekend, lo gak keluar Day?
Sana
gak
Dayana hanya membalas singkat pesan untuk Air, dirinya lebih memilih menyimpan ponselnya lagi di atas meja dan melanjutkan obrolan yang sempat tertunda dengan dua sahabatnya.
"chat sama siapa lo?" tiba-tiba playboy yang dibicarakan tadi, baru saja tiba usai menghabiskan setengah harinya, tentu bersama wanita barunya.
Dayana menoleh ke arah Malik dan mengerutkan dahinya. "dasar tukang ngintip!"
Malik terkekeh melihat ekspresi kesal salah satu sahabat perempuannya itu.
"bukannya jawab, malah nuduh gue lagi." kata Malik seraya menyeruput jus milik Btari.
"emang nyebelin banget ya lo! sebelum lo dateng, di sini adem-adem aja tuh!" sindir Btari yang sebal karena jusnya diminum seenaknya oleh Malik.
"gak usah bilang gitu, kalo kangen mah bilang ajalah Ri." cetus Malik seraya memainkan alisnya di depan Btari.
"serah lo deh!" balas Btari yang sedang malas beradu mulut dengan Malik.
Dayana dan Kalam? mereka berdua memilih terdiam sembari sibuk dengan pemikirannya masing-masing.
.
.
.
.
.
TBC