Chereads / Menyembuhkan Luka / Chapter 16 - yang terpendam

Chapter 16 - yang terpendam

matanya yang sangat ingin terpejam, namun pikirannya terus ingin terjaga.

ada satu hal yang terus mengganjal hati juga pikirannya akhir-akhir ini.

Air memilih membuat secangkir kopi pahit, sambil mengerjakan beberapa pekerjaan yang sempat tertunda.

saat duduk dan tak sengaja matanya melirik bingkai foto yang ada di atas meja kerjanya.

bibirnya melengkung ke atas, namun hatinya justru berbanding terbalik.

foto dirinya bersama keempat sahabatnya, yang diambil sewaktu mereka awal masuk masa putih abu.

"kenapa gue gak dari jaman ini ya, jujur sama dia." ucapnya seraya memandang lekat bingkai foto itu.

ada sesuatu yang menggelitiki dadanya, saat menatap foto wajah wanita yang membuat dunianya jungkir-balik.

senyuman manis itu yang selalu menjadi favorit seorang Air.

"apa gue harus ngasih tahu dia, tentang perasaan yang gue pendam selama ini?"

tin!

suara klakson yang sangat keras membuat Btari mengumpat sejadi-jadinya, karena terkejut bukan main.

"SHIT! BAN*SAT GILA LOOOO GILAAAA YA TUH ORANG! GAK LIAT APA GUE JALAN DI TROTOAR JUGA!"

Btari bersama Malik, baru turun dari stasiun MRT dan berjalan kaki menuju sebuah tempat makan, sekaligus tongkrongan untuknya dan dua sahabatnya yang kebetulan tidak sedang ada acara.

dengan emosi yang sudah meluap, Btari terus berusaha untuk menahan diri dan mengucap.

"astagfirullah Btari, jangan ngomong kasar dosa lo, mana ada cowok yang mau deket sama lo kalo dikit-dikit ngamuk pas kena sial, kagak ada woy, kagak ada. ah anjir! mana bisa gue nahan diri kalo begitu!" desis Btari soraya Angela napasnya.

terdengar mengucap di awal, tapi berakhir menggerutu lagi.

begitulah seorang Btari Lembayung.

"bukan gak ada, tapi lo nya aja yang gak sadar." sahut Malik yang juga sedang berjalan dengan Btari menuju sebuah tempat makan untuk berkumpul sore-sore.

perkataan Malik membuat Btari menoleh. "terus mana buktinya? kenapa bisa gue gak sadar?"

"coba liat sekeliling lo, jangan ngeluh mulu jadi orang."

"dih lo gitu maksudnya?" cibir Btari saat terpaku dengan kata 'sekeliling.'

helaan napas terdengar dari mulut Malik dan dirinya memilih meninggalkan Btari, karena hari ini dia sedang malas berdebat.

apalagi dengan Btari.

"apa iya ya yang dibilang sama si Malik? ya tapi, jangan dia juga dong!" gumamnya dan berlari menyusul Malik yang sudah sampai ditempat.

"sumpah ya lo Malik! kenapa malah ninggalin gue!" gerutu Btari yang baru sampai di meja mereka.

"udah kelaperan gue." jawab Malik enteng, saat Btari baru saja mendudukkan bokongnya di atas kursi.

"bohong lo! bilang aja lo salting, 'kan lama-lama sama gue?" balas Btari yang membuat Malik bergidik ngeri.

"pede gila lo!"

dan ya, Kalam hanya menjadi penonton setia antar kedua anjing dan kucing itu.

"udah, mending kita makan." seru Kalam saat pesanan mereka datang.

"jadi cinta deh gue sama lo Lam." ucap Btari yang langsung membuat Kalam tersedak minumannya.

"makanya kalo ngomong tuh jangan asal ceplos, ada yang bisa nerima, ada juga yang bisa kena serangan jantung." gumam Malik yang lebih menikmati makanannya, sembari melihat Kalam yang berusaha menelan minuman yang diberikan Btari.

tiba-tiba ponsel Malik berdering, dan ternyata panggilan video dari Dayana.

"cie yang lagi di Bandung." goda Malik yang sudah mengangkat panggilan itu.

terlihat jelas di layar ponsel Malik, jika Dayana kini sedang berada di dalam mobil yang dikendarai Tama menuju balik ke Jakarta. "iya dong!"

"eh tumben lo bisa nongkrong di hari libur, diputusin lagi lo?" sindir Dayana yang tertawa.

sementara Malik berdecak kesal mendengarkan perkataan Dayana yang memang benar adanya.

"lo tuh emang cenayang ya Day." yang dikatakan Dayana memang benar, jika Malik baru saja putus dengan wanitanya yang baru genap satu minggu berpacaran, tapi ternyata si mantan pacar Malik yang entah urutan nomor ke berapa, memutuskannya karena Malik selalu slow respon.

si mantan mengirim pesan pagi hari, sementara Malik baru membalasnya sore hari atau seingatnya.

ya gila memang, tapi ya begitulah seorang Malik, karena dirinya masih ingin main-main saja, belum ada kata serius dalam persoalan hubungan.

katanya ingin menikmati masa bujangan yang hanya ada sekali dalam seumur hidup.

"gue gitu lho!"

"Lam, tolong gue minta tisunya dong." seru Btari pada Kalam yang dekat dengan kotak tisu.

"lagi pada di mana kalian?" tanya Dayana lagi saat mendengar suara Btari.

"biasa nongkrong sore-sore sambil makan, nemenin dua sahabat yang jomblo, karena yang duanya lagi pada gak ada di sini." jawab Malik dengan muka malas yang dibuat-buat.

"yeu lo juga jomblo Ananta!" sahut Btari yang sejak tadi ingin ikut bergabung dalam panggilan video Malik bersama Dayana.

"udah abisin dulu makanannya." kata Kalam yang langsung dituruti Btari, karena merasa diulang tahunkan hari ini, dirinya di traktir makan sepuasnya oleh Kalam.

padahal tiap mereka makan, selalu di traktir Kalam atau Air, tapi karena Air sedang berada di negeri yang jauh, jadi Kalam yang selalu bayar atau Dayana, yang lebih sering mentraktir.

Malik dan Btari? mereka hanya jadi tim penyapu bersih dan mentraktir jika sedang ada ilham atau acara ulang tahun dirinya sendiri.

"udah makan aja deh lo Btari! jangan ikut-ikutan dulu!" kata Dayana yang mendengar perkataan Kalam.

"iya siap!" balas Btari pada Dayana dan melanjutkan aksi makannya.

"eh Day, lo sama siapa ke Bandung? apa sama yang baru?" tanya Malik.

Dayana yang mendengar itu langsung menggelengkan kepala. "gue lagi siblings time!"

"cielah, belagu amat sibling-siblingan segala lo!"

gelap sudah layar yang ada di depan matanya.

ponsel Dayana mati.

dan panggilan video mereka terputus.

"oh iya lupa, kalo HP gue low batt." gumam Dayana sembari menepuk dahinya dan memasukan ponselnya ke dalam sling bag.

"dek, lo tadi ngobrol apa aja sama si Pra?" pertanyaan Aksa hampir membuat Dayana tersedak ludahnya sendiri.

"gak ada gitu pertanyaan yang lebih berbobot sedikit?"

Aksa menoleh ke bangku belakang penumpang, di mana Dayana begitu nikmat selonjoran cantik. "memangnya kita sedang proses ngajar mengajar apa?! pake acara pertanyaan berbobot segala!"

Dayana mendengus. "yaudah mending gak usah nanya."

"gue nanya serius itu princess."

"tanya aja sama orangnya langsung."

"kan, gue udah nanya sama lo barusan."

Dayana menghela napasnya sejenak. "maksud gue Pra, Pra sayang, nanya aja sama Praha, jangan sama gue!"

"lha, malah marah-marah adek lo kak." kata Aksa pada Tama yang sejak tadi mendengarkan obrolan dua adiknya.

"adek lo juga." sahut Tama membuat Aksa terkekeh.

"eh sebentar, apa kata lo tadi? Pra sayang? SAYANG?!" Aksa begitu heboh saat mengingat perkataan yang Dayana bilang beberapa waktu lalu.

Dayana terdiam sejenak, mengingat kata-kata yang dirinya ucapan pada Aksa.

"kenapa diem dek? jangan bilang selama ini, lo ada main-main sama si Pra di belakang gue ya?!" selidik Aksa dengan tatapan yang tajam.

"apaan sih lebay amat lo, orang gue bilang sayangnya ke lo bukan Pra, makanya telinga gunakan dengan baik dan benar! bukan dipake buat dengerin hal negatif!" ujar Dayana yang memang ada benarnya, namun timingnya salah.

"jangan bohong, dosa princess."

"terserah deh terserah, capek gue sama lo kak gak pernah bisa gak ngusilin gue sekali aja, lo nyebelin banget!" desis Dayana sembari mengalihkan tatapannya ke jalanan tol yang dilalui.

"kenapa sih lo dikit-dikit happy, dikit-dikit cranky, takut gue jadinya dek." ucap Aksa yang kadang bingung dengan sikap adiknya itu, padahal tadi Aksa bercanda.

"hahhhh, lo aja bingung, apalagi gue yang punya dirinya." sahutnya yang terdengar pasrah.

"jalani aja, nanti juga ketemu jawaban yang kamu cari dek." seru Tama membuat Aksa dan Dayana menatapnya tak percaya.

.

.

.

.

.

TBC