setelah tragedi salah paham soal panggilan dan tragedi keceplosan. Dayana memilih berlari ke kamarnya menghindari sang ibu, kakak keduanya, dan kakak iparnya. usai Pra pamit untuk pulang ke rumahnya.
"geli gitu kalo orang lagi kasmaran tuh." ujar Aksa yang juga hendak menuju kamarnya.
"kayak yang gak pernah kasmaran aja kamu tuh Sa!" sindir Sandra membuat Aksa menatap sang ibu tak percaya.
"pernah, cuman kasmaran sepihak aja ma." sahut Tama yang langsung menghentikan langkah Aksa.
sontak Aksa menoleh cepat. "sumpah ya lo kak, diem-diem tapi sekalinya ngucap tuh tajam kayak tikungan." kata Aksa yang melanjutkan jalannya.
Candra dan Sandra terkekeh mendengar perkataan kedua anaknya.
tik. tak. tik. tak.
hanya suara jam dinding yang mengisi kesunyian kamar si empunya sedang menatap penuh langit-langit kamarnya.
'besok, saya mau makan siang bareng kamu.' kalimat itu terus menerus terngiang-ngiang di telinganya.
"kenapa terus terngiang-ngiang mulu sih?!" desisnya yang mencoba untuk menepis segala pemikiran dan perasaannya, yang semakin sulit dikendalikan.
trining.
suara notifikasi pesan baru, masuk ke ponsel Dayana yang ia simpan sembarang di atas ranjangnya.
tangannya langsung meraba keberadaan ponsel pintar itu, dan mengecek siapa pengirim pesannya.
dan ternyata itu Air.
Air Mahendra
day
jarinya langsung dengan cepat membalas pesan dari salah satu sahabatnya, terlebih dia sedang berduka atas kehilangannya.
Dayana
knp air? eh btw lo udh makan kan? makan vitaminnya jg ya, bsk gue sama yg lain ke sana abis kerja
dan orang yang mengirim pesan itu, tanpa dirinya sadari tersenyum sambil membaca balasan pesan dari sahabatnya.
"gini aja gue udah seneng Day." gumamnya yang juga sedang berbaring di kasurnya.
ada perasaan hangat yang ia rasakan saat membaca ulang pesan itu.
Air
udh day udh, semua udh gue makan, ok day
Dayana H
good boy, lo jgn gadang ya air
dengan cepat Air langsung membalas pesan dari Dayana.
Air
iya day, lo jg ya
tapi, setelah beberapa menit berlalu tidak ada balasan lagi dari Dayana.
karena wanita itu sudah terlelap tanpa dirinya sadari.
kembalinya dari studio untuk mencari barang yang dia dan asistennya cari dan butuhkan untuk kelangsungan proyeknya.
matanya menangkap sosok yang akhir-akhir ini suka memporak-porandakan hidupnya.
bibirnya terangkat saat mata mereka bertemu.
"hi Dayana!"
Dayana tersenyum saat melihat pria yang berdiri tak jauh darinya, usai menyapanya di lobi.
"Mbak Day, gue duluan ya." kata Jefri yang paham akan situasi dua orang yang sedang saling tatap itu.
"oh oke Jef." sahut Dayana yang hanya menatap sekilas ke arah Jefri yang sudah mlipir menuju lift yang akan membawanya ke lantai perusahaan.
"gimana kerjanya? lancar?" tanya Pra yang sudah menghampiri Dayana.
"lancar pak." jawab Dayana yang terdengar formal, sebenarnya wanita itu sedang ingin bercanda dengan pria yang ada di depannya itu.
Pra hanya tersenyum mendengarnya. "ayo bu kita cari makan."
terkekeh sudah Dayana mendengar Pra yang mengikuti permainannya.
"salah ya?" tanya Pra dengan polos.
Dayana menggelengkan kepalanya sembari menahan tawanya. "gak salah enggak, ya sudah pak ayo kita cari makan."
keduanya pun berjalan beriringan menuju sebuah tempat makan yang dekat dengan gedung Dayana bekerja.
hening menyerang kelima manusia yang terpaksa memilih diam dalam satu ruang yang sama.
Malik menghela napasnya kasar dan melempar Air dengan bantal. "sumpah gue gak tahan lagi kalo harus diem mulu!" ujar Malik sedikit teriak.
membuat ketiga sahabat itu saling melempar tatapan, sementara Air menatap kesal Malik.
"sialan lo Malik!" umpat Air yang malah terkekeh setelahnya.
"nah bagus, 'kan kalo begini, apaan pada diem-dieman kayak tadi, berasa lagi musuhan aja kita."
Kalam dan Dayana menggelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan cara menghibur seorang Malik.
"lo mending makan deh Mal, daripada ngomong mulu." cetus Btari yang menjadi sedikit pendiam dan tak ingin cari gara-gara dengan Malik.
"ya kalo gue gimana si Air." jawab Malik yang tiba-tiba menjadi tahu attitude di rumah Air.
yang disebut pun menoleh. "ya lo kalo mau makan, ya tinggal makan aja Lik."
"tumben dia jadi tahu attitude." bisik Dayana pada Kalam, dan Kalam hanya tersenyum mendengarnya.
bagaimana aneh dengan Malik yang tiba-tiba tahu attitude, sebelumnya dia selalu langsung duduk manis di meja makan dan tanpa permisi dulu, saat dia mengunjungi rumah keempat sahabatnya itu.
ya tapi, itu hanya di rumah para sahabatnya, tidak di tempat lain.
"ayo kita makan bareng aja biar enak." seru Btari yang memang sudah menahan lapar sejak tadi siang, karena terhambat meeting yang menguras banyak emosi.
"lo laper ya Ri?" tanya Kalam.
"iya hehe." jawab Btari sembari menyengir.
Malik yang melihatnya menatap tak percaya, karena merasa dirinya jadi tumbal. "bisa-bisanya ya lo Btari, nyuruh gue makan padahal lo sendiri yang lagi kelaperan."
dan Btari hanya mampu terkekeh mendengar ucapan Malik.
sementara Dayana sibuk memainkan jarinya di atas layar ponselnya.
suara ketukan terdengar, lalu pintu kamar Air terbuka dan terlihat wanita yang seumuran dengan Aurora.
"Kak Air, ada orderan makanan baru nyampe." kata sepupu Air yang berdiri sembari memegang kenop pintu.
Air menautkan alisnya. "orderan makanan? aku gak order makanan Wang."
"tapi, makanannya udah diterima tahu kak mana banyak banget lagi, kayak porsi buat sekampung, soalnya juga udah dibayar sama yang ordernya kata mas-masnya."
keempat orang yang ada didalam kamar itu saling melempar tatapan, namun Dayana memejamkan kedua matanya.
lalu tangan Dayana terangkat. "gue yang order."
Nawang berlalu setelah mendengar ucapan Dayana untuk mengambilkan makanan yang dipesan sahabat dari sepupunya itu.
"bilang kek dari tadi!" sembur Btari yang langsung disetujui Malik.
"ya, 'kan, masa gue harus gembar-gembor perihal mesen makanan sih." bela Dayana yang menatap mereka masih dengan mata tatapan kesal.
"lo gak perlu repot-repot order makanan segala Day." ucap Air yang merasa tidak enak pada Dayana.
"ya anggep aja ini traktiran dari gue, soalnya 'kan, lo dulu sering banget traktir gue sama yang lain." sahut Dayana.
"udah gak usah berantem kalian." desis Malik yang malah dihadiahi bantal oleh Dayana.
Air pun beranjak dari duduknya untuk mengambil makanan itu, tapi Nawang sudah datang lagi dengan tangannya yang penuh.
bersama sepupu laki-lakinya yang ada di belakang membawa beberapa minuman.
"ini makanannya."
setelah menerima makanan beserta minumannya, kelima sekawan pun mulai menikmati 'traktiran' Dayana yang sebenarnya hanya ingin melihat keluarga Air bisa makan seperti biasanya.
kini Dayana sibuk dengan ponselnya saat notifikasi pesan baru, masuk ke ponselnya.
jelas membuatnya langsung mundur dari aksi santap menyantap.
bibirnya pun tertarik ke atas, ada rona merah di pipinya saat membaca pesan singkat dari seseorang yang akhir-akhir ini membuat hidupnya berbeda.
dan berwarna.
Pra
nanti saya jemput boleh?
hal itu tentunya menarik perhatian dua pria yang sedang memperhatikan Dayana sejak dirinya memilih fokus pada ponselnya.
.
.
.
.
.
TBC