suasana hatinya memang membaik, tapi belum kunjung membaik seperti biasanya.
Dayana yang baru saja sampai rumah, bersama Pra tentunya.
sedang berjalan memasuki kediaman Halim, yang mana Pra kali ini berniat bertamu, sembari ingin menghibur wanita pengisi hatinya yang sedang tidak baik-baik saja.
"UNCLE PRAAAAA!" teriak Kai yang berlari ke arah Pra, saat melihatnya masuk ke dalam rumah.
Pra tersenyum lebar melihat ekspresi Kai yang tidak disangka bisa begitu bahagia melihatnya ada di sana.
dalam sekali angkat, Kai kini ada dalam pelukan Pra, dan keduanya sedang melepas rindu. "aku kangen banget sama uncle!" serunya yang membuat Aksa menggelengkan kepalanya tak percaya.
"bisa-bisanya ya si Kai, ke gue aja dia gak pernah begitu." gumamnya yang masih menyaksikan dua orang yang baru saja bertemu lagi.
"uncle juga kangen sekali sama Kai." balas Pra yang tersenyum sangat lebar hingga memperlihatkan deretan gigi depannya.
"asyik bener, kayak yang gak pernah ketemu bertahun-tahun aja!" sindir Aksa yang tidak mengerti kenapa keponakannya itu bisa lengket pada Pra, yang notabennya orang awam.
Dayana terkekeh melihat kecemburuan sang kakak. "makanya jadi orang itu jangan suka nyebelin coba." sindir Dayana, dan Aksa hanya menatapnya malas.
"lho ada Pra ternyata." seru Sandra yang baru melihat lagi batang hidungnya pria yang masih memangku cucu pertamanya itu.
Pra pun mendekat ke arah Sandra, dan mencium punggung tangan ibu dari Dayana dan Aksa dengan posisi Kai masih memeluk leher Pra.
"apa kabarnya tante?"
"alhamdulillah baik Pra, eh Mas Kai, kenapa kamu di pangku begitu sama unclenya? kasian unclenya, mas." ujar Sandra yang merasa tidak enak dengan Pra.
"aku masih kangen uncle Pra, oma." sahut Kai yang tiba-tiba manja.
Aksa memilih pergi, tidak tahan melihat kegelian antara keponakan dan sahabatnya itu.
"kenapa?" tanya Tama saat melihat Aksa dengan ekspresinya.
"anak lo lebih demen sama si Pra, daripada sama gue yang uncle aslinya."
Tama hanya terkekeh mendengarnya dan berlalu menemui istri dan anak keduanya yang ada di ruang keluarga.
"astagfirullah'aladzim." ucap Aksa sambil mengelus dada.
"bener-bener ya, anak sama bapak, sama-sama gak asyik!" gerutunya yang memilih berlalu menuju ruang makan untuk mengisi ulang asupannya.
"gak apa-apa tante, sayanya juga sangat senang dengan Kai." kata Pra yang masih memangku Kai.
dan Sandra hanya bisa tersenyum melihat sikap cucunya itu.
sementara Dayana yang sejak tadi menjadi penonton pun, hendak berlalu menuju kamarnya.
"ma, Pra, Day mau bersih-bersih dulu ya sebentar, soalnya udah kerasa gerah banget." cetusnya yang langsung diiyakan Sandra maupun Pra.
"yang bersih, abis itu nanti makan bareng Pra ya Day, sekalian bilangin ke Bi Narsih buatkan minuman untuk Pra." dan Dayana hanya menganggukkan kepalanya, lalu mlipir ke dapur dulu sebelum menuju kamarnya.
untuk menyampaikan salam cinta pada Bi Narsih.
"eh duduk Pra."
mereka pun langsung duduk, dan ya Kai masih menempel pada Pra.
memang kuat sekali peletnya Pra ini.
"oh iya gimana kabar ibu kamu sekarang? maaf ya tante belum bisa nengok ke sana." tanya Sandra yang baru ingat, jika Pra baru kembali dari Semarang usai menemui ibunya yang sakit.
"doanya saja sudah lebih dari cukup tante, dan alhamdulillah ibu sudah membaik, lusa sudah boleh pulang."
"alhamdulillah seneng dengarnya Pra, semoga pemulihannya cepat ya, supaya bisa beraktivitas kembali seperti biasa."
"aamiin. ini ada sedikit makanan yang ibu titipkan untuk tante dan keluarga." ucap Pra seraya menyodorkan paper bag berukuran besar ke arah Sandra yang tadi ia simpan di bawah dekat meja, dengan tangan kanannya.
Sandra pun menerima baik pemberian dari Pra dan ibunya. "ya Allah, terimakasih banyak Pra, ini kenapa repot-repot segala bawain tante bingkisan Pra."
Pra hanya mampu tersenyum. "sampaikan terimakasih dan salam tante untuk ibu dan keluargamu ya Pra, semoga kita bisa cepat ketemu."
"nanti saya sampaikan tante." sahut Pra masih melebarkan senyumnya.
pasti. batin Pra.
"uncle bawa apa aja emangnya?" tanya Kai sambil melirik oleh-oleh dari Pra.
"coba Kai tebak."
Kai tampak berpikir. "sepertinya makanan yang aku denger."
mendengar ucapan Kai, omanya Kai dan Pra terkekeh bersama.
Pra memang anak baik dan bisa membuat semua orang nyaman di dekatnya, semoga ini jalan yang Allah berikan untuk kamu Day. batin Sandra yang menatap Pra sedang mendengar celotehan Kai.
"gimana keadaan Air sekarang princess?" tanya Aksa yang melihat Dayana baru saja turun dari kamarnya usai mandi, dan dirinya hendak berlalu menuju masjid.
"tadi sih sebelum gue balik, jelas dia gak baik-baik aja." jawab Dayana seadanya.
"sering-sering tengokin dia dan bawain makanan juga, tapi bareng yang lain." cetus Aksa yang terdengar serius, tapi ya tapinya itu seperti tidak memperbolehkan adiknya itu untuk menemui Air seorang diri.
"ajak Pra makan Day." sela Sandra yang hendak berlalu menuju kamarnya untuk menunaikan sholat maghrib.
Dayana hanya menganggukkan kepalanya dan memilih menemui Pra yang masih ada di ruang tamu bersama Kai yang betah bercerita.
"mas gak akan sholat?"
"ini saya mau ke masjid, sekalian nunggu Aksa dulu."
hening sesaat.
pertanyaan Dayana jelas membuat Pra salah paham.
keduanya saling tatap karena bingung, lalu mengerjapkan matanya untuk menetralkan suasana yang mendadak jadi canggung.
Aksa yang mengikuti Dayana dari belakang menahan kekehannya supaya tidak terdengar.
"itu pertanyaannya buat aku uncle." jelas Kai dengan polos.
malu sudah Pra.
rasanya dia ingin menghilang dari sana, tapi mana bisa.
dia menggaruk dahinya yang tak gatal, seraya beranjak dari duduknya untuk berlalu menuju mesjid bersama Aksa.
"ngebet banget sih lo bro." sindir Aksa yang melewati Dayana masih terdiam dengan pemikirannya.
"uncle Sa, aku ikut sholat ke mesjid ya."
"ayo Mas Kai, bukan Mas Pra ya, karena dia pastinya udah ngerti, ya gak princess?" sindir Aksa lagi membuat Pra kehabisan kata-kata.
"udah kalian cepet pergi sholat." ujar Dayana yang langsung berlalu ke ruang keluarga, menghindari situasi aneh itu.
"woah, kenapa gue ngerasa gerah lagi." gumam Dayana yang berjalan sembari mengipasi wajahnya yang tiba-tiba memerah.
membuat Indira yang ada di ruang keluarga itu tersenyum geli. "kayaknya ada yang makin jatuh pada pesonanya nih."
"iya ih." sahut Dayana tanpa sadar sambil mendudukkan bokongnya di atas sofa yang sama dengan Indira.
"apanya?"
"hah? apanya?" tanya Dayana yang bingung.
"iya ih, apanya Day?"
Dayana terdiam sejenak mengingat ucapan dari kakak iparnya sebelumnya.
"jadi iya ih, jatuh sama pesonanya doi gitu?" goda Indira membuat Dayana membelakkan kedua bola matanya.
Dayana langsung menggelengkan kepalanya. "ih bukan itu maksudnya, akunya gerah karena ya gerah, bukan karena itu ih mbak!" dalihnya yang meyakinkan Indira untuk percaya pada ucapannya.
tapi, Indira semakin terkekeh mendengar ucapan Dayana.
"gak apa-apa kali Day, iya juga." goda Indira lagi membuat Dayana berdecak kesal.
bisa-bisanya gue gak sadar kayak tadi. batin Dayana yang menatap Indira kesal campur malu.
.
.
.
.
.
TBC