Chereads / Menyembuhkan Luka / Chapter 11 - hilang

Chapter 11 - hilang

entah sudah ke berapa kalinya, Dayana menghela napas sembari menatap langit-langit kamarnya.

ada rasa aneh yang merasuki hati dan pikirannya.

"kenapa gue jadi susah tidur gini?!" desis Dayana yang mulai bermonolog menjelang dini hari.

"ah gak bisa kayak gini lagi!"

Dayana beranjak dari tidurnya dan melangkah keluar kamar menuju ruang makan, mengisi perutnya yang tiba-tiba berteriak kelaparan.

saat menghabiskan segelas air mineral dalam sekali teguk, sebuah tepukan tepat di bahunya, hampir membuat Dayana menyemburkan air dalam mulutnya.

"SH---oh Mas Tama, kirain Kak Aksa." ralat Dayana yang hampir mengumpati kakak pertamanya, hingga rasa laparnya hilang.

setelah melihat jelas sosok Tama yang juga terjaga karena menjaga Kala, bayinya yang lahir dua bulan lalu.

"sh, apaan dek?" tanya Tama sebelum meneguk airnya.

Dayana menggaruk dahinya yang tak gatal. "bukan apa-apa kok mas." jawab Dayana yang mencoba menyengir.

"belum tidur?" tanya Tama lagi yang mulai duduk di kursi meja makan, dan begitu pun Dayana yang refleks mengikuti Tama.

"gak bisa tidur mas." jawab Dayana seadanya, seraya mengaduk susu vanila yang ada di depannya.

"kalo hal itu mengganggu hati kamu, ya cari jalan keluarnya supaya tenang." bak cenayang, Tama adalah salah kedua orang setelah Candra, yang tidak banyak tanya tapi paling peka soal perasaan yang dialami keluarganya, terutama Dayana.

namun, semua keluarga Halim memiliki tingkat kepekaan di atas rata-rata, terkecuali Dayana yang kadang peka kadang juga tidak peka, dan bahkan terlihat bodoh dalam perihal kepekaan perasaan seseorang,

maksudnya, menilai perasaan yang orang miliki, untuknya.

"jangan diem, lebih baik kamu sholat malam." ucap Tama yang mulai beranjak dari duduknya, saat Dayana masih melamun setelah mendengar perkataan Tama tadi.

"dek, doakan jodohmu supaya dia dalam perasaan dan keadaan yang baik."

setelah mengatakan itu, Tama berlalu menuju kamarnya, sementara Dayana,

mengerjapkan kedua matanya, berpikir keras dalam hal jodoh dan orang yang dimaksud oleh kakak sulungnya itu.

"kayak udah kenal aja sama jodohku." gumam Dayana seraya meneguk segelas susu dan menaruhnya ke wastafel, setelah menghabiskannya.

tetesan air matanya, keluar begitu saja saat sujud terakhir.

sholat di sepertiga malamnya, selalu berakhir dengan tangisan, mengeluarkan seluruh isi hatinya, yang ia pendam sendiri di dalam sana.

"aku serahkan semuanya padaMu, Ya Rabb." ucap Dayana dalam hati, setelah itu ia tuntas menunaikan sholatnya.

ada rasa tenang, namun masih ada yang menganjal di sana, entah apa itu.

helaan napas panjang terdengar sebelum berpetualang ke dalam alam mimpinya.

pagi cerah pun tiba.

dan bertemu lagi, dengan hari minggu yang menyambut hangat Dayana, tapi dia masih bergelut dengan mimpinya, setelah menunaikan ibadah sholat subuh.

"DAYANA BANGUN!" teriakan alarm khas seorang ibu yang membangun anaknya untuk bersekolah.

Sandra mengetuki pintu kamar Dayana, namun sang penghuni kamar enggan terbangun dari mimpi indahnya.

"heran aku sama anakku sendiri, dia mirip siapa ya kalo tidur suka susah sekali dibangunin." gumam Sandra yang masih berdiri di depan pintu kamar sang anak.

langkah Aksa terhenti saat melihat sang mama berdiri di depan kamar sang adik.

"lagi ngapain ma di situ?" tanya Aksa yang menghampiri Sandra.

"ini, mama lagi bangunin adikmu, tapi dia malah gak ada respon."

"udah ma, gak usah repot-repot bangunin princess, nanti juga dia bangun sendiri kalo udah bosen tidur." kata Aksa dengan gaya bicaranya, membuat Sandra menggelengkan kepala.

"kamu itu ya kalo ngomong---"

"mending kita sarapan aja yuk, mamaku sayang." sela Aksa seraya mengaitkan tangannya di lengan sang ibu dan mengajaknya berjalan menuju ruang makan.

dan benar apa yang dikatakan Aksa tadi, kalau yang namanya Dayana itu, kalau sudah bosan tidur akan bangun dengan sendirinya,

sebaliknya begitu.

"woah, ada nasi kebuli dong." seru Dayana yang baru saja turun dan usai mandi.

"makan yang banyak sayang." kata Sandra yang hendak berlalu menuju taman belakang.

"gak jalan dek?" tanya Candra yang juga hendak beranjak dari duduknya.

Sana menatap papanya. "gak pa, gak ada yang ngajak jalan."

"tumben." sahut Aksa yang sedang menikmati potongan kiwi dan mangga.

Dayana tak menghiraukan sahutan Aksa, dan dirinya memilih mengambil piring yang sudah ada di atas meja, lalu mengisinya dengan nasi kebuli dan lauk pauknya.

"aunty, nanti abis aunty makan kita jalan-jalan ya ke taman." ajak Kai saat menghampiri Dayana di ruang makan.

"siap sayangnya aunty." jawab Dayana penuh sayang pada keponakan pertamanya itu.

"asyik! yaudah aku tunggu di depan ya sama mama, papa, Kala."

"okay!"

"uncle gak diajak nih mas?" tanya Aksa yang merasa diacuhkan Kai.

dan Kai dipanggil mas, karena dia sudah mempunyai adik, jadi semua keluarganya, membiasakan Kai untuk terbiasa dipanggil mas.

"gak ah, uncle selalu sibuk gak pernah ajak Kai jalan-jalan kayak uncle Pra." cetus Kai membuat Dayana tersedak disela makannya, saat mendengar nama Pra dibawa-bawa.

Dayana buru-buru meneguk segelas air yang sudah siap minum, sementara Aksa menahan senyumannya,

melihat adiknya itu sangat kentara berbeda mendengar nama Pra disebut Kai.

"oh, jadi kamu waktu itu diajak jalan-jalan sama uncle Pra? ke mana tuh?" Aksa senjaga bertanya seperti itu pada Kai, padahal dirinya sudah tau tentang jalan-jalan yang dimaksud Kai.

"Sea World!" jawab Kai antusias, sementara Dayana hanya makan sambil terdiam, namun pikirannya kembali ke masa dirinya, Kai, dan Pra pergi ke sana.

"wih asyik dong! eh Mas Kai, uncle Pra orangnya kayak gimana?"

kompor sekali ya manusia satu ini. gerutu Sana dalam hatinya.

Kai menghampiri Aksa dan duduk di bangku sebelah unclenya itu, yang tepat di sebrang Dayana.

"uncle Pra itu baik banget, orangnya seru tau, gak kayak uncle suka sibuk, terus uncle Pra itu orangnya asyik diajak ngobrol."

'asyik diajak ngobrol dong.' oh my god Kai! dia menjelaskannya seperti bukan anak kecil saja.

Aksa tertawa mendengar perkataan Kai. "terus, terus."

"terus uncle Pra itu kayak papa, selalu tau apa yang Kai atau aunty mau, uncle Sa." kata Kai seraya menyengir khas anak-anak.

sumpah ya Danadyaksa, kenapa harus dibahas lebih lanjut?! gue jadi gak fokus makan nih! gerutu Dayana lagi dalam hatinya, yang tidak bisa enak makan,

karena, terngiang-ngiang nama Pra yang sekarang entah berada di mana, terlebih kabarnya pun ikut menghilang setelah terakhir bertemu saat malam sepulang dari undangan.

"Mas Kai, sana ke depan, papa katanya mau ngomong sama kamu." sela Dayana yang sudah tidak sanggup melihat kelakuan kakak dan keponakannya.

mendengar hal itu, Kai langsung melipir menuju depan rumah, menghampiri Tama dan Indira yang sedang menikmati potongan buah bersama Kala yang baru saja mandi dan berjemur.

padahal itu hanya ide Dayana.

"dosa lo bohongin Kai!" ujar Aksa yang menatap Dayana.

Dayana mendengus mendengarnya. "bodo!"

"dih, malah marah-marah."

"eh Day," panggil Aksa, saat mengingat pesan yang harus ia sampaikan pada adiknya itu.

"apaan?!"

"apa Pra ada ngasih kabar ke lo?" kali ini pertanyaan Aksa terdengar serius, hingga membuat Dayana bisa mengesampingkan egonya.

"gak ada." jawab Dayana yang terdengar sedikit lesu.

"sebenarnya dia lagi di rumah sakit." Dayana mendengar hal itu, langsung menatap penuh penasaran pada Aksa.

ada rasa takut dan terkejut mendengar ucapan Aksa, tentang Pra yang hilang kabar sejak kemarin.

.

.

.

.

.

TBC