Di tempat berbeda. Shifa memulai pekerjaan nya dengan berpura-pura menjadi Shafa. Meskipun awalnya dia menolak. Namun setelah dia di beri uang akhirnya dia menyanggupi nya.
Malam itu Devan baru pulang dari kantor. Pekerjaan yang menumpuk
membuat ia harus pulang larut malam.
Mata Devan terbelalak ketika di depan pintu keluar dia melihat Shifa yang hendak pulang. Penampilan nya yang seksi membuat jantung Devan berdegup kencang. Shifa melangkah dengan anggun seperti berupaya untuk menggoda pria tampan nan kaya raya itu.
Dia sengaja di gaji mahal oleh Devan untuk mengasuh anaknya agar ia tak kehilangan kasih sayang Shafa yang kini telah pergi dari rumah itu.
Pengasuh bukan sembarang pengasuh, gaji nya bahkan setara dengan manager nya di kantor. Malam itu dengan mengenakan pakaian seksi. Dia berjalan keluar menemui Devan yang baru saja masuk kedalam rumah.
"Tugas saya sudah selesai Abang, saya pulang dulu. Sesuai dengan perjanjian kita kan, di luar jam kerja di hitung perjam" ucap Shifa menagih janji Devan.
"Aku akan membayar mu." Tukas Devan dingin.
"Apakah malam ini kamu mau mengantar ku pulang?" Ucap Shifa sengaja menggoda.
"Jangan ngelunjak kamu!" Ujar Devan dengan rahang yang mulai mengeras.
"Tapi jika kamu menginginkan nya, aku akan melakukan nya." Tantang Devan pada gadis itu.
"Jangan di sini sayang" bisik Shifa ketika Devan telah mendekat ke arah Shifa.
Shifa tersenyum karena ia berhasil menggodaku suami dari saudara kembarnya.
Devan menatap Shifa dengan Tatapan yang sangat sulit di artikan, kemudian berlalu dari gadis bertubuh mungil itu.
"Fisik boleh sama, tapi kelakuan berbeda. Tahan Devan. Jangan sampai kamu tergoda dengan Wanita itu"batin Devan ketika hampir saja ia mencium dan melumat bibir merah menggoda gadis itu.
***
Di tempat berbeda. Diam-diam Shafa selalu berkirim pesan pada Aslan. Dia hanya berpura-pura tidak tahu menahu mengenai masalah yang hadapi orang tua tiri dan ayah kandungnya.
"Apakah Tante Shifa baik pada Aslan?" Tasya Shafa pada pesan yang di kirimkan untuk putra tiri ya itu.
"Sangat baik Mama, tap aku tetap kangen mama muah" balas Aslan yang pura-pura sudah tidur di kamar. Biasanya dia akan sembunyi-sembunyi berkirim pesan dengan Shafa. Itu di lakukan karena tidak ingin mengecewakan ayahnya yang sudah berusaha keras membuatnya bahagia.
Tangan Aslan menyembunyikan ponselnya dengan terburu-buru ketika pria berwajah tampan itu masuk kedalam kamar putra semata wayangnya.
Devan mengernyitkan dahinya melihat sikap putera nya itu yang terlihat sedang menyembunyikan sesuatu darinya.
Meskipun penasaran. Devan tetapi tidak ingin memaksa anaknya. Ia ingin dengan sendirinya anak semata wayangnya itu menceritakan apa yang terjadi tanpa perlu bersembunyi darinya.
Devan Mendekat kearah Aslan. Dengan penuh kasih dia kemudian membelai rambut anaknya. "Apa yang Aslan lakukan hari ini dengan Mama shafa sayang?"
"Apa ya, main belajar. Dan masih banyak lagi" Jawab Aslan jujur.
"Apakah Aslan senang hari ini?" Tanya devan kemudian.
"Sangat senang. Tapi Aslan kak sudah besar, apakah tidak sebaiknya mama Shafa seperti dulu saja bekerja di kantor dan kami bertemu sore pun bisa." Ujar Aslan polos.
"Kamu kan kemarin yang bilang ingin selalu dekat dengan Mama shafa? Kenapa sekarang berubah? Apa yang Aslan inginkan. Ayah selalu berupaya untuk mewujudkan agar Aslan bahagia" Ujar Devan.
"Terima kasih ayah.".ucap Aslan.,
"Ayah mau tidur, Aslan"
Diam-diam Devan meraih ponsel yang ada di belakang sang anak. Dia kemudian beberapa saat lama nya mengecek isi ponselnya.
Dia tercengang melihat isi di dalamnya. Ia tak menyangka dengan apa yang ada didalam itu