Devan tertidur lelap seraya memeluk Shafa setelah olahraga yang di lakukan oleh keduanya pada hari itu. Beberapa saat lamanya Shafa memandang kearah Devan. Wajah tampan nya terlihat damai saat dia terlelap dalam mimpinya.
Shafa menyingkirkan tangan devan yang sedang memeluknya dengan erat. Beberapa saat lamanya Shafa tidak berhasil melakukannya, namun akhirnya dia berhasil menyingkirkan tangan pria itu dari tubuhnya.
Masuk kedalam kamar mandi, Shafa kemudian membersihkan diri. Dia kembali menggunakan pakaian nya dan keluar dengan wajah polos tanpa makeup.
Dia kemudian meraih tas miliknya dan kembali masuk kedalam kamar mandi. Dia menatap dirinya sesaat, dia berada dalam kebimbangan setelah apa yang di lakukan nya bersama Devan beberapa saat lalu. Shafa mengusap perutnya setelah merasakan kram secara tiba-tiba yang luar biasa hebat.
Shafa berupaya untuk menahan rasa nyeri di dalam perutnya, rasa sakitnya melebihi rasa yang selama ini di rasakan nya.
"Mas ... Tolong bangunlah. Perutku sakit sekali" ucap Shafa seraya menahan rasa nyeri di dalam perutnya.
Devan terbangun dengan tatapan mata yang berbeda. Pria tampan itu tak menunjukkan kepeduliannya, dia bahkan terlihat sangat cuek dan seperti saat awal dia masuk kedalam hotel.
"Akan ada dokter yang menjemput kamu." Ucap Devan dingin. Pria itu kemudian kembali tertidur dengan lelap.
Suara dengkuran lembur terdengar dari mulut pria pria itu.
"Kamu tega sekali mas!" Ucap Shafa kesal.
"Aku tahu jika anak yang ada di dalam kandungan kamu bukanlah anakku. Bisa saja dia anak Reno, atau mungkin anak Dafa." Ucap Devan yang ternyata mendengar semua yang di ucapkan.
"Apa maksud kamu?" Tanya Shafa heran.
"Jangan kamu kira aku nggak tahu, semuanya. Kamu sedang mengandung dan itu bukanlah anakku. Kamu boleh kembali padaku setelah anak yang kamu kandung itu hilang dari perutmu." Ucap Devan sinis.
Bagaikan di sambar petir, Shafa begitu terkejut dengan apa yang baru saja di ungkapkan oleh Devan.
"Asal kamu tahu, aku tidak pernah melakukan hal tidak senonoh dengan pria lain!" Ujar Shafa dengan raut wajah kesal.
Devan bangkit dari tidurnya, dia kemudian melempar beberapa lembar foto kearah Shafa seraya berkata "Kamu yakin? Bagaimana dengan foto-foto ini?" Aku memang bukan laki-laki sempurna. Tapi aku pastikan aku tidak pernah tidur dengan wanita lain selama pernikahan Kita! Camkan itu. Ucap Devan seraya berlalu dari hadapan Shafa menuju kedalam kamar mandi.
"Shafa meraih beberapa foto yang berserakan di atas kasur. Dia merasa bingung melihat foto foto dirinya dengan Reno terlihat sedang berdekatan satu sama lain.
Shafa tau itu pasti cuma editan. Namun bagaimana bisa, foto-foto itu terlihat begitu asli dan sempurna. Dalam foto dirinya dan Reno bahkan terlihat dia sedang bertelanjang dada dan di peluk oleh pria itu.
"Siapa yang melakukan ini?' batinnya.
Shafa meraih gagang telepon yang ada di kamar hotel itu. Dia kemudian menelpon room boy untuk meminta bantuan atas yang saat ini sedang di rasakan nya.
Shafa meringis menahan rasa sakit seorang diri. Sedangkan Devan masih ada di dalam kamar mandi seakan tak memperdulikan dirinya.
"Halo dengan kantor pelayanan hotel Exslusif di sini" suara seorang pria yang mengangkat panggilan telepon dari Shafa.
"Ya pak halo saya Shafa di kamar 401." Ucapnya
"Apa ada yang bisa saya bantu?" Tanya seorang pria di dalam telepon.
"Pak tolong bantu saya, dan antar kan saya ke rumah sakit. Perut saya sedang bermasalah".ucap shafa di dalam telepon yang ada di hotel itu.
"Baiklah. saya akan segera datang ke sana." Ucap pria itu kemudian menutup telepon nya.
Tanpa menanyakan lebih lanjut. Pria itu kemudian menutup telepon dengan terburu-buru.
Tak butuh waktu lama. Dua orang petugas hotel datang ke kamarnya dengan terlebih dulu mengetuk pintu kamarnya. Shafa langsung keluar dengan menahan rasa nyeri di perutnya. Di bantu petugas hotel, Shafa kemudian duduk di kursi roda yang di bawa oleh petugas hotel yang terus membawanya keluar dari hotel itu.
"Maaf apa tidak sebaiknya kita berangkat ke rumah sakit dengan suami ibu?"
"Suami saya nanti menyusul. Diapun sedang sakit perut." Ucap Shafa seraya menahan rasa sakit.
Masih meringis menahan rasa nyeri di perutnya. Shafa kemudian dibawa ke rumah sakit terdekat dengan menaiki sebuah mobil yang di kemudikan oleh pengemudi hotel.
Di dalam mobil, Shafa lebih banyak terdiam. Seorang perempuan pegawai hotel yang duduk di sampingnya begitu perhatian pada Shafa. Dia kerap kali memperhatikannya saat Shafa meringis menahan nyeri di perutnya.
Di dalam kamar, Devan baru keluar dari kamar mandi. Dia melihat foto-foto yang di berikan pada Shafa berserakan di kasur. Devan terlihat begitu kesal dengan apa yang di lihatnya. Dia kemudian merobek dan membuangnya ke tong sampah dengan kasar.
"Ke mana wanita itu?" Batinnya setelah melihat wanita yang sudah jadi suaminya itu tak terlihat batang hidungnya di kamar itu.
Devan keluar dari kamarnya. Dia kemudian turun ke lantai dasar untuk mencari keberadaan Shafa.
Tatapannya tajam terus menyapu ke seluruh ruangan itu. Sayangnya gadis yang di carinya tak kunjung terlihat batang hidungnya.
***
Di dalam rumah sakit. Shafa langsung di tangani oleh dokter.
Tak ingin semua yang terjadi terbongkar, Shafa langsung menyuruh pegawai hotel itu untuk meninggalkannya.