Malam itu Shafa tak juga bisa memejamkan mata, meskipun ia telah berusaha untuk tidur ia tetap tak mampu memejamkan matanya, ia memikirkan panggilan polisi yang ditujukan pada Devan terlebih itu adalah panggilan untuk menjadi saksi dalam kasus lama dengan mantan istrinya.. ini kali pertama melihat suami nya berurusan dengan pihak kepolisian. Sebelum nya ia tak pernah menyangka jika Devan masih memiliki kasus yang belum selesai di masa lalu yang begitu kelam.
***
Berbeda dengan Shafa , Devan justru begitu tenang dan tertidur begitu lelap di samping nya. Dia merasa lega karena akhirnya bisa kembali bersama dengan Shafa, meskipun entah sampai kapan keduanya bersama.
Shafa membuka laptop nya, diam-diam Shafa melakukan pencarian nama mantan istri Devan sang suami. Seketika itu nama dan foto sang suami langsung keluar, begitu banyak termasuk foto mantan istrinya di masa lalu. Shafa tahu jika mantan istri Devan itu adalah mantan seorang selebgram, sekaligus artis terkenal. dia bukan hanya cantik tapi juga pintar.
Shafa kembali melihat mantan istri dari suaminya yang ternyata juga mantan finalis abang Jakarta di masa nya. "Mungkin saat itu aku terlalu sibuk jadi nggak tau gosip ini" batinnya.
"Masih banyak lagi yang belum kamu tau terus saja cari biar nggak penasaran" suara Devan khas bangun tidur yang membuat ia terkejut lalu menoleh ke arah pemilik suara yang masih terpejam.
"Aku hanya iseng karena nggak bisa tidur" ucap Shafa .
"Apa setelah kamu mengetahui semua masa lalu ku kamu akan minta bercerai dari aku?"
Shafa terdiam sesaat ia tak menjawab pertanyaan dari suami nya itu. Ia lalu melihat kembali ke arah Devan yang ternyata masih memejamkan matanya.
"Kamu bahkan tidak membuka mata mu dari mana kamu tau apa yang aku buka di laptop ku" ucap Shafa .
"Nggak perlu pakai mata telanjang untuk melihat apa yang sedang kamu lakukan, cukup dengan mata hati aku sudah bisa tau" ucap Devan.
"Mas bercanda terus!"
"Aku nggak bercanda, aku bahkan meskipun merem aku bisa tau warna bra dan celana dalam mu"
"Mas, jangan bercanda terus"
"Ya sudah aku tidur dulu" ucap Devan.
"Bagaimana bisa kamu bersikap setenang ini menghadapi panggilan polisi besok?
Kamu nggak usah khawatir soal itu, kamu nggak tau kan jika aku memiliki pengacara handal yang telah menjadi pengacara pribadi keluarga ku sejak beberapa tahun lalu, dan selalu saja memenangkan perkara di pengadilan termasuk.... " Devan tak meneruskan di kata-kata nya
"Kenapa nggak diteruskan? Tanya Shafa
"Nggak apa-apa" jawab Devan yang hampir saja keceplosan
"Termasuk melawan pegawai rendahan yang tak lain adalah ayah ku kan? Itu kan yang akan kamu ucapkan?" Ujar Shafa .
Devan yang mendengar hal itu hanya terdiam. Ia lalu membuka matanya dan menatap mata Shafa dengan tatapan yang begitu teduh.
"Aku mohon lupakan lah semua yang dapat menyakiti hati mu" ucap Devan lalu mencium kening Shafa .
"Setelah urusan selesai, kita akan segera melangsungkan acara resepsi pernikahan kita agar semua orang tahu jika kamu adalah istri ku. Dan kamu tak perlu bilang sebagai teman lagi ketika ditanya" ucap Devan.
Kata-kata itu seakan begitu meneduhkan dan membuat Shafa merasakan kebahagiaan yang luar biasa di hati nya. Jadi ia tak perlu malu jika di tanya status nya dengan Devan saat ini." batin nya
"Aku tidur dulu, jangan ganggu dan jangan menggodaku, aku ingin istirahat, tapi jika kamu sedang kepengen, kamu bisa prasmanan ambil sendiri" ucap Devan
"Aku? Menggoda mu? Prasmanan? Kata-kata macam apa itu" ucap Shafa .
Devan tak menghiraukan kata-kata Shafa , ia justru memejamkan mata nya Akibat sudah sangat mengantuk hingga tak butuh waktu lama ia telah lelap dalam tidur nya.
Setelah Shafa merasa Devan telah tertidur. Ia lalu mengambil sebuah micro SD berisi sebuah rekaman, berulang kali memutar video yang memperlihatkan liar nya sang suami bersama mantan istrinya itu, ia begitu lihai memainkan kaki nya di bawah meja yang memberi kode pada Devan hingga ke paha, dan pria yang kini telah menjadi suami nya.
"Oh Tuhan, kenapa aku dipertemukan dengan pria seperti Devan? Ternyata antara kebahagiaan dan kesedihan itu tak berjarak, dan sangat berdekatan, baru tadi aku bahagia dengan kata-kata nya kini ia menciptakan kesedihan yang sangat luar biasa " Batin nya.
"Flashback on
Sebelum acara makan siang di rumah itu, Shafa sengaja memasang video kamera pengintai di bawah meja makan. Setelah selesai makan mereka masih sibuk mengobrol, tak ada lagi kecanggungan yang terjadi di antara mereka.
Aslan lah yang menjadi bintang di hari itu. Ia selalu memberikan keceriaan dengan tingkah lucu nya yang mengundang tawa membuat ruangan itu menjadi hangat dan penuh tawa.
Sore hari nya setelah mereka pulang dan Devan sedang mandi Shafa mengambil kamera kecil yang dipasang di kursi tempat duduk nya.
Awal-awal nggak ada aktivitas yang mencurigakan. Namun lama-kelamaan di menit ke 15 kaki jenjang Mantan istri mulai memainkan peran nya. Kaki nya mengarah ke kaki Devan dan mengelus kaki nya hingga ke atas menuju pangkal paha nya lalu menjatuhkan kertas. Sungguh suatu pemandangan yang menyakitkan. Mantan istri tetap lah wanita liar yang berbahaya. Dan ibu tak pantas mendapatkan wanita seperti itu meskipun ia sangat cantik.
Shafa kini sedang berada dalam sebuah dilema, Di satu sisi wanita itu adalah istri dari ku dan di sisi lain pria itu adalah suami ku. Air mata Shafa menetes dari sudut mata nya menyaksikan pemandangan itu. Ia bingung entah apa yang harus dilakukan,
"haruskah ia pura-pura tidak mengetahui nya? Haruskah aku berpura-pura semua baik-baik saja seakan tanpa masalah? Ya Tuhan apakah yang harus aku lakukan?"
Flashback off.
Shafa masih melihat pria di samping nya yang sedang tertidur Lelap. Devan tertidur setelah usai berhubungan suami istri dengan nya.
Berbeda dengan Devan yang begitu mudah tertidur, Shafa justru tak bisa tidur setelah itu. bayangan Mecca Sungguh benar-benar mengganggu pikiran nya Mantan istri memiliki bentuk tubuh yang sempurna, dan juga wajah yang sangat cantik. Mantan istri masih berpenampilan begitu seksi, berbeda dengan cerita ibu yang mengatakan Mantan istri telah berubah tertutup.
Shafa melangkah ke dapur di dapur membantu bibi membantu memasak di dapur. bayangan akan ipar nya terus menghantui pikiran nya.
"Bi, apakah Mantan istri dulu sering menginap di sini?"
Bibi tidak langsung menjawab pertanyaan istri majikan nya itu. Ia terdiam sesaat sebelum akhir nya menjawab pertanyaan Shafa .
"Sering" jawab bibi.
"Apakah yang pria datang kemari itu adalah nya nona? Dan nona Mantan istri adalah istri nya? Maaf ya nona aku banyak tanya." Ucap bibi Khadijah, atau bibi ijah
"Ya bi, nggak apa-apa ko, nyantai saja" ucap Shafa .
Shafa meraih ponsel nya yang ia letakan di atas kulkas. Ia lalu berjalan ke sofa ruang keluarga dan menghubungi ibu untuk membuat Janji hari itu.
"Oke aku tunggu saat jam makan siang di restoran simfoni" balas Aldi.
Shafa menghapus seluruh pesan nya dan kembali meletakkan ponsel nya di atas meja usai menghubungi nya.
Shafa lalu masuk ke dalam kamar nya untuk membersihkan diri. Sebelum masuk ke dalam kamar mandi ia melihat Devan yang masih tidur lelap di ranjang nya.
Meskipun ada ganjalan di hati nya dan ingin tau isi kertas yang di jatuh kan oleh Mantan istri namun Shafa masih berpura-pura Bersikap biasa saja pada suami nya.
"Kamu mau ke mana hari ini?" Suara Devan tiba-tiba begitu mengejutkan nya.
"Aku bahkan bicara nya biasa saja, kenapa kamu begitu terkejut? Apa yang sedang kamu pikirkan?"
"Nggak ada, aku nggak memikirkan apapun" jawab Shafa singkat.
"Aku hanya sedang berfikir untuk pamit sama kamu, aku mau ketemu ibu"
"Pergilah jika kamu mau pergi, tapi tunggu aku, jam berapa kamu mau pergi?"
"Aku janjian saat jam makan siang di restoran simfoni." Ucap Shafa .
****
Siang hari nya, Devan memenuhi janji nya menjemput Shafa untuk janjian makan siang dengan sang istri . Kedua nya nampak diam , tak ada yang bicara satu sama lain terlalu sibuk dengan pikirannya masing-masing. Entah apa yang mereka pikirkan
"Apa ada sesuatu yang sedang kamu pikirkan? " Suara Devan yang seakan tau apa yang Shafa pikirkan saat itu.
Shafa tidak menjawab pertanyaan itu. Dia hanya melirik ke arah pria tampan di samping nya. Lalu kembali menatap lurus ke depan. Jalanan yang mulai cukup lengang akibat siang hari yang memang belum tiba saat nya jam makan siang yang biasa nya akan kembali macet. Shafa sesekali melihat mobil melintasi jalanan itu tanpa sedikit pun melihat ke arah Devan yang sesekali melihat ke arah nya.
Devan mulai kesal melihat sikap Shafa yang cuek pada nya, dan sangat jauh berbeda dari biasa nya. Shafa menghela nafas panjang seraya menyandarkan kepala nya di jok mobil. Shafa begitu diam jika dibandingkan biasanya. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh Shafa hingga ia menutup mulut nya dan diam seribu bahasa.
"Kamu kenapa sayang?*
" Apa kamu sakit?" Tanya Devan.
Shafa hanya memberikan Jawaban menggeleng tanpa melihat ke arah suami nya.
Tatapan nya menatap lurus ke depan tanpa sedikit pun peduli dengan Devan yang terus melirik ke arah nya.
Devan mendekatkan wajah nya ketika ke arah Shafa , namun dengan cepat Shafa memalingkan wajah nya ke jendela mobil nya
Devan melajukan kembali mobil nya dengan menahan emosi. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Namun lagi-lagi mobil nya harus terhenti ketika jalanan yang ia lewati macet parah.
*** Bersambung ***
Note: mohon maaf untuk saat ini bab istimewa' belum tersedia. terimakasih
Terima kasih masih setia membaca cerita ini... Jangan lupa dukungan nya dengan vote dan komentar nya.. terima kasih.