Hari itu di kediaman Sheryl, semua sibuk dengan Persiapan lamaran yang akan di laksanakan. Putusnya dengan Devan dengan cepat menyebar ke segala penjuru. Media cetak dan elektronik beberapa kali memberitakan retaknya hubungan Sheryl dan Devan yang sudah di laksanakan sebuah pertunangan.
Lamaran dengan Aldi yang rencananya akan di laksanakan secara tertutup pun akhirnya tercium media.
Tak seperti biasanya yang di laksanakan di sebuah gedung. Lamaran kali ini justru Kan di laksanakan di kediaman Sheryl yang sudah di jaga ketat oleh awak media.
Rona kebahagiaan terpancar dari wajah Sheryl. Mereka begitu bahagia, anak semata wayangnya akan di pinang oleh seorang pria yang menurut kedua orang tuanya itu sangat serasi dengan putri semata wayangnya.
Sheryl hari itu nampak bahagia dengan kebaya tradisional yang ia pesan khusus dari desainer ternama. Meskipun si kerjakan kilat karena memesan secara mendadak. Namun bukan berarti memesan dengan asal-asalan. Kebaya yang terlihat sempura itu melekat dalam tubuh Sheryl dengan begitu sempurna.
Jam dia siang adalah jadwal yang di tentukan dimana keluarga Aldi yang merupakan kakak Reno akan datang ke keluarga Sheryl untuk bertukar cincin dalam tradisi budaya orang Indonesia atau di sebut tunangan.
Waktu menunjukkan pukul 1 lebih 55 menit. Para tamu undangan pun telah lebih dulu hadir pada acara siang hari itu yang banyak di hadiri oleh kerabat dan rekan bisnis sang ayah.
Waktu berganti, dan telah menunjukkan pukul 2 lebih 15 menit. Namun keluarga Aldi tak juga menunjukkan batang hidungnya.
Keluarga mulai cemas. Sheryl terlihat mondar mandir dengan ponsel di tangannya. Ia berulang kali menghubungi Aldi namun tak juga mendapat jawaban.
Suara pria yang biasanya dengan penuh kasih menyambutnya itu kini tak ada lagi. Hanya suara operator yang menyambutnya dengan mengatakan "nomor yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan."
Tak terhitung jumlah nya Sheryl terus mengirimkan pesan singkat pada pria itu. Namun tak kunjung di terima.
Dengan usaha sedikit akhirnya dia berhasil mendapat nomor reno.saat ia menghubungi pria itu, justru Reno mengatasi jika ia tak tahu menahu tentang rencana sang kakak.
Orang tuanya yang saat itu sedang berada di Jawa pun tak tahu jika Aldo memiliki rencana melamar Sheryl di hari itu.
Sheryl berlari ke kamarnya mengetahui hal itu. Tubuhnya lemas seakan tanpa tulang. Dia kemudian membaringkan diri di ranjang seraya menangis. Dadanya sesak menahan kesedihan yang menderanya.pria yang sudah beberapa kali meniduri nya hingga hamil itu ternyata tak pernah berubah. Dia sama sekali tak mencintainya.
Sheryl mengepalkan tangan nya. Ia berulang kali memukul foto Aldi yang ada di dalam ponselnya sebelum akhirnya ia menghapus seluruh foto Aldi yang ada di dalam ponsel nya.
"Kamu tega Aldo! Kamu keja! Kamu juga bajingan!, Aku akan buat hidup mu tidak tenang dan menyesal!" Maki Sheryl Seraya berurai air mata menahan rasa sedihnya.
Hari itu adalah hari yang tak bisa di lupakan oleh
Sherly.
"Sheryl sayang ... " Suara makanya dari luar menghentikan tangis Sheryl untuk beberapa saat.
"Masuk mah, nggak di kunci." Ucap Sheryl Seraya menghapus air matanya.
"Maafkan Sheryl mah... Sudah buat mama malu." Ucap Sheryl memeluk wanita yang masih nampak cantik itu.
"Mama, nggak malu sayang, jangan khawatir. Kamu nggak usah malu ya sayang ... Daripada menikah lalu bercerai. Lebih baik seperti ini." Ucap namanya.
"Ini semua salah Sherly." Ucap Sheryl Seraya menangis.
"Sudah jangan pikirin hal itu.Semua akan baik-baik saja. Kamu tahu mama pernah batal menikah sehari sebelum hari h. sebelum ketemu ayahmu, mama terlebih dulu bertemu Dengan pria tidak baik sebelum bertemu dengan pria yang tepat." Hibur sang mama dengan sabar.
***
Hati itu Shafa mulai masuk kantor seperti biasanya. Dengan langkah terburu-buru ia masuk kedalam lift para karyawan. Sayang nya kondisi lift yang penuh dengan karyawan lain nya membuat ia mengurungkan niatnya.
Shafa kembali keluar dan menanti dengan sabar giliran lift berikutnya. "Heh Shafa. Akhirnya Lo kerja juga!" Sapa seseorang yang merupakan teman baiknya dengan langkah sedikit terburu-buru.
"Ya ... Kemarin aku cuma ambil cuti " Jawab Shafa kemudian.
"Ada yang berubah nggak di kantor ini?" Tanya Shafa basa-basi setelah seminggu tidak masuk kantor.
"Ada." Jawab temannya
"Apa itu?"
"Pak Reno sekarang tambah ganteng, dan satu lagi ada pak Aldo yang juga bekerja di kantor ini sebagai ...." Meta menghentikan kata-katanya ketika pintu lift kemudian terbuka.
"Pak Aldo itu siapa ya?" Tanya Shafa penasaran dengan nama pria yang jarang di dengarnya.
"Pak Aldo adalah kakak pak Reno. Kamu tahu, dia tampan banget." Ucap metta teman satu kantor nya itu.
"Oh gitu? Aku bahkan ketinggalan info cukup jauh. " Ucap Shafa yang tidak tau soal kakak pak Reno yang merupakan CEO di perusahaan itu.
"Pak Aldo itu berbeda dari pak Reno, dia sangat ramah pada siapapun. Dia juga sangat baik pada karyawan." Puji metta
"HM!!" Suara seorang di belakangnya membuat keduanya menoleh melihat kearah pria tampan yang ada di belakangnya.
Pria itu terlihat berdiri penuh percaya diri membetulkan kerah kemejanya. Shafa sesaat menatap pria itu dan memberikan senyum ramah pada pria yang baru di lihatnya itu.
"Selamat pagi pak Aldo." Sapa meta seraya tersenyum ramah kepadanya.
Shafa tak berani menatap tatapan pria itu lebih lama. Dia kemudian mengalihkan pandangannya kearah lain menatap tombol lift yang di tekan oleh meta.
Shafa mendekat kearah tombol lift untuk menekan angka di lantai berapa dia akan turun. Namun secara bersamaan pria tampan di belakangnya juga melakukan hal yang sama hingga membuat keduanya itu bertemu dan tangan keduanya bersentuhan.
Meta lebih dulu turun di lantai 3, dan para karyawan lain nya pun semua turun di sana. Hingga tersisa hanya Shafa dan Aldi di dalam lift. Keduanya nampak terdiam karena keduanya belum saling mengenal satu sama lain.
Shafa keluar dari lift setelah pintu lift terbuka. Dia berjalan dengan terburu-buru ke ruangan nya karena hanya tersisa beberapa detik saja memasuki jam kerjanya.
Ia tak lagi memperdulikan pria bertubuh tinggi dengan memakai kemeja putih dan jas hitam yang berjalan lebih lambat darinya
Shafa langsung duduk di kursinya kerjanya. Beberapa berkas numpuk di mejanya. Sesaat ia menghela nafas berat ketika melihat pekerjaan yang harus di kerjakan nya pada hari itu.
Kring kring...
Suara telepon di mejanya tiba-tiba berbunyi. Shafa menghentikan aktivitasnya dan meraih gagang telepon di tangan nya.
"Halo"
"Kita akan meeting pagi ini dengan pak Adam. Kamu siapkan semuanya" suara Reno memerintah. Seperti biasanya pria itu selalu memerintah saat ada di kantor. Ia selalu serius dan profesional saat bekerja.
"Baik pak" jawab Shafa kemudian
Beberapa saat lamanya Shafa sibuk dengan pekerjaannya. Ia beberapa kali mengusap perutnya yang masih rata.
"Anak pintar bantu mama bekerja, yang kuat ya nak," ucap Shafa.
"Drrrrrt drrrrrt" suara panggilan di dalam ponsel nya membuat Shafa menghentikan pekerjaannya kembali. Di lihat dari bibi dan pamannya yang menjadi ibu angkat saudara kembarnya itu menelponnya.
"Ya Bu." Ucap Shafa memanggil tantenya.
"Ada yang ingin bibi bicarakan sana kamu." Ucap tantenya itu kemudian.
"Nanti malam saya ke rumah." Ucap Shafa pada tantenya itu.
"Nggak usah, kita bertemu di restoran dekat kantor kamu nggak apa-apa."