Shafa banyak melihat pemandangan sekitar yang ia lewati, tidak seperti beberapa tahun lalu ketika ia pulang kampung, jalanan kota kebumen sekarang sudah ramai dengan toko dan tempat kuliner yang d
Tidak kalah dengan kota-kota besar di Indonesia. Dalam hati nya ia begitu bangga dengan kemajuan kota kelahiran ibu nya itu.
Shafa telah sampai di suatu tempat di mana becak itu hanya bisa mengantarkan nya hingga ke tempat itu.
Shafa turun dari becak lalu membuka tas nya, ia kemudian mengambil uang pecahan seratus ribu lalu memberikan satu lembar uang itu pada tukang becak yang membawa nya hingga ke jalan arah menuju rumah nenek nya.
"Giye ora ana duit pas Bae mbak?" Ucap tukang becak itu dengan menggunakan bahasa Jawa.
"(Ini nggak ada uang kecil saja mba, yan pas karena saya nggak punya kembalian)" versi bahasa Indonesia
Shafa yang mengerti arti dari perkataan dari tukang becak itu pun tersenyum, kemudian menjawab pernyataan tukang Becak tersebut dengan menggunakan bahasa nasional.
"Sisa nya ambil saja pak" ucap Shafa ramah.
"Giye nggo aku maksude?" (Ini semua buat saya?) Dengan bahasa nasional. Tanya tukang becak itu yang kesulitan untuk berbahasa Indonesia.
"Iya pak," jawab Shafa seraya tersenyum melihat raut wajah tukang becak berkulit gelap itu yang begitu bahagia.
Shafa kemudian mengambil lagi uang dari dompet nya kemudian memberikan pada tukang becak Tersebut.
"Iki duit apa maning mba?" (Ini duit apa lagi mba?) Tanya tukang becak itu dengan raut wajah yang sangat bahagia.
"Ini uang buat bapak dan keluarga bapak" ucap Shafa.
"Ya Allah matursuwun Ya" (ya Allah Terima kasih ya). ucap tukang becak Tersebut kemudian.
"Shafa masuk kedalam kedai mie ayam dan bakso yang terkenal di kota itu, yang menjadi langganan nya ketika ia pulang kampung bersama ayah dan ibunda nya.
Tidak ada yang berubah dari kedai itu masih sama seperti dahulu ketika ia pulang bersama keluarga besar nya. Ia begitu menikmati mie ayam yang di suguhkan di warung itu. Entah efek bawaan bayi yang ada di perut nya atau karena efek lapar, Shafa bahkan nambah lagi satu porsi. Tidak seperti wanita hamil kebanyakan yang banyak ngidam dan menghindari makanan tertentu, Shafa justru semakin bertambah selera makan nya hingga berat badan nya pun dengan cepat naik dari berat badan sebelum nya.
"Apakah ini Shafa?" Suara seorang pria yang baru saja masuk kedai kedai itu dengan cepat mengenali nya.
"Dada, eh Dafa mas?" Ucap shafa kemudian.
"Iya ini aku dafa" katanya kemudian,
"Wah aku pangling, tambah ganteng saja" puji shafa.
"Kamu bisa saja, Kebetulan kita berjumpa di sini, apa kabar mu?, ada keperluan apa di sini?, dari mana mau ke mana? Tanya Dafa memberikan pertanyaan beruntun.
Safa mengernyitkan alis nya mendengar pertanyaan beruntun dari teman lama nya yang Merupakan tetangga nenek nya itu.
"Mau ku Jawab yang mana ini? Kamu menguji otak ku sejak dulu nggak berubah, kalau nanya selalu panjang beruntun seperti
Rangkaian kereta api" ucap Shafa tanpa menjawab pertanyaan dari Dafa.
"Hehe, terserah kamu mau jawab yang mana, bebas saja" ucap Dafa kemudian duduk tepat di kursi depan Shafa.
"Gimana kabar mu?" Tanya dafa Seraya mengulur kan tangan nya
"Aku baik banget, terlihat kan dar senyum yang terpancar di wajah ku?" ucap Shafa seraya membalas jabatan tangan dafa berupaya tersenyum ke arah Dafa teman main nya ketika di rumah nenek nya.
Cukup lama Dafa menjabat tangan lembut itu tanpa melepas nya,
"ada keperluan apa di sini?," Tanya Dafa kembali,
"Aku akan menjawab pertanyaan mu, tapi sekarang lepaskan dulu tangan ku" ucap Shafa kemudian.
"Eh iya aku lupa, aku suka lupa diri kalau melihat wanita cantik"
Canda dafa.
"Bisa saja kamu lah, sejak dulu pinter banget merayu" ujar Shafa mendengar candaan pria tampan di depan nya.
"Seperti yang kami lihat , aku habis mengisi perutku" ucap Shafa.
"Ah iya pertanyaan bodoh macam apa ini, maksud ku bukan itu, tapi ya sudahlah, aku ada pertanyaan satu lagi, kamu sebenarnya dari mana mau ke mana?" Tanya Dafa yang hanya membawa tas pergi di meja tanpa membawa koper atau pun tas besar layak nya orang pulang kampung pada umum nya.
"Aku dari Jakarta mau ke rumah nenek ku" jawab shafa atas pertanyaan pria di depan nya.
"Serius?" Mana koper atau tas besar, dan juga oleh-oleh untuk ku? aku lihat kamu tak seperti orang yang sedang mudik ke kampung" ujar Dafa Kemudian.
"Hmm, mang sengaja, aku malas bawa-bawa tas" ujar Shafa kemudian.
"Tapi ngomong-ngomong aku pulang dulu ya ke rumah nenek, aku bahkan sudah sangat lelah, belum istirahat" ungkap shafa.
"Temani aku makan dulu lah, aku akan makan kilat" ujar Dafa memohon.
"Ya ya, cepat ya, jangan lupa bayar nya perdetik" ujar Shafa.
"Waduh, kaya artis saja," ujar Dafa.
"Ya kan memang aku artis" ucap Shafa kemudian seraya mengerucutkan bibir nya.
"Artis yang nggak pernah tampil di televisi" ucap Dafa kemudian.
"Hehe, sudah ayo pesan makanan, kamu bahkan belum pesan makanan" ujar Shafa kemudian.
"Ah iya aku sampai lupa, tuh kan benar aku selalu lupa diri kalau di depan wanita cantik" canda dafa kembali membuat Shafa Tersenyum kepada pria yang ada di depan nya
Dafa kemudian meraih buku menu makanan yang ada di meja lalu melihat nya, ternyata sekarang sudah terdapat beberapa menu makanan yang ada kedai itu namun masih seputar mie dan bakso dengan berbagai variasi.
"Kamu mau makan lagi? Barangkali mau nambah?" Tanya dafa.
"Aku sudah Kenyang dafa, aku bahkan sudah habis dua porsi dengan menu yang sama mie ayam original." Ungkap Shafa.
"Wow, aku satu saja kadang tersisa, kenapa kamu bisa habis begitu banyak?" ujar Dafa kemudian.
"Bawaan bayi seperti nya" ucap Shafa serius.
"Kamu Bercanda kan?" Tanya Dafa sedikit terkejut mendengar Shafa mengatakan jika ia sedang mengandung.
"Apa dari raut wajah ku terlihat seperti sedang bercanda?" Tanya Shafa kemudian.
"Nggak sih, tapi kamu bercanda kan? Aku lemes ini denger kamu sudah jadi milik orang, aku bahkan sudah menyukai mu sejak dulu" ungkap Dafa
"apa aku terlihat sedang bercanda?" tanya Shafa kemudian
. jangan lupa cerita ini, dengan vote, love kritik dan saran ya.. untuk mendapatkan voucher gratis baca. sit tunggu ya.. love u all..
sampai jumpa di bab berikut nya.. Terima kasih..
.