Apa beda nya sama aku? Aku pun bukan pria suci bahkan mungkin aku lebih buruk darimu" ucap Aldo seraya menggenggam tangan Sheryl.
Sheryl terdiam meskipun kebahagiaan menyelimuti hati mya saat itu. Ia begitu terharu ketika seorang pria datang melamar nya saat kondisi nya berada di terendah dalam hidup nya.
Shery meneteskan air mata kemudian memalingkan wajahnya dari pria di samping ya. Ia tak kuasa menahan haru, ia masih tak percaya jika Aldo serius dengan.
*****
Pagi itu Aldo kembali datang lebih pagi dari biasanya untuk menjenguk Sheryl yang masih terbaring lemah di rumah sakit, hari itu ia melewati masa pemulihan pasca kuretase yang di baru dijalaninya buka hari lalu.
Dan membawa parsel berisi buah-buahan Aldo mendatangi ruangan VVIP di mana Sheryl di rawat. Seperti biasanya Aldi disambut senyum oleh Sheryl, dia begitu bahagia atas kehadiran pria itu yang sangat peduli terhadapnya pada saat itu.
"Pagi sayang" kata Aldo.
"Pagi juga bang" Jawab Sheryl dengan senyum mengambang di wajah nya.
Untuk beberapa saat lamanya Aldo duduk di ruangan itu, keduanya saling diam hingga sebuah notifikasi pesan Tiba-tiba masuk kedalam ponselnya.
"Sayang,aku harus pergi sekarang, nanti saya akan kesini lagi." Ujar Aldo seraya mengecup kening Sheryl.
"Ya Abang" ungkap Sheryl dengan rona wajah penuh senyum di wajahnya.
"Apakah dua sedang berbohong? Mengapa dia tidak seperti biasanya?." Batin Sheryl setelah kepergian Aldo yang begitu tiba-tiba
____///____///____///_____///______
Di dalam kediaman Devan, dia begitu marah mendapatkan laporan jika sang istri ternyata sangat sudah berada di kampung dalam di rumah nenek nya. Devan membanting semua yang ada di sekitarnya, dia tak kuasa menahan amarahnya setelah melihat foto-foto di tangannya, di mana dalam beberapa foto menunjukan kemesraan nya dengan seorang pria tampan, di mama dalam foto itu terlihat beberapa keduanya begitu bahagia bahagia dengan senyum yang mengembang di wajah keduanya.
"Dendi!"
"Ya Tuan."
"Apakah Tuan akan menyusul ke rumah nenek istri Tuan?" Dendi bertanya berusaha menerka apa yang akan di lakukan bosnya itu.
"Tidak!"
"Lalu? Apa yang akan Tuan lakukan?"
"Kamu tetap awasi perempuan itu, saya sudah tidak perduli lagi wanita itu mau apa, saya hanya peduli dengan calon anak saya!, Kamu ingat calon anak saya! Jangan biarkan dia kembali datang ke rumah ku, dan juga jangan biarkan dia menempati rumah ku yang lain!" Perintah Devan dengan penuh penekanan.
"Bagaimana bos? apa saya salah dengar?" Dendi kembali bertanya karena ingin memastikan apa yang di dengarnya.
"Saya rasa kamu tidak tuli, tapi jika kamu tuli lebih baik kamu ambil pesangon kamu detik ini juga!" Devan kembali mengumpat pada bawahan nya itu.
"Lalu? Bagaimana jika tuan besar tahu masalah ini dan marah pada saya?" Tanya Dendy dengan rasa takut.
"Itu bukan urusan kamu!"
"Apa tuan akan membiarkan dia pulang ke rumah orang tuanya?"
"Tidak juga!"
"Lalu?"
"Kamu jangan banyak bertanya, saya tidak butuh perempuan pengkhianat!
"Tugasmu saat ini adalah melaksanakan apa yang ku perintahkan! Untuk urusan yang lain itu bukan urusanmu!" Devan berujar dengan raut wajah menahan amarah
to be continue