Tak berapa lama Seorang dokter datang bersama seorang perawat dengan membawa kursi roda.
Dengan penuh berhati-hati Sheryl naik ke atas kursi roda lalu duduk di sana kemudian dengan langkah cepat sheryl didorong ke ruangan unit gawat darurat Rumah sakit tersebut.
Dengan setengah berlari nyonya Jihan mengikuti kursi roda yang membawa Sheryl ke ruangan unit gawat darurat.
seorang dokter perempuan yang bertugas ruangan tu lalu memeriksa kondisi sering yang mengalami pendarahan, sheryl yang masih belum mengerti apa yang sedang dialami iya hanya meringis kesakitan dan menurut saja apa yang di suruh oleh dokter.
Tuan Arya duduk Dengan menggunakan kursi roda di sisi ranjang memperhatikan Sheryl yang kini sedang berbaring meringis menahan sakit.
Tak ada kata yang keluar dari pria itu dia hanya menatap Sheryl dengan penuh arti entah apa yang sedang dirasakan oleh pria itu. Namun tatapannya tak pernah lepas dari wajah putrinya yang sedang terbaring di depannya.
Nyonya Jihan datang dengan terburu-buru ke ruangan itu, Setelah dari kamar kecil tak beda dengan Arya, Dia kemudian memperhatikan Sheryl yang sedang meringis menahan sakit Seorang perawat dan bidan yang sedang mempersiapkan untuk melakukan pemeriksaan pada Sheryl.
Ibu dan bapak keluar dulu ya Ya kami akan melakukan pemeriksaan ucap seorang bidan yang bertugas di rumah sakit.
Baik Bu Kami akan keluar ucap Ibu jihan seraya mendorong sang suami yang sedang duduk di kursi dengan keluar dari ruangan itu.
Bidan dan perawat itu kemudian menutup korden yang ada di sana, lalu memeriksa kondisi tubuh sheryl yang mengeluarkan darah
Tak berapa lama seorang dokter kandungan yang baru selesai praktek atau ke rumah ruangan itu untuk memeriksa kondisi Sheryl yang melakukan pemeriksaan melalui USG. Dokter itu memeriksa perut Sheryl dengan seksama dan ketelitian Sheryl hanya terbaring terdiam tak bertanya ataupun pada dokter itu dalam hatinya ia berharap ya akan keguguran dan bisa kembali pada hidupnya sebelum kehamilan, Meskipun begitu ada rasa sedih di dalam hati terdalamnya menatap layar monitor yang ada di depannya, dokter itu terus melakukan pemeriksaan dan hanya bisa pasrah atas Apa hasil dari pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter itu.
"Bagaimana dok hasilnya?" Tanya Sheryl.
"Apakah ada suami yang ingin mendengarkan penjelasan atau hanya keluarga yang tadi ikut bersama disini yang akan mendengarkan penjelasan dari kami ?" tanya dokter itu.
"Suami saya sedang di luar negeri hanya ada kedua orang tua saya di sini" ucap Sheryl berbohong.
Wajah Sheryl Yang Tak asing bagi dokter membuat ia berfikir sejenak, namun cepat ia segera menyuruh perawat untuk memanggil kedua orang tua dari Sheryl.
Setelah dilakukan pemeriksaan, akhirnya dokter dan perawat itu saling berdiskusi, kemudian memanggil keluarga sheryl yang saat itu sedang menunggu di luar.
"Bagaimana dok kondisi anak saya saat ini?" Tanya ibu anita kemudian.
" Begini Bu, Saya sudah memeriksa kondisi kondisi kandungannya, sudah tidak ada lagi detak jantung di sana sehingga harus dilakukan operasi kuret secepatnya"
"Tapi jika mau cari second opinion ke dokter lain Ibu bisa melakukannya, tapi jika saran saya lebih baik dilakukan operasi secepatnya" ucap kepada kedua tua Sherly yang mendengarkan secara seksama kata-kata dari dokter wanita itu.
"Ya Dok saya menyerahkan sepenuhnya pada dokter, tolong upayakan yang terbaik untuk anak saya" ucap nyonya Jihan.
Sedangkan Tuan Arya lebih banyak terdiam dan memberikan kepercayaan penuh kepada sang istri untuk memutuskan apa yang terbaik bagi putrinya.
Bagaimana Nona ibu bapak pak Apa sudah diputuskan? Jika mau dioperasi hari ini nanti akan di beri waktu oleh beritahu oleh perawat.
"Nanti akan dilakukan pemeriksaan ya sebelum dilakukan tindakan sekarang boleh dipindahkan ke ruang perawatan apa mau disebut dengan bapak tanya perawat itu"
"Apa boleh seperti itu? Apa boleh kebetulan saya bisa menunggu 2 pasien sekaligus?" Ucap nya kemudian.
"Ibu juga bukan penyakit menular lagipula sudah mulai membaik pula kan keadaan nya?" Tanya perawat kemudian.
"Terima kasih ya Mbak" kata ibunda sheryl begitu tenang.
Sesampainya di ruangan VVIP, tuan arya meminta perawat untuk melepaskan infus yang menempel di tubuhnya ia merasa sekarang sudah membaik kondisinya terkini berkati sheryl lah yang tertidur di ranjang rumah sakit.
Seorang perawat keluar untuk meminta persetujuan dari dokter yang merawat Tuan Arya.
Sheryl masih diam berbaring seraya menahan nyeri di perut nya perawat kemudian memberikan beberapa obat pada Sheryl iya Ki minta makan terakhir, sebelum di minta puasa selama beberapa jam di lakukan tindakan operasi beberapa jam lagi.
"Sheryl minta maaf karena tidak bisa menjadi anak yang dibanggakan oleh Mama dan papa, Sheryl juga tidak bisa menjaga nama baik keluarga, bahkan sheryl sudah mencemarkan nama baik keluarga kita, maafkan Sheryl sudah mengecewakan papa dan Mama" ucap Sheryl dengan berurai air mata.
Pak Arya terdiam seraya mengelus kepala putri satu-satunya. Sheryl masih menatap kedua orang tua nya dengan tatapan sedih.
Papa dan mama sheryl menatap satu sama lain setelah itu kembali menatap wajah putri nya yang kini telah di pasang infus di tangan nya.
Perawat kembali masuk ke dalam ruangan itu untuk mengambil sampel darah guna dilakukan beberapa pemeriksaan lanjutan.
"Mbak sheryl Sudah mulai puasa ya" ucap suster itu dengan suara lembut.
____//___//___//____//_____
Pagi harinya shafa telah sampai di stasiun kebumen, dia menatap stasiun kampung halaman nenek nya itu dengan perasaan bahagia. Ia begitu lega karena ia telah sampai dengan selamat setelah melewati perjalanan yang cukup melelahkan.
Pandangan nya kembali tertuju pada pasangan yang tadi malam dudu tepat berada di samping nya.
Shafa melangkah untuk mencari keberadaan toilet, kondisi bangunan yang telah banyak mengalami perubahan membuat dia sedikit mencari keberadaan tersebut setelah berjalan beberapa meter akhirnya ia menemukannya.
Dia pun lalu masuk ke dalam toilet tersebut mengantri untuk beberapa saat dengan penumpang lain.
Setelah mendapat kan giliran, Shafa pun buru-buru masuk ke dalam toilet tersebut. Tak berapa lama ia pun keluar dari sana.
Tatapan nya tertuju pada pasangan yang tadi malam berada di sebelah nya. Berbeda jauh dengan tadi malam yang begitu romantis dan penuh perhatian, namum saat itu begitu dingin dan cuek pada pasangan wanita nya nya, bahkan terlihat tidak menyapa seperti pasangan pada umumnya.
Hal itu justru membuat Shafa begitu over penasaran. Baru kali ini ia tertarik dengan kehidupan orang lain. (ngurusi urusane wong Liyo) bahasa jawa Sesekali Shafa melirik kedua pasangan yang masih duduk di ruang tunggu sama seperti diri nya
bersambung...