Chereads / Gadis Introvert / Chapter 6 - Pemilihan ketua osis

Chapter 6 - Pemilihan ketua osis

Hari ini adalah hari dimana semua siswa yang berbakat dan tentunya menjadi bintang di kelas akan menujukan bakat dan kepandaiannya.

Dan itu tentu saja mengundang Chika dan juga Dita untuk mengikuti acara tersebut.

Pemilihan ketua osis di Sekolahnya memang di adakan 2 tahun sekali. Karena siswa kelas 3 di minta fokus untuk mempersiapkan ujian.

"Chika!" panggil Rangga, salah satu anggota osis.

"Iya Kak?" jawab Chika yang kebetulan sedang berjalan hendak menuju ruang pemilihan.

"Kamu ikutan kan pemilihan ketua osisnya?" tanya Rangga.

"Iya Kak, aku ikutan kok. Tapi aku cuma nyalonin jadi anggota aja," jawab Chika. Dirinya memang tidak berminat untuk menjadi ketua maupun wakil osis.

"Lhoh kenapa emang?" tanya Rangga heran.

"Enggak papa kak, kan udah banyak yang nyalonin kak!" jelasnya.

"Gak ada salahnya kan nyalonin Chik, kamu anak yang pandai aku yakin kalau kamu pasti bisa membawa perubahan untuk Sekolah kita!" ucap Rangga.

"Gimana ya Kak! Nanti aku coba deh!" timpal Chika.

"Oke aku tunggu ya!" tambah Rangga lalu kemudian dia berlalu pergi.

Rangga adalah salah satu anggota osis. Ia adalah kakak kelas Chika yang sering memperhatikan Chika dari jauh. Bisa di bilang kalau dia itu fansnya Chika, hehe.

Setelah Chika memasuki aula tempat pemilihan ketua osis di sana sudah ada Dita dan cowok yang beberapa hari ini sering mengganggunya.

"Hay Dit!" sapa Chika setelah sampai di tempat duduk Dita.

"Hmm!" jawab Dita.

"Gitu amat jawabnya?" heran Chika.

"Lo lama sih!" dengus Dita.

"Ya Maaf! Tadi gue kena macet di jalan!" jelas Chika.

"Macet paan coba? Orang gue tadi berangkat lancar-lancar aja!" protes Dita.

"Tadi berangkat jam berapa?" tanya Chika.

"Jam 6 kurang sih!" jawab Dita sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Jam segitu kan belum terlalu macet neng, hadewhhh!" gerutu Chika.

"Ya udah gih buruan duduk! Anak-anak pada ngusulin lo buat jadi ketua osis!" ucap Dita.

"Apa? Kok gak konfirmasi ke gue dulu sih!" protes Chika. "Gue kan niatnya cuma mau ikut anggota aja Dit!" ujar Chika.

"Ya mau gimana lagi Chik, mereka semua maunya elo yanh maju!" kata Dita.

"Kalau gini kan repot!" omel Chika pada sahabatnya.

"Bukan gue yang ngajuin Chik! Gue yang kena omel lo!" protes Dita.

"Sama aja! Harusnya kan konfirmasi dulu ke gue. Lagian kan gue deketnya cuma sama elo ya elo lah yang gue omelin," jelas Chika.

"Ya udah! Nasib."

"Oke semua! Mohon perhatiannya karena acara sebentar lagi akan di mulai!" ucap Pembawa acara.

"Gila gue nerfes banget Dit!" rengek Chika. Gadis itu sudah mengeluarkan keringat dingin di sela-sela hari tangannya.

"Gue yakin lo pasti bisa!" ucap Dita meyakinkan.

Entah mengapa beberapa hari ini Dita sedikit tidak tulus memberikan dukungan pada Chika.

Entah mengapa saat melihat cowok incarannya lebih dekat dengan Chika ia sediki jealous.

"Maafin gue Chik!" batinya.

Dita sengaja menunjuk Chika untuk menjadi ketua osis agar ia di sibukan dengan kegiatan di sekolah.

Dan kebetulan teman-teman sekelasnya setuju karena Dita memang berbakat dengan modal kepandaiannya.

"Semangat dong!" tegas Dita.

"Iya ini udah semangat kok!" jawab Chika. Meskipun ia berusaha menahan suaranya agar tidak nergetar nyatanya bergetar juga.

"Eh itu udah di mulai, buruan kamu maju kesana!" suruh Dita.

"Beneran deh yang lain aja yang jadi ketua osis!" pinta Chika.

Namun Dita terus mengompori teman-temannya hingga membuat Chika mau tidak mau harus tetap maju.

"Perwakilan dari kelas 10 A?" ucap sang pembawa acara.

"Chika pun maju dengan langkahnya yang sedikit berat.

Tidak pernah terfikirkan sebelumnya jika ia akan menyalonkan diri menjadi ketua osis.

Rangga yang berdiri di antara senior yang lain pun menatap Chika dengan senyum seolah-olah meberikan semangat pada Chika lewat senyumnya.

"Bismillahirohmannirohim," ucap Chika memulai langkahnya.

Chika sudah duduk diantara calon ketua osis yang lainya.

Dan ternyata, di sebelahnya duduk cowok aneh yang beberapa hari kebelakang ini mengusik ketenangannya.

"Eh nyalonin juga lo?" tanyanya spontan.

"Iya! Lo juga?" tanya balik Chika.

"Iya, anak-anak yang nunjuk gue!" ungkapnya.

"Sama, aku juga!" seru Chika.

Mereka pun mulai terlibat obrolan yang nyambung. Tentu saja itu tidak lepas dari pengamatan Dita.

Wajah Dita terlihat sangat sengit. Tujuannya untuk menyalonkan Chika menjadi ketua osis adalah untuk menjauhkan dari cowok itu, namun rasanya semua hanya sia-sia saja.

Oke, Dita boleh kalah pintar dari Chika. Tapi kalau urusan cowok gini dia gak mau kalah.

Apa pun akan dia lakuin buat dapetin perhatian Alex.

"setelah saya cek satu persatu nilai dan bakat kalian maka saya nenetapkan kalau Chika dari kelas 10 A dan juga Alexander dari kelas 10 C akan menjadi ketua dan wakil osis. Sekian dan terimakasih, maka acara pada hari ini di nyatakan telah selesia!"

Ohh, sungguh Chika benar-benar tidak menyangka bahwa dialah yang akab terpilih. Dan yang membuatnya lebih terkejut lagi adalah cowok aneh itu yang menjadi wakilnya.

Tidak bisakah bapak kepala sekolah yang terhormat itu menujuk wakilnya yang cewek saja.

"Pasrah gue Dit!" keluhnya.

"Lo kenapa?" tanya Dita.

"Lo tau kan? Cowok yang sekarang jadi wakil gue, dia cowok aneh yang beberapa hari ini mengusik hidup gue banget," jelas Chika.

"Kan kalian jadi satu juga pas acara osis doang kalik Chik! Gak usah spaneng gitu," ucap Dita menenagkan.

"Tapi gue bakal sering ketemu sama dia," protes Chika. "Lagian kenapa tadi gak lo aja sih, kenapa juga meski gue," tanya Chika.

"Iya gue juga nyesel Chik, tau gitu tadi gue yang maju!" batinnya.

"Ya kan lo lebih pinter dari gue!" jawab Dita.

"Bukan soal pintar gaknya ya? Buktinya tuh si cowok aneh dia bisa jadi wakilnya, padahal kan masih banyak yang lainnya." kelakar Chika.

Ia sepertinya tengah di landa emosi yang sebentar lagi akan meluap. Tapi Chika selalu bisa mengendalikannya.

"Udah jalanin aja!" ucap Dita. "Gue yakin pasti bisa!" tambah Dita.

"Makasih ya Dit, lo selalu kasih dukungan buat gue!" ungkapnya.

"Sama-sama Chik, itulah gunanya sahabat." gadis itu kemudian berpamitan untuk pergi ke kamar mandi.

"Sahabat? Apa masih pantes gue di sebut sahabat Chik?" tanya Dita dalam hati.

Jujur saja, Dita merasa bersalah karena telah menyalonkan Chika menjadi ketua osis tanpa persetujuannya.

Namun niatnya yang ingin membuat ia jauh dari Alex justru membuatnya semakin dekat.

"Sial gini sih hidup gue!" umpat Dita.

"Hay Dita?" sapa Rohmat yang kebetulan lewat di depan Dita.

"Ehh, hayy!" jawab Dita balas menyapa.

Dan saat Dita mau melangkah pergi dari tempatnya berdiri tiba-tiba saja kakinya terkilir dan di tangkap oleh Rohmat.

"Lo berdua ngapain?" tanya Chika.