Hari ini Chika berangkat sekolah dengan naik angkutan umum di karenakan supir yang biasa mengantarnya izin untuk pulang kampung karena anaknya sakit.
Tidak tega, maka Chika pun mengijinkan supirnya pulang. Kebetulan ayahnya juga sedang tidak ada di rumah karena ada tugas di luar kota.
"Apa gak sebaiknya naim taksi aja Non?" saran asisten rumah tangganya.
"Enggak papa Bi, sekali-kali naik angkutab umum kan gak papa!" ujar Chika.
Chika memang belum pernah naik angkutan umum karena ia selalu di antar oleh supirnya kemana pun ia pergi.
Dan hari ini akan menjadi pengalaman pertamanya untuk ia naik angkuatn umum. Chika sudah berdiri di jalan dekat komplek rumahnya sejak 5 menit yang lalu.
Kata Artnya angkutab umum biasanya akan lewat sekitar jam 6 sampai jam 7, maka dari itu Chika berangkat lebih pagi.
Tidak lama kemudian angkutan umum yang di tunggu Chika pun datang. Ia segera melambaikan tanganya untuk menghentikan angkuatan umum tersebut.
"Eh Chika, tumben naik angkutan umum?" ujar salah satu ibu-ibu hang duduk di sebelah Chika.
"Iya Bu, supir yang biasa nganterin Chika lagi iji pulang kampung katanya anaknya sakit, Papa juga lagi ada tugas di luar kota," jelas Chika dengan sopan.
"Oh begitu," ucap ibu tersebut.
"Iya, Bu."
"Ya idah ibu tirun dulu ya, kamu hati-hati."
Setelah sampai di depan sekolahnya Chika pun kemudian turun dengan di berengi anak cowok yang tidak sabaran.
Akhirnya karena Chika hanya memegang sedikit bagian dari pintu angkutan tersebut, Chika pun terjatuh hingga lututnya berdarah.
Anak cowok yang menyenggolnya bukanya meminta maaf jutru mengatainya.
"Makanya kalau gak biasa naik angkot jangan sok deh!" serunya kemudian melangkah pergi.
Tidak jauh dari tempat itu, Alex baru saja memarkirkan motornya.
"Heh lo! Udah tau salah bukanya minta maaf malah ngehina. Udah merasa jadi jagoan lo di disini?" ucap Alex. Ia sangat emosi sekali melihat Chika di perlakukan seperti itu.
"Kalem bro, emang lo siapanya Chika!" harfiknya. "Lagian gue juga cuma bilang fakta kok, dia kan emang biasanya di ajtar supir kalau sekolah pakek sok-sokan naik angkuatn umum segala," tambahnya.
"Tapi lo juga gak punya hak bilanh seperti tadi!" geram Alex. Kemudian ia melemparlan satu pukulan pada perut cowok itu.
"Alex udah!" pinta Chika. "Aku gak papa kok!" ucap Chika.
"Gapapa giaman? Lihat lutut kamu sampai berdarah gitu!" ujar Alex.
"Iya, tapi gak semuanya bisa di selesaikan dengan berantema!" jelas Chika.
"Awas ya lo, urusan kita belum selesai!" ujar Alex.
Ia kemudian membawa Chika ke uks untuk mengobati lukanya.
"Kamu kenapa kok tumben naik angkot?" tanya Alex.
"Supir aku lagi ijin, anaknya sakit di kampung!" jelas Chika.
"Nanti aku antar kamu pulang?" ujar Alex.
"Enggak usah! Kan aku bisa naik angkot," jawab Chika.
"Dengan kondisi kamu seperti itu?" tany alex. "Gak yakin aku," tambahnya.
"Ya habis mau gimana lagi," ujar Chika.
"Udah deh, gak usah batu. Pokoknya nanti aku anterin pulang," tegas Alex.
Mereka pun kemudian kembali ke kelas masing-masing. Setelah mengantarkan Chika ke kelasnya Alex pun kembali ke kelasnya.
"Lo kenapa Chik?" tanya Dita yang baru saja masuk ke kelas.
"Jatuh tadi pas turun dari angkot," jawab Chika.
"Lo naik angkot?" tanya Dita. "Emang supir lo kemana?" tambahnya.
"Lagi ijin, anaknya sakit."
Entah ke berapa kali pagi ini Chika di tanya dengan pertanyaan yang sama hanya karena ia ke sekolah naik angkot.
"Kenapa lo gak telfon gue tadi, kan bisa gue jemput Chik," tanya Dita.
"Gue gak mau ngrepotin lo, lagian kan sekali-kali naik amgkot gak papa Dit!" jawab Chika.
"Iya, tapi jadi gini kan lo!" cerca Dita.
"Gak papa kok, cuma luka kecil."
Sesaat kemudian guru yang mengajar pun masuk ke kelas.
"Selamat pagi anak-anak!" sapa guru tersebut.
"Pagi Bu!" jawab semua murid serentak.
"Lo lutut kamu kenapa Chik?" tanya bu guru.
"Enggak papa Bu, cuma jatuh aja tadi habis turun dari angkot.
"Kok tumben naik angkot?" tanya Bu guru lagi.
"Iya Bu, supir Chika lagi ijin karena anaknya sakit!" ucap Chika menjelaskan.
"Sudah di obati?" tanyanya lagi.
"Sudah kok Bu, tadi Chika langsung ke UKS."
"Baiklah kalau sudah. Kita mulai pelajarannya ya!" seru Bu guru.
Guru itu bernama Yasmin salah satu guru mapel fisika di sekoalah tersebut.
"Ibu akan menuliskan materinya di papan tulis, bagi yang belum maksut nanti bisa di tanyakan!" ujar bu Yasmin.
"Baik Bu," jawab anak-anak.
Bu Yasmin pun mulai menuliskan di papan tulis, dan semua murid pun mencatatnya di buku tulis masing-masing.
Pelajaran fisika memang tidak di minati oleh para siswa. Hanya beberapa siswa saja yang menyukainya karena paham dengan pelajaran tersebut.
Dan Chika adalah termasuk di dalamnya. Meskipun ia tidak terlalu suka juga, namun ia bisa menguasainya dengan baik.
Bagi Chika ia harus bisa menguasai semua pelajaran untuk bekalnya nanti jika sudah bekerja.
Ya, meskipun dia tidak tau saat kuliah nanti ia akan mengambil jurusan apa. Chika sangat menyukai Bahasa Indonesia, namun pelajaran yang lainnya pun nilainya juga sangat baik.
Pernah suatu ketika ia punya keinginan untuk menjadi seorang penulis novel, yang bisa mencurahkan perasaannya lewat tulisannya.
Namun sang ayah menyuruhnya untuk menjadi seorang dokter. Maka mau tidak mau ia berusaha mengikuti keinginan ayahnya.
"Sudah, ibu tinggal dulu ya!" ucap Bu Yasmin. Ada urusan sebentar yang harus di selesaikan bu Yasmin di Kantor.
"Chik?" panggil Dita.
"Iya Dit!" jawab Chika sambil menolehkan kepalanya.
"Nanti ke toko buku yuk!" ajak Dita.
"Tumben? Mau beli buku apa emangnya?" tanya Chika.
"Ada pokoknya, anterin ya? Pliss!" rajuk Dita.
"Iya, nanti jemput gue ya? Tapi jangan lama-lama kan nanti mau ngerjain tugas bareng!" ujar Chika.
"Iya, cuma bentar kok!" jelas Dita.
Jam pelajaran pun berakhir, semua murid segera berlalu meninggalkan kelas setelah mengucapkan salam pada Bu Yasmin.
"Jangan lupa ya Chik!" ucap Dita sebelum akhirnya masuk ke mobil jemputannya.
Sebenarnya Dita sudah menawarinya untuk mengantarnya, namun Chika enggak enak karena ia sudah bilang mau untuk di antar oleh Alex.
"Yuk pulang!" ujar Alex yang entah datang dari mana, karena tiba-tiba saja nongol di depan Chika.
"Iya," jawab Dita.
Dari kejauhan, Dita melihat kalau Chika di bonceng oleh Alex.
"Jadi lo nolak gue anter karena itu Chik!" gumamnya dalam hati.
"Oke, kita saingan!" batinnya.
Sementara Chika sangat tidak nyaman di antar olah Alex. Jika sampai ayahnya nanti tau pasti akan berfikiran yang tidak-tidak karena ia pulang bareng cowok.
"Maaf ya, jadi ngrepotin kamu," ujar Chika.
"Enggak kok, gak sama sekali!" jawab Alex.
"Tapi mending besok gak usah deh, gak enak juga gue," ucap Chika hati-hati takut kalau Alex nanti marah.
"Enggak papa kok santai aja. Gue malahan seneng bisa nganterin elo," jelas Alex. Ia berfikir kalau Chika gak enak karena sudah merepotkan dia. Padahal Alex sama sekali tifak merasa di repotkan sama sekali.