Chereads / Gadis Introvert / Chapter 14 - Permusuhan

Chapter 14 - Permusuhan

Jangan menjadikan cinta itu berada di atas segalanya. Hingga kita mengorbankan sahabat hanya demi cinta itu.

Karena kehilangan Sahabat itu akan lebih sakit daripada kehilangan kekasih yang belum tentu itu akan menjadi pasangan kita kelak sampai ke jenjang yang lebih serius.

Chika masih tidak habis fikir, hanya karena obsesi Dita yang ingin mendapatkan Alex ia rela memusuhinya seperti ini.

Bahkan teman cewek satu kelasnya justru lebih berpihak pada Dita dari pada memcari tau masalah yang sebenarnya.

"Kamu gak papa kan Chik?" tanya Radit.

"Enggak kok Dit, aku baik-baik aja!" jawab Chika.

Saat ini mereka tengah berada di perpus. Membaca masih menjadi rutinitas Chika.

Meskipun dalam keadaan sedih sekalipun ia tetap menyempatkan waktunya untuk membaca buku.

"Lo mending tenangin diri lo dulu deh Chik," saran Radit.

"Justru gue akan lebih tenang kalau ada buku di dekat gue Dit. Karena sejak gue kecil teman paling setia gua ya cuma bukU," ujarnya.

Dan Radit pun hanya menganggukan kepalanya tanda ia mengerti.

"Chika," panggil seseorang yang reflek membuat Radit dan Chika menoleh.

"Alex, ada apa?" tanya Chika datar. Sebisa mungkin mulai sekarang ia harus benar-benar cuek di depan Alex agar Dita tidak mengira kalau ia berhianat.

"Gue cuma mau kasih ini ke elo!" ujar Alex.

"Coklat? Buat apa?" tanya Chika.

"Ya buat di makan lah," jelas Alex.

"Enggak perlu, gue udah punya kok!" tolak Chika.

"Kan gue udah niat mau kasih ke elo," ucap Alex.

"Tapi kan gue gak mau, jangan maksa deh!" cetusnya.

"Yuk Dit balik ke kelas," ajak Chika.

"Iya." Radit pun hanya mengikut di belakang Chika.

"Ada apa ya dengan Chika siang ini?" gumam Alex. "Perasaan tadi pagi baik-baik aja, kenapa sekarang berubah seperti macan ngamuk ya?" tanyanya dalam hati.

Sementara Chika berlalu ke kelas dengan Radit di belakangnya. Sebenarnya Chika juga tidak enak jika harus memperlakukan Alex seperti tadi, namun ini adalah satu-satunya cara agar Alex menjauh darinya.

"Gue beli minum bentar ya!" Ujar Radit.

"Iya," jawab Chika.

Ia kemudian masuk ke kelas yang masih kosong karena memang semua siswa masih berada di luar kelas.

Tiba-tiba saja, Dita dan juga teman cewek yang lainya masuk ke kelas dengan wajah yang terlihat beda.

"Ehh, si penghianat udah balik!" ujar Prita.

"Iya nih, gak nyangka gue bisa tega banget sama sahabatnya sendiri," tambah Lili.

"Kalau gue yang jadi sahabatnya nih ya, udah ogah banget gue sahabatan lagi sama dia!" sahut Rosa.

Perkataan itu begitu menohok untuk Chika. Dan mana Dita yang dulu selalu membela Chika.

Dia hanya diam melihat dirinya di hina oleh teman-temannya.

"Dit, lo masih duduk sama gue kan?" tanya Prita.

"Iya Prit!" jawab Dita.

"Bagus! Lo gak usah lagi deket-deket sama penghianat kaya dia," tegasnya.

"Tak kuasa menahan laju air matanya, Chika akhirnya berlalu ke toilet.

Rasanya tempat yang paling cocok untuk menumpahkan semua yang di rasakannya saat ini adalah tempat itu.

"Kenapa lo jadi jahat gitu sama gue Dit, apa karena cinta lo terlalu besar buat Alex?" gumam Chika.

Saat ini ia tengah berdiri di cermin kamar mandi. Rasanya ia tidak siap untuk menghadapi semua ini.

Di benci oleh satu-satunya sahabat yang sangat ia sayang.

Chika membasuh mukanya agar ia tidak tetlihat seperti orang yang tengah menangis.

Ia pun segera kembali ke kelas setelah selesai membasuh mukanya.

"Chik? Dari mana aja lo?" tanya Radit yang sudH duduk di bangku sebelahnya.

"Dari toilet Dit," jawab Chika. Ia tidak mungkin menceritakan kejadian tadi pada Radit.

Biarkan saja ia pendam sendiri sampai semuanya kembali membaik. Sampai Dita kembali padanya.

"Ini minum dulu," saran Radit.

Gadis itu pun menerima minuman dari Radit.

"Gue duduk sini boleh kan ya?" tanya Radit.

"Boleh kok Dit," jawab Chika.

"Oh iya untuk belajar kelompoknya jadi kapan?" tanya Radit lagi.

"Gue belum tau Dit. Lo konfirmasikan ke yang lain deh!" saran Chika.

Ia tidak tau harus bagaimana saat ini, Dita mungkin tidak akan mau untuk belajar kelompok bersama dirinya.

Dia sendang emosi dan sangat membeci Chika, sekeras apa Chika berusaha menjelaskan pada Dita itu hanya percuma.

Karena cinta sudah mengalahkan logikanya. Dia sudah sangat di butakan oleh cintanya yang mungkin baru cinta monyet, mengingat mereka masih sama-sama remaja.

"Ntar gue tanya deh sama Rohmat gimananya?" ujar Radit yang mendapat anggukan dari Chika.

Guru yang mengajar pun sudah masuk kelas. Kali ini adalah pelajaran Ilmu Pemgetahuan Sosial. Dan guru yang mengajar bernama Pak Sukir.

"Oke anak-anak, kita akan membahas lagi tentanv reproduksi manusia. Dimana seseorang akan mulai menyukai lawan jenisnya," jelas Pak Sukir.

Dan semua murid pun langsung memperhatikan penjelasan dari Pak Sukir. Rohmat yang biasanya akan sangat cuek dengan pelajaran apa pun kini ikut memeperhatikan.

"Jadi pada masa pubertas, baik laki-laki maupun perempuan akan merasakan yang namanya jatuh cinta! Dan itu di rasakan oleh kebanyakan remaja yang memang sedang mengalami pubertas tersebut." ucap Pak Sukir.

"Untuk perempuan, masa pubertas akan di tandai dengan adanya perubahan pada organ vitalnya. Perempuan akan mengalami menstruasi dengan siklus satu bulan sekali," jelasnya.

"Apakah sampai sini sudah paham?" tanya Pak Sukir.

"Paham Pak," jawab semua murid.

"Nah untuk laki-laki mereka akan memgalami yang namanya mimpi basah," ujar Pak Sukir.

"Oke, saya rasa kalian semua sudah paham ya? Karena sudah pernah di bahas waktu kelas 6 SD."

Selanjutnya Pak Sukir memberikan tugas pada mereka semua mengenai proses reproduksi hingga menghasilkan zigot yang nantinya akan tumbuh menjadi janin.

Semua sibuk mengerjakan tugas tersebut. Dan sesekali Radit mencuri-curi pandang ke arah Chika.

"Udah selesai Dit?" tanya Chika yang merasa dari tadi Radit memperhatikannya.

"Belum ini tinggal sedikit!" jawabnya.

Radit pun kembali fokus pada tugasnya. Setidaknya ia merasa semang karena hari ini ia duduk bersebelahan dengan Chika.

"Nah, udah selesai," seru Chika.

"Aku juga udah kok," cetus Radit.

Mereka berdua kemudian mengumpulkan tugas mereka di depan dan langsung keluar kelas.

"Tumben lo sekaranh gercep Dit?" tanya Chika.

"Ngejek nih anak, ya iyalah kan sekarang gue belajar!" ucapnya bangga.

Memang setelah sering belajar sepulang sekolah nilai Radit mulaebaik. Dari nilainya yang pas-pasan dan kadang juga di bawah rata-rata, kini menjadi di atas rata-rata semua.

"Cielah, sombongnya! Tapi gue seneng karena lo bisa kaya sekarang ini!" ujar Chika. "Pertahanin terus ya Dit, gue yakin sebenarnya adalah anak yang pandai!" Pujinya tulus.

"Iya Chik, semua ini juga berkat elo kok."

"Ehh, si pemghianat lagi minta pemebelaan tuh-"