Chereads / Gadis Introvert / Chapter 16 - Iya, aku Cemburu!

Chapter 16 - Iya, aku Cemburu!

"Lo gak papa kan Chik?" tanya Radit sambil memandang wajah Dita.

"Gue gak papa kok Dit," elak gadis itu.

Radit dapat menangkap jelas dari pandangan mata gadis di didepannya itu. Bukannya tidak apa-apa, melainkan hanya sedang menutupi rasa cemburunya.

"Ya udah yuk, kita ke Taman belakang sekolah aja? Gimana?" saran Radit.

"Eh! Mau ngapain Dit!" tukasnya.

"Mau berenang!" dengus Radit. "Ya mau ngadem lah, gue tau hati lo sedang kebakar!" tindasnya.

"Uhh, sotoy lo!" protes Chika.

"Dari mata lo nih ya, udah kelihatan!" tegas Radit. "Lagian kenapa sih lo justru memilih buat menghindar gini sama Alex, kalau emang dengan menghindar lo sakit," ucap Radit.

"Ya gak papa, orang gue gak sakit kok!" cetusnya. "Kita ini masih SMP Dit, bahagiain dulu ortu kita!" tegas Chika.

Chika tidak mungkin menceritakan yang sebenarnya pada Radit kalau ini semua ia lakukan demi sahabatnya.

Demi menjaga persahabatannya sama Dita yang pada akhirnya tetap hancur.

"Oh ya, lo kalau pas kenaikan kelas gitu gak sama ortu lo?" tanya Radit.

"Enggak," jawab Radit enteng.

"Kenapa?" tanya Chika kepo.

"Ya gak papa, cuma gue kan emang hanya tinggal sama asisten gue Chik. Ortu gue itu menetap di korea!" ceritanya.

"Ohh, gitu!" cetus Chika.

"Udah yuk, balik ke kelas!" ajak Radit.

"Yuk!" jawab Chika sambil berdiri dari pososi duduknya.

Gadis itu terlihat ceria dari yang tadi. Dan setelah mendengar cerita Radit pun ia merasa kalau dirinya masih lebih beruntung dari Radit.

Ia masih punya ayah yang selalu menyayanginya. Yang khawatir jika ia pulang telat dan tidak mengabarinya terlebih dulu.

"Makasih ya Dit, lo udah mau jadi temen gue!" ujar Chika.

"Iya, mulai sekarang gue adalah sahabat elo! Jadi apa pun keluh kesah yang lo rasain lo boleh berbagi sama gue," jelas Radit.

Menemukanmu adalah salah satu anugrah Tuhan yang luar biasa. Yang mengisi ruang hampaku menjadi lebih bewarna.

Meskipun posisiku di hatimu hanya sebatas sahabat.

~Raditya~

***

Sepulang sekolah, Chika tidak langsung pulang. Ia di temani oleh Radit untuk mengurus persiapan pentas seni yang tinggal beberapa hari lagi.

Dalam hal ini seharusnya Alex juga ikut andil, namun pria itu memilih untuk pulang lehih dulu karena ia melihat Radit bersama Chika sudah lebih dulu tiba di Aula.

Namun saat dalam perjalanan, Alex lagi-lagi di cegat oleh Dita.

"Lo mau kemana Lex?" tanya Dita.

"Gue kau pulang lah," jawabnya.

"Loh, bukanya elo itu harus kumpul di aula dulu ya? Gue juga mau kesana kok," ujar Dita.

"Iya, tapi gue udah ijin gak kumpul hari ini!" celotehnya. "Gua mau beli buku, iya beli buku!" tambahnya lagi.

"Ya udah kumpul dulu gapapa kali, ntar beli bukunya gue yang temenin!" tawar Dita.

"Enggak usah, ntar ngrepotin elo lagi! Lagian juga gue bisa sendiri kok!" tolak Alex. Entah lelaki itu kalau di depan Dita tidak bisa bersikap ketus dan cuek.

Mungkinkah itu karena Dita adalah sahabat dari orang yang di cintainya atau justru karena Alex memang sengaja ingin memanasi Chika.

"Enggak kok, sama sekali tidak merepotkan."

Sejenak lelaki itu berfikir, gak ada salahnya juga kan kalau ia ikut perkumpulan osis toh sekarang ia juga bisa memanas-manasi Chika dengan kedekatan ia sama Dita.

"Gimana Lex?" tanya Dita.

"Oke Deh!" ujar Alex kemudian.

Keduanya pun lalu masuk ke dalam Aula. Di sana sudah ada beberapa siswa yang masih memunggu anggota yang lain yang mungkin belum kelar jam pelajaran terakhirnya.

Chika yang melihat itu nampak mengalihkan perhatiannya dari Alex dan Dita. Ia lalu menyibukkan dirinya dengan membuat tulisan dan entah apa yang ia tulis.

Ia menulis sesuia perasaan hati yang tengah ia rasakan saat ini.

"Eh lo haus gak Lex?" tanya Dita memecah keheningan.

"Heem, iyaa nih!" sahutnya.

"Oke, gue ambilin minum bentar ya!" ujar Dita.

Tak lama kemudian gadis itu sudah kembali lagi dengan membawa minuman di tangannya.

"Nih minum," ucap Dita sembari tangannya menyodorkan minuman ke arah Alex.

Lelaki di hadapannya itu pun kemudian meraih minuman tersebut dan meminumnya.

"Makasih ya Dit! Gue gak tau kalau gak ada elo, mungkin udah kehausan gue!" ujarnya.

Dita yang mendapatkan ungkapan terimakasih dari Alex pun berbunga-bunga hatinya.

"Iya Lex, sama-sama."

Sementara, Chika masih setia menundukan kepalanya. Ia tidak bisa melihat pemandangan yang ceta di depan matanya.

Sudut hatinya terasa nyeri, namun ia tidak bisa mengobatinya. Karena ini adalah yang ia inginkan.

Maka itu, ia pun lalu berdiri dari tempatnya duduk dan segera memulai acaranya.

Kebetulan semua anggota sudah lengkap berkumpul di Aula tersebut.

"Oke semua, karena semua sudah berkumpul jadi acara kita hari ini gue buka ya!" ujar Chika tegas di depan teman-temannya.

Semua menjawab *iya* dengan serentak. Kecuali Dita. Ia sibuk mengarahkan pandangannya pada Alex yang juga berdiri di depan mereka.

"Oke semua, jadi karena acara pentas seni tinggal beberapa hari lagi, maka semua anggota osis di minta untuk ikut andil dalam berjalannya acara. Dan kita juga ada beberapa yang terpilih untuk menjadi mc, pidato, dan lain-lain." Chika berucap dengan tenang namun tetlihat tegas.

"Dan sisanya di bagian konsumsi untuk menguris snak!" ujarnya lagi.

Semua pun mengerti. Dan acara pun di tutup karena mengingat waktu sudah sore.

"Chik," panggil Radit.

"Iya Dit," sahut Chika.

"Keren banget elo! Sumpah" puji Radit.

"Ah elo, terlalu deh memujinya. Gue tadi juga sempet nerves gitu Dit! Apalagi mengingat sebagian temen cewek-cewek di kelas kan lagi benci sama gue!" ujarnya.

"Jangan terlalu di fikirin ya Chik, di sini tujuan lo belajar! Jadi elo fokus buat belajar!" tegas Radit.

"Iya Dit, lo bener. Biarin mereka yanh benci sama gue, yang terpenting kan gue gak pernah membenci mereka ya!" jelas Chika.

Di belakang mereka nampak Alex tengah memperhatikan interaksi antara Chika dan Radit.

"Semakin hari mereka semakin dekat saja!" ujar Alex.

"Hay Alex!" sapa Dita.

"Ehh, hay," balas Alex.

"Lagi ngapain lo disini?" tanya Dita basa-basi.

Gadis itu sudah tau kalau Alex tengah memperhatikan Chika yang tengah asyik mengobrol dengan Radit.

"Gak lagi ngapa-ngapain kok!" jawabnya.

"Chika emang gitu Lex, semenjak dekat dengan Radit dia lupa sama sahabat sendiri!" ucap Dita.

"Masak sih Chika kaya gitu!" tanya Alex.

Lelaki itu tidak percaya jika Chika sejahat itu. Apalagi kan Chika sama Dita udah sahabatan lama.

"Iya, lo bisa lihat sendiri kan kalau gue beberapa hari ini jarang banget sama Chika," jelasnya.

"Oh-"