"Tunggu-tunggu!" ucap Chika.
"Apsih," protes Radit.
"Lo tadi bilang kalau pacaran sama gue sama aja pacaran sama buku?" tanya Chika.
"Iyaa," jawab Radit.
"Emang kenapa?" tanya Chika. Gadis itu terlihat polos sekali.
"Susah ngomong sama cewek polos kaya elo," ujar Radit.
"Apaan sih, orang tinggal ngomong juga," belanya.
"Jadi gini y, Chika Kusuma!" ucap Radit.
"Eh, jangan bawa-bawa ayah gue lo," protes Chika lagi.
"Perasaan dari tadi nyela mulu lo pas gue ngomong," cerca Radit. "Gue jelasin ya, kan lo itu suka banget gitu ya sama buku! Nah, entar cowok yang jadi pacar lo itu oasti juga harus suka dong sama buku!" jelasnya.
"Ohh, gitu!" ucap Chika. "Terus ngapain tadi lo bawa-bawa ayah gue," tanyanya.
Radit pun menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Gadis itu benar-benar polos sekali. Kalau urusan pelajaran aja dia selalu nomer satu, tapi giliran urusan ginina aja polosnya minta ampun.
"Nama lo siapa?" tanya Radit.
"Chika Wira Kusuma," jawab Chika.
"Ya udah."
"Udah apa?" gadis itu semakin di buat penasaran oleh cowok di depannya.
"Astaga Chika, ya berarti kan gue gak bawa-bawa ayah elo! Orang nama ayah elo aja ada di nama belakang elo juga!" jelasnya dengans sedikit manaikan intonasi.
"Iya juga ya, kok hari ini gue bloon banget ya!" ujar Chika. Entah mengapa ia seperti orang bloon di depan Radit hari ini.
Apakah karena fikirannya yang sudah terlalu penuh, hingga tak kuasa untuk memikirkan hal lain lagi atau karen fokusnya sedang teralihkan.
Chika sendiri bingung dengan dirinya hari ini.
"Nih, minum dulu!" ucap Radit sambil menyodorkan sebotol air mineral.
"Makasih," ucap Chika.
"Gue kasih aqua tuh, kan kata di iklan itu kalau orang yang lagi gak konsen suruh di kasih aqua," jelas Radit.
"Korban iklan lo," cerca Chika.
"Oh ya, tumben lo ngajakin gue ke Taman?" tanya Chika. Karen semenjak ia dekat dengan Radit, cowok itu memang jarang sekali berkumpul dengan teman-temannya yang dulu.
Bukan melupakan, namun hanya saja Radit sesekali bersama mereka. Ia sadar dulu ia telah salah memilih teman untuk bergaul. Maka itu ia memutuskan untuk merubah segala sesuatunya sebelum terlambat dan nantinya ia akan menyesal.
"Ya gak papa, gue mau jadi anak rumahan aja sekarang!" jawabnya.
"Bagus tuh, gue juga melihat perkembangan nilain lo semakin hari juga semakin baik kok! Jadi lo harus pertahanin itu!" ujarnya memberikan dukungan.
"Iya Chik, makasih ya. Lo udah merubah hidup gue jadi seperti sekarang ini!," pujinya.
"Berubah atau enggaknya sebenarnya juga tergantung dari diri elo Dit, kalau lo udah ada niatan ya pastinya bakal berubah!" tegas Chika.
Karena memang kita tidak bisa merubah kepribadian seseorang tanpanya ada niatan untuk berubah dari orang itu sendiri.
Jadi, setiap langkah dan keputusan yang kita ambil jangan sampai salah dan nantinya akan kita sesali jika itu tidak sesuai dengan harapan kita.
"Iya, cuma tetep aja lo ikut andil dalam perubahan gue ini. Makasih banyak ya!" ujar Radit.
"Gue juga makasih, karena lo selalu ada huat gue," ujar Chika.
"Itulah gunanya sahabat Chik. Pokoknya kalau lo ada masalah, lo harus cerita sama gue!" pinta Radit.
Bukan hanya sebatas sahabat. Perasaan Radit untuk Chika bisa di bilang perasaan cinta.
Karena Radit ingin selalu menjaga Chika, dan menjadi orang pertama yang akan menjadi tempat Chika berkeluh kesah tentang kehidupan yang ia jalani.
"Lo tau gak Chik?" ujar Radit.
"Apa," tanya Chika.
"Langit itu tidak akan indah tanpa adanya Bintang dan Bulan!" ujar Radit.
"Terus?" Ucap Chika penasaran.
"Begitupun dengan Bumi, tidak akan indah tanpa adanya aku dan kamu."
"Ahhh garing lo Dit!" jawab Chika.
"Biarin, yang penting kan elo senyum!" ucap Radit.
"Kenapa sih lo suka banget liat gue senyum?" tanya Chika tiba-tiba.
"Ya karena, dunia juga akan ikut bahagia Chik!" jawab Radit sedikit terbata.
"Apa hubungannya coba?" tanya Chika.
"Ya ada pokoknya," ujar Radit.
"Makan yuk! Laper nih gue."
Ia telah kehabisan kata-kata. Makanya ia berusaha mebgalihkan pembicaraan.
"Mau makan apa emang?" tanya Chika.
"Gimana kalau makan ketoprak!" anjur Radit.
"Boleh juga tuh. Udah lama juga gak makan itu!" ucap Chika setuju.
"Ya udah kita nyari tukanh ketropak dulu yuk di jalan deket situ," ajaknya sambil telunjuknya mengarah ke depan.
"Oke."
Mereka pun berjalan mencari tukang jual ketoprak. Karena kalau masih agak sorean gini agak susah nyari tukanh ketoprak kalau gak pas ada acara tertentu.
Karena kebanyakan tukang ketoprak akan mangkal di dekat kampus atau kantor-kantor yang sudah pasti pembelinya.
"Duh, capek banget gue Dit!" ucap Chika. Wajahnya sudah terlihat memerah akibat terpaan sinar matahari.
"Ya udah lo tunggu sini aja!" ujar Radit. "Gue ambil motor bentar."
Cowok itu kemudian langsung berlalu untuk mengambil motornya. Ia tidak tega melihat Chika yang nampak kelelahan.
Wajahnya sampai pucat, mungkin karena Chika juga jarang sekali jalan kaki.
"Yuk," ajak Radit. Cowok itu sudah kembali dengan mengendarai motornya.
"Maaf ya Dit, jadi repot gitu elonya!" ucap Chika.
"Eisst, santai. Gue sama sekali enggak merasa repot kok!" tegas Radit.
Karena hal apa pun yang membuat Chika bahagia pasti akan ia lakukan.
Sahabat…
Meski hanya dapat terpendam, namun akan selalu terjaga.
Dekat, meskipun bukan menjadi belahan hati..
Namun ku cukup bahagia menjadi bagian dari hidupmu..
Menjadi memori dalam ingatanmu, yang tak kan pernah kau lupa..
Meski, hanya sebatas Sahabat..
~Raditya~
Radit pun mengendarai motorny berlalu dari Taman. Ia dan Chika masih mencari tukang ketoprak di pinggir jalan.
Dan setelah cukup jauh Radit mengendarai motornya, mereka akhirnya menemukan tukang ketoprak.
"Nah, ini dia," sorak Radit.
"Akhirnya, makan ketoprak juga kita!" ujar Chika.
Mereka pun langsung memesan menu yang dari tadi mereka cari. Dan setelah menu yang mereka pesan tersaji, tanpa menunggu lama mereka langsung menyantapnya.
"Chik," panggil Radit.
"Apa Dit?" tanya Chika.
"Lo gak malu apa makan di pinggir jalan gini!" ujarnya.
"Kenapa meski malu, malahan seru lagi!" jawab Chika.
"Ya kebanyakan kan gitu, cewek-cewek jaman sekarang kan gede tengsinnya!" ujar Radit.
"Gue bukan mereka ya, lagian gue sering lagi makan di pinggir jalan gini sama ayah!" ceritanya.
"Cuma ayah lagi sibuk kerja, jadi lagi jarang banget ada waktu buat gue." Ada nada yang terdengar berat dari ucapannya.
"Ya udah lagi, jangan sedih. Kan sekarang ada gue! Gue bakalan nemenin lo makan di pinggir jalan kapan pun elo mau," ujar Radit.
"Makasih ya Dit. Lo emang deh sahabat yang baik!" cetus Chika.