Chereads / Gadis Introvert / Chapter 20 - Bintang Kelas

Chapter 20 - Bintang Kelas

Sunyi senyap kurasa hariku, bilaku tak melihatmu…

Kaulah pemandangan terindah, yang ingin selalu kupandangi setiap harinya...

Kini sosokmu tak terlihat, suaramu pun tak terdengar…

Hanya lintasan bayangmu saja yang terlihat di memoriku…

Kau seperti udara, yang berhembus namun tak dapat ku sentuh..

Jika semua yang telah kita lalui hanya akan menjadi kenangan?

Lalu untuk apa kita di pertemukan…

Pagi ini, di SMA Garuda tengah ramai dengan siswa yang tengah melihat nilai mereka pada papan mading di depan kelas masing-masing.

Ujian akhir semester satu kemarin telah keluar, dan siapa lagi yang menjadi juaranya jika tak lain tak bukan adalah Chika Wira Kusuma.

"Selamat ya Chik, emang ya kalau udah jiara kelas ya susah buat di kalahinnya!" ujar Radit dengan baju seragamnya yang sudah ia keluarkan.

"Ah lo bisa aja, semua pasti bisa kok Dit! Tergantung niat belahar kita tinggi, sedang, atau sama sekali gak niat!" ucapnya.

"Tapi gue udah bersyukur banget sih, bisa masuk 10 besar gini! Sesuatu banget gitu buat gue," cetusnya.

"Lo mestinya bangga! Semua ini karena usaha elo!" puji Chika.

Sementara Dita dan teman-temannya memandang jijik ke arah Chika.

"Makin blagu aja tuh si Chika," ujarnya.

"Sok kecantikan lagi di depan Radit," timpal Amel.

"Jijik gue liatnya, sumpah!" sahut Prita.

"Ahh, udah yuk kita ke kantin aja," ujar Dita. Gadis itu masih syok dengan nilainya.

Hanya karena sibuk dengan urusan percintaannya nilainya jadi anjlok. Dita takit kena marah dari orang tuanya, dan kesempatannya buat bawa mobil sendiri ke Sekolah bisa hilang begitu saja kalau tau nilainya anjlok sekali.

"Lo kenapa sih Dit?" tanya Prita. Gadis itu sok care pada Dita, padahal dalemnya sebenarnya busuk.

"Kalian bisa liat nilai gue kan?" ujarnya. "Sumpah gue sampai rumah bisa habis kena omel," tambahnya.

"Ya udah santai aja lagi, kan masih ada ulangan akhir! Lo masih bisa dapet nilai bagus kok!" ujar Amel.

"Iya, mendingan lo fokus tuh ke si Alex, entar keburu di embat orang baru tau rasa deh elo!" timpal Prita yang ikut mengompori Dita.

Mereka hanya ingin melihat kehancuran Dita. Dan itu semua tidak luput juga dengan kehancuran Chika.

Mereka tidaks suka dengan Chika yang sok kepinteran, di tambah lagi di posisinya yang sekarang memjabat sebagai ketua osis.

Dan yang paling membuat gadis dengan dadanan alay geram adalah, cowok yang ia suka ternyata jatuh cinta padanya.

Kehidupan memang keras, bukan soal percintaan saja yang dapat di adu!

Namun persahabatan pun bisa.

"Bener juga kalau sampai Chika juga dapetin si Alex, gue benar-benat akan hancur!" ujar Dita. Ia sudah mulai tetoanfing dengan ucapan Prita dan Amel. Dan mereka berdua pun tertawa jahat saat tau sahabat yang sangat Chika sayang rela membiarkan nilainya hancur demi cinta Alex yang justru mencintainya.

"Selamat ya Chik!" ucap Alex. Cowok itu terlihat sangat coll, dan sangat bohong sekali jika Chika tidak terpesona.

Namun sebisa mungkin Chika bersikap sok cuek pada Alex. Agar cowok itu tetap memjauh darinya.

"Terimakasih Alex," ucap Chika. "Ya udah kita duluan ya Lex, yuk Dit!" tambahnya seraya mengajak Radit berlalu dari hadapan Alex.

"Semakin gue kejar! Lo semakin jauh Chik." cowok itu berucap sambil mengusap keringatnya yang menetas.

Buru-buru Alex berlari dari kelasnya untuk menghampiri Chik, untuk memberikan ucapan selamat padanya. Namun yang ia dapatkan justru sakit hati saat melihat Chika berlalu dengan menggandeng tangan Radit.

"Gue gak tau ya harus kaya gimana lagi, mungkin emang takdir tidak mengizinkan kita untuk bersatu," ucapnya dalam hati.

"Hay Alex, kenapa sih lo!" sapa Dita.

"Enggak, gak papa gue!" elaknya.

"Udah deh! Lo gak perlu nutupin gitu dari gue. Apalagi sok berlagak gak papa, gue tau lagi lo pasti sebel kan lihat Chika sama Radit. Emmm, mereka itu baru aja jadian lho!" ujarnya.

"Hah? Seriusan lo!" tanya Alex.

"Iyalah, ngapain juga gue bohong sama elo," jawabnya.

"Kapan?" tanya Alex lagi. Ia semakin penasaran dengan cerita Dita.

Dita yang melihat itu pun semakin senang, karena ia merasa kalau Alex sudah terpancing dengan ucapannya.

"Baru aja tadi, lo gak lihat apa mereka makin hari makin mesra gitu!" ujarnya.

"Ya liat sih, ya terus?" cetusnya.

"Ya elo harus move on dong!" ucap Dita. "Tunjukin kalau elo bisa dapetin yang lebih dari Chika!" tambahnya.

Setelah itu Dita berlalu meninggalkan Alex yang masih mematung. Ia rasa ucapannya tadi sudah merasuk ke dalam fikiran Alex dan cukup membuat Lelaki itu berfikir.

"Sekarang tinggal gue rebut hatinya," ujar Dita. Ia kembali ke tempatnya tadi bersama teman-temannya yang lain.

"Sial, kalau sampai Dita berhasil biat dapetin Alex! Terus gue gimana dong!" ucap Prita dalam hati.

"Hay gais, gue barusan racunin tuh fikiran Alex. Ya moga aja habis itu dia bisa buka hatinya buat gue," ucap Dita girang.

"Bagus," ucap Amel.

"Liat aja, gue gak bakalan biarin elo dapetin Alex!" batinnya.

"Lo kenapa sih Chik, meski menjauh gitu dari Alex!" ucap Radit.

"Ya Lo kan tau Dit!" jawabnya.

"Ya tapi lo gak perlu lagi bekorban buat sahabat lo itu sampai segininya. Lihat dia aja justru ngebuly elo sama teman-teman barunya itu!" cetus Radit.

"Gue gak sedang bekorban kok Dit, ya emang ini udah kemauan gue. Gue gak mau mengenal cinta terlebih dulu, mau fokus sama sekolah."

"Oke, gue gak akan bahas lagi deh! Janji."

"Nah gitu dong, perasaan tiap gue habis ketemu Alex lo selalu nanyain tentang ini," ujar Chika.

"Mulai sekarang enggak lagi. Oh iya, maafin gue ya gara-gara gue lo kena marah kan kemarin!" ucap Radit.

"Iya santai gapapa Dit, lagian kan salah gue juga. Gue terlalu asyik menikmati udara di luar!" sahutnya.

Karena memang bukan kesalahan dari Radit, Chika sendiri yang menolak untuk pulang karena masih asyik di Taman.

Mungkin gadis itu merasa jenuh dengan hari-harinya yang hanya berada di depan buku dan lap top untuk mengerjakan tugas dan belajar.

Dan hiburannya hanyalah film kartun yang tersimpan di lap topnya.

Jangankah memkikirkan untuk pacaran?

Memikirkan masalah dalam dirinya saja Chika masih belum bisa.

Ia belum siap menceritakan tentang kesedihannya kepada siapa pun.

Selama ini ia hanya memendam saja, mengingat saat hatinya merasa sakit, saat harinya teras sunyi.

Jadi untuk hidup, jangan sekali-kali kita menilai dari kehidupan orang lain yang mungkin terlihat enak menurut pandangan kita. Karena kita tidak pernah tau apa yang sedang mereka rasakan dan yang sedang mereka hadapi.