"Lo dari mana sih? Perasaan gak hujan?" tanya Radit saat mendapati Chika yang duduk di Taman dengan kepala basah.
"Dari toilet," elaknya.
"Lo mabok? Sampai basah kuyup gitu kepala lo!" selidik Radit. Rupanya cowok itu masih belum begitu percaya dengan pernyataan Chika.
"Enggak kok, ini kan udaranya panas banget makanya gue basahin kepala gue," jelas Chika.
Tetap saja, Radit tidak percaya gitu aja penjelasan dari sahabatnya itu.
Mana mungkin kalau hanya membasuk kepalanya basahnya sampai ke lengan dan tas sekolah Chika.
Namun Radit tidak ingin memakasakan Chika untuk menceritakan kejadian yang sebenarnya.
"Gitu, lo kenapa belum pulang?" tanya Radit.
"Tau nih supir gue belum jemput," ujar Chika.
"Ya udah yuk bareng aja," tawar Radit.
"Gak takut emang?" goda Chika.
"Takut apa?" tanya Radit.
"Ya kalau bokap gue marah," ujarnya.
"Enggak, lagian kan jam segini masih di Kantor kan!" serunya.
"Iya juga sih, ya udah yuk."
Setelah Chika naik ke atas motor Radit pun mulai melajukan motornya.
"Makin deket aja sih mereka,"ujar Alex.
Ia sangat tidak suka dengan kedekatan Radit dan Chika. Tapi ia sendiri tidak bisa berbuat apa-apa, karena itu adalah kemauan Chika sendiri.
"Lo kenapa Lex?" tanya Aldi.
"Lihat tuh, mereka makin kesini makin deket aja ya!" ucapnya.
"Ya lo gak gercep sih!" tukas Aldi.
"Yee, gue gercep kalau Chikanya emang niat menghjndar dari gue percuma juga kan?" ujarnya.
"Ya lo sabar aja Bray, masih ada Dita tuh yang ngejar-ngejar elo!" cetus Aldi.
"Gak minat gue," jawab Alex.
"Atau si Prita tuh, cantik!" saran Aldi.
"Modelan yang dandananya kaya cabe-cabean gitu lo bilang cantik? Yang bener aja lo kalau ngasih saran buat gue!" cerca Alex.
Prita memanglah cantik, bisa di bilang tercantik seangkatannya. Namun gayanya berdandan seperti mau pergi ke kondangan. Dan lebih tepatnya gadis itu jadi penyanyi dangdut dari pada harus jadi siswa SMA.
"Ya elahh, gitu aja baper lo. Ya tau gue lo seleranya kan dedek emes yang pakek kacamata entuh, haha."
Setelah berucap Aldi pun kabur dengan berlari. Kalau tidak cowok itu pasti akan kena baku hantam dari Alex.
"Dasar rese lo!" umpatnya. Namun cowok yang menjadi tersangkanya sudah tak terlihat.
"Ada apa?" tanya Dita. Kebetulan Dita masih di sekolah. Tadi sehabis membuly Chika bersama teman-temannya ia ke toilet terlebih dulu.
"Gak ada apa-apa. Kok belum pulang?" tanya Alex.
"Masih nunggu jemputan," ujar Dita. Gadis itu sengaja tidak minta di jemput karena ia akan pdkt.an dengan Alex.
"Mau bareng gue?" tawar Alex.
"Elo serius?" bukannya menjawab gadis itu justru balik bertanya.
"Ya iyalah, masak ia gue bohong sih!" ujarnya.
"Tapi kan kita enggak seraha Lex," ujar Dita sok gak enak.
"Gak papa gue anterin elo dulu."
"Makasih ya Lex."
Akhirnya rencana Dita untuk pulang bareng Alex berhasil. Dan itu tidak luput dari pandangan Prita dan Amel yang juga masih sama-sama menunggu jemputan.
"Sial, gue aja gak pernah berhasil minta di anterin Alex, nah ini si Dita kok berhasil gitu!" cetus Prita. Raut mukanya menggambarkan kalau ia tengah marah sekali.
"Lo sabar aja lagi. Lagiam si Dita gak mungkin akan dapetin cintanya si Alex, cantikan juga elo," ucap Amel menenangkan.
"Elo bener, gue emang harus dandan lebih cantik lagi biar Alex melirik ke gue." gadis itu berucap dengan sangat yakin.
"Gue denger sih, Alex lagi galau. Ya mungkin lo bisa lah jadi temen curhatnya dulu, syukur-syukur jadi nyaman terus jadian deh!" anjur Amel.
"Lo bener, 100 buat Amel."
Dengan bangga, Amel menyunggingkan senyumnya.
Di lain sisi, Radit dan Chika tengah mampir untuk membeli bakso. Tiba-tiba saja Chika merasa sangat lapar dan ingin memakan bakso di pinggir jalan.
Entah ia sengaja ingin lebih lama sampai rumah atau karena ingin sekali memakan bakso.
"Lo yakin, gak mau nanti aja setelah pulang dan lo ganti baju dulu gitu?" ucap Radit.
"Yakin, gue pengen banget makan bakso soalnya," rajuk Chika.
Melihat sahabatnya merajuk, Radit pun menuruti kemauannya.
Maka di sinilah mereka sekarang. Di warung bakso pinggir jalan.
"Mau bakso?" tanya si tukang bakso dengan gaya bicaranya yang lucu.
"Bukan, mau gerobaknya bang!" jawab Radit.
Si tukang bakso itu di buat bingung oleh Radit.
"Di tawari bakso enak-enak ini malah minta gerobak, ampun atuh nanti abang gak bisa jualan!" candanya.
"Ya iyalah bang. Lha kan abang jualanya bakso!" ucap Radit.
"Iya juga ya," si tukang bakso itu jadi salah tingkah. "Abangnya cuma mau bercabd kok, hehe."
Chika pun tertawa melihat interaksi Radit dengan tukang bakso.
"kenapa lo ketawa Chik?" tanya Radit.
"Ya habis elo lucu sih!" cetusnya.
"Apanya yang lucu coba, orang debat sama tukang bakso gitu!" desisnya.
"Ya pokoknya lucu aja menurit gue!" ucapnya.
Setelah memakan bakso bersama sang sahabat, setidaknya Chika merasa lebih lega. Fikirannya lebih fress lagi. Dan kini ia telah siap untuk pulang.
Mungkin menghadapi sang ayah yang terlalu posesif terhadapny tidak harus dengan cara melawan.
Chika tau semua yang di lakukan sang ayah adalah untuk kebaikannya. Tapi apakah adil jika ia selalu di tuntut untuk membarikan yang terbaik namun saat ia menginginkan kebebasan untuk menikmati masa remajanya selalu di larang.
Lebih tepatnya Chika sering merasa seperti seorang tawanan yang di sandra oleh raja baik hati namun selalu menuntutnya.
"Bahagia itu sederhana Chik, tergantung bagaimana kita menikmatinya." tiba-tiba saja Radit berucap demikian. Cowok itu seperti tau apa yang tengah Chika rasakan.
"Kok lo bisa ngomong gitu sih!" tanya Chika heran.
"Ngomong apaan dah," elaknya.
"Barusan itu," hardik Chika.
"Gue cuma ngomong baksonya tadi enak!" ucap Radit.
"Auuu, sakit!" capitan panas pun mendarat di di pinggang Radit.
"Males ah gue sama elo," ujar Chika.
"Gitu aja ngambek sih!" sahut Radit.
"Ya udah iyaa, gue bilang lagi nih. Kalau menurut gue ya Chik, bahagia itu sederhana. Tergantung bagaimana kita menjalaninya. Kalau kita selalu menuntut sebuah kebahagiaan yang ada kita cepek ngejarnya." ujar Radit.
"Gue cuma iri aja sama mereka yang memiliki keluarga yang lengkap Dit," jelas Chika.
"Lo pasti akan bahagia. Karena gue yakin itu!" ujar Radit.
"Kok lo bisa seyakin itu?" tantang Chika.
"Lo itu baik, cantik, pinter."
"Terus apa hubungannya?" tanya Chika.
"Ya lo pasti akan banyak di banggakan oleh orang-orang di sekeliling elo!" jawabnya.
"Termasuk Dita?" selorohnya.
"Udah lo gak perlu mikirin sahabat egosi seperti dia. Kalau dia emang sahabat yang baik, gak akan dia gituin elo Chik!" ujar Radit.
Cowok itu hanya tidak ingin jika Chika sampai sedih.