Aku sudah berkali-kali mencoba menjauh, bahkan menghindari setiap pertemuan di antara kita.
Namun rupanya semesta mendukungmu untuk memperjuangkanku.
***
"Hay Dit," sapa Chika saat sudah memasuki kelas.
"Hay, tumben lo datengnya pagi bener," tanya Radit.
"Iya, supir gue gak masuk lagi. Kata ayah dia keluar," gadis itu mulai bercerita.
"Kenapa tadi gak telfon gue aja Chik?" tanyanya.
"Emang gue punya nomer elo!" desisnya.
Sudah sejak bersahabat dengan Radit, Chika belum punya nomer handpone cowok itu.
"Eh iya juga ya, kok bisa sih!" ujarnya.
"Ya udah catat nih nomer gue!" pinta Radit.
Chika pun mulai mengetikan angka pada ponselnya.
Test…
Satu pesan masuk pada ponsel Radit.
"Oke gue save nomer lo," ujar Radit.
"Dita," sapa Chika.
"Apa?" solot Dita.
"Lo bisa santai gak sih? Orang di sapa baik-baik juga," protes Radit.
"Terserah gue, mau gue jawab kaya gimana itu bukan urusan elo ya Dit. Dan buat elo," tunjuknya pada Chika "Gak usah deh sok nyapa gue," ucapnya.
"Mau sampai kapan elo buta kaya gini Dit? Sampai lo capek di perbudak sama mereka iya?" sentak Radit. Terpancar jelas emosi di wajahnya.
"Udah Dit, gak.perlu di ladenin. Gue gak papa kok!" ujarnya.
"Ini soal harga diri elo Chik," timbal Radit.
"Lo gak perlu sampai kaya gitu. Ini urusan gue," tegas Chika.
CAndai lo tau, semua ini gue lakuin karena gue gak mau kehilangan elo Chik. Gue udah terlanjur sayang sama elo!" batin Radit.
"Okay, gue pergi." Cowok itu kemudian melangkah keluar dari kelas.
"Dita, gue minta maaf kalau selama ini gue banyak salah sama elo. Gue yakin di lubuk hati lo yang terdalam lo masih punya rasa sayang buat gue. Gue yakin itu," ucap Chika.
"Gak usah sok kepedean deh elo. Selama ini lo itu saingan gue. Dan gue mau elo jauh-jauh dari gue."
Sifat Dita yang egois lama-lama membuat Chika membuat Radit risih melihatnya. Namun ia bisa apa, jika Chika yang mati-matian ia bela justru menyuruhnya diam.
"Gue tau, lo hanya mencoba kuat aja Chik. Gue tay hati lo sebenarnya rapuh."
Setelah Dita jeluar dari kelas. Chika pun juga ikut keluar dari kelas. Seperti biasa, Chika akan menumpahkan rasa sedihnya di dalam toilet.
"Andai gue bisa membalikan hai Alex buat suka sama elo Dit, tapi itu hak dia. Gue hanya berusaha menghindar demi menjaga perasaan elo!" tangisnya pecah ketika ia sudah sampai di kamar mandi.
"Jadi Chika menghindar gara-gara Dita suka sama gue? Dan sekarang mereka bermusuhan?" gumam Alex. Ia tidak sengaja mendengar saat Chika berucap.
"Keterlaluan, gue gak bisa biarin ini," ujar Alex lirih.
"Mati-matian gue menahan rasa ini biar gue gak terlalu jatuh pada perasaan yang seharusnya gue hilangin. Tapi elo justru menyebut gue penghianat!" ucap Chika lagi.
Ia berusaha mengatur nafasnya kembali agar ia bisa menetralkan suaranya.
Setelah cukup tenang, Chika membasuh wajahnya.
Mendengar gemercik air dari dalam kamar mandi, Alex pun segera berlalu. Iansudah tau alasan Chika beberapa hari ini menghindar darinya.
"Mungkin lo boleh menghindar dari gue Chik, tapi gue gak akan pernah nyerah buat buktiin kalau gue benar-benar cinta sama elo," batin Alex. Cowok itu benar-benar sudah berlalu dari toilet.
Sesaat kemudian, Chika manampilkan wajahnya yang masih terlihat sedikit sembab akibat menangis.
Ia kembali ke kelasnya, karena sebentar lagi kelas akan di mulai.
"Dari mana lo Chik?" tanya Radit begitu Chika sampai kelas.
"Gue habis dari toilet Dit," jawabnya.
"Ohh, kirain!" cetus Radit.
"Kirain apa?" tanya Chika penasaran.
"Enggak papa kok, eh itu udah ada guru." Radit kemudian mengalihkan perhatian Chika. Hampir saja ia keceplosan kalau ia tadi lihat Alex di toilet cewek.
Dan berhasil, Chika beralih memandang guru yang baru saja masuk ke kelas.
"Selamat pagi anak-anak," sapa Bu Vina.
"Pagi bu," balas mereka serentak.
"Oke anak-anak, karena hari ini hanya khusus untuk pentas seni. Maka tidak ada jam pelajaran. Setelah pertunjukan seni nanti selesai kalian semua boleh pulang," ucap Bu Vina.
Ini adalah saat yang sebenarnya Chika hindari. Bagaimana ini nanti jika ia harus menjadi berdansa di atas panggung bersama Alex.
Membayangkan Dita yang akan marah padanya Chika sungguh tidak sanggup.
"Chika," panggil Bu Vina.
"Kamu dan Radut langsung ke Aula ya," pinta Bu Vina.
"Baik Bu," ujarnya.
"Dit, gue bener-bener gak sanggup kalau harus di pasangkan sama Alex di akhir cerita nanti," ujarnya.
"Ya terus mau gimana lagi, lo gak bisa nolak Chika," jawab Alex.
"Ihh, kok lo gitu sih ngomongnya," dengus Chika.
Gadis itu berlalu meninggalkan Radit yang masih tersenyum geli saat melihat Raut wajah Chika yang timbul semburat merah di pipinya.
"Chik, tungguin! Gitu aja marah sih!" ujarnya.
"Habis ngeselin ih," sungut Chika.
"Ya udah maaf, gimana kalau sama gue aja dansanya," saran Radit.
"Gak bisa Dit, kan kemarin keputusan guru udah gak bisa di ganggu gugat," celetuknya.
"Ya udah, ini juga kan bukan kemauan lo. Jadi lo santai aja. Lagian Dita tuh gak ada hak buat marah sama elo," ujar Radit.
"Ya kan gue cuma takut aja Dita makin benci lagi sama gue."
"Udah lo tenangin diri lo," Radit mencoba menenangkan Chika.
"Iya Dit, ya udah kalau gitu gue ke ruang make up dulu ya," pamit Chika.
Radit sungguh tidak rela melihat Chika nanti akan berdansa dengan Alex. Namun ini adalah bagian dari hal yang harus siap ia alami.
Karena ia hanya akan menjadi sahabat Chika, sedangkan orang yang Chika cinta adalah Alex. Meski pun Chika sendiri menolak untuk mengakuinya.
Radit pun kemudian bergabung dengan yang lain. Di sana sudah ada beberapa anak osis yang lain yang juga di ikut sertakan dalam pentas seni.
"Chika, ini dialog yang harus kamu hafal nanti," ucap salah seorang guru dengan memberikan selembar kertas.
"Baik Bu," jawab Chika.
Ia pun mulai membaca dialog yang akan ia ucapkan nanti.
"Apa, duh kenapa isi dialognya gini ya?" ujar Chika. Ia takut jika ia tidak bisa profesional saat memerankannya nanti.
"Kamu kenapa Chik?" tanya Alex.
"Kamu," ujarnya. "Enggak kok, aku gak papa!" elak Chika.
"Oh ya, gimana udah hafal isi dialognya?" tanya Alex.
"Ini lagi mau hafalin kok. Lagian kenapa juga ngasih teksnya mendadak gini," protesnya.
"Ya mana gue tau, kan bu Vina yang kasih tadi.
"Sial," batin Chika. Jantungnya tidak bisa di ajak kerja sama setiap ia berdekatan dengan Alex.