Hujan tidak selalu membawa petir, pelangi pun tak selalu menjanjikan dengan kebahagiaan.
Bergitu juga dengan hidup, kadang ada duka dan laranya. Kadang juga ada bahagia yang tak di duga-duga.
Selalu ada cerita dari semua yang terjadi dalam hidup. Dan semua itu akan terkenang dalam memori kita sampai tua nanti.
***
"Gak habis fikir gue sama Chika, kemarin dia bilang urusannya sama Alex hanya karena organisasi doang! Ini apa pakek acara sok jadi putri dan pangeran lagi. Harusnya kan gue yang jadi putrinya!" omel Dita sembari menghentakan kakinya ke tanah.
Saat ini ia tengah berada di Taman. Tempat dulu ia dan Chika sering menghabiskan waktu istirahat kedua bersama.
Namun semuanya itu kini tinggalah kenangan. Semuanya tidak bisa di ulang kembali kalau Dita masih bersikap egois dan mengecap kalau Chika penghianat.
"Awas aja lo Chik, gue bakalan bikin perhitungan sama elo!" ucapnya.
Setelah cukup lama berada di Taman Dita kembali lagi ke kelasnya. Namun saat di perjalanan ia tidak sengaja mendengar percakapan teman-teman barunya.
"Gue sebenarnya males banget ada Dita di geng kita. Tapi ya mau gimana lagi, cuma dia yang bisa kita manfaatin!" ucap Prita.
"Tunggulah sebentar sampai semua rencana kita berhasil, habis itu kita tendang jauh-jauh Dita dari hidup kita!" tambah Amel.
Dita sangat tidak menyangka kalau dirinya hanya di jebak. Dan dia sudah terlanjur masuk ke dalam perangkap mereka.
"Sial, ternyata ini rencana kalian."
Gadis itu terus menguping pembicaraan teman-teman barunya. Dan ia punya rencana sendiri untuk meladeni permainan mereka.
"Hayy!" sapa Dita dengan senyum khasnya.
"Eh, hay Dita!" balas Prita. Ia sedikit gelagapan, takut kalau Dita sampai mendengar pembicaraannya bersama teman-temannya tadi.
"Lo kenapa Prit? Mukanya gelisah gitu?" tanya Dita memancing reaksi Prita.
"Ohh, gue gak papa kok!" ucapnya terbata. "Beneran gue enggak papa," imbuhnya.
Dita dapat menangkap jelas raut kegelisahan di wajah Prita meskipun gadis itu berusaha menyembunyikannya.
"Ya udah ke kelas aja yuk!" ajak Amel. Ia berusaha mengalihkan percakapan antara Dita dan Prita.
"Yuk," ucap yang lain setuju.
Dita pun hanya ikut saja. Yang terpenting baginya adalah Tuhan masih berpihak padanya, dengam cara menunjukan siapa teman-teman barunya itu.
Ia harus hati-hati, agar ia bisa mencari tau apa yang sebenarnya teman-temannya inginkan dari permusuhannya dengan Dita.
Meskipun ia harus tetap menjauh dari Chika.
"Eh gimana Dit, lo udah kasih perhitungan sama si Chika?" tanya Amel. Gadis itu yang paling bersemangat tentang pembulian terhadap Chika.
"Udah kok! Gue udah peringatin dia buat jauhin Alex." Oke permaina awal di mulai. Begitulah batin Chika.
"Bagus! Lo harus sering-sering kasih dia peringatan, biar gak ngelunjak itu anak!" tegas Prita. Ia baru bersuara setelah dari tadi hanya diam.
"Iya," jawab Dita.
Pelajaran terakhir hari ini kosong, karena guru yang mengajar mendadak ada urusan penting.
Dan alhasil, semua murid di kelas pun tidak bisa diam.
"Chik, yakin ini gak ada tugas sama sekali?" tanya Radit. Entah mengapa cowok itu sekarang lebih suka di kasih tugas.
"Enggak ada Dit, ini emang pelajarannya kosong," jawab Chika.
"Pacaran gak di dalam kelas woii!" sindir Prita.
Radit yang merasa tersindir pun menoleh ke arah Prita.
"Eh lo, gak usah sok cari gara-gara deh!" sentak Radit.
"Heloooow, gue ngomong fakta yaa!" ucapnya tidak mau kalah.
Kemudian Dita dan Amel ikut menimbrung perdebatan sengit antara Prita dan Radit.
"Satu kelas juga udah tau kok kalau kalian ada apa-apa," timpal Dita.
"Dita."
"Kenapa? Kaget lo gue bisa ngomon gini?" solot Dita.
"Enggak, gue cuma gak mau kalian salah paham aja!" jelas Chika.
"Kita gak salah paham kok, iya gak? Kalian pasti udah pada tau kan kalau Radit dan Chika itu sekarang deket banget!" ucap Amel yang semakin memperkeruh keadaan.
"Wuuuuu," sorak teman sekelas.
"Diam kalian semua!" teriak Radit.
Semua pun diam, tidak ada yang berani menjawab teriakan Radit.
"Udah Dit, gue gak papa kok!" ucap Chika. Ia tidak mau teman satu kelasnya menjadi salah paham.
"Jangan sok deh," nyinyir Dita.
"Bisa diem gak lo Dit!" sentak Radit.
"Biasa aja kali ngebelainnya," ucapnya.
"Gue gak sedang membela siapa-siapa oke! Kta semua ini teman. Dan kalau ada yang di rugikan seperti Chika gini, apa kita harus diam melihat kalian terus membuly Chika yang sama sekali gak ada salah sama kalian?" tegas Radit.
"Gue setuju sama pemikiran Radit," sahut Rohmat.
"Gue juga setuju," ucap Diki.
Dan semua pun akhirnya berbali membela Chika. Karena memang Chika tidak salah apa-apa.
"Kalian semua dengar ya? Gue sama Chika itu cuma sahabatan. Kita bebas kali sahabat sama siapa aja, dan gue mau jadi sahabat Chika."
Setelah berucap Radit kembali duduk.
"Kita semua juga mau temenan sama Chika." Semua pun akhirnya membenarkan ucapan Radit.
Dita yang sudah kehabisan kata-kata untuk berucap pun hanya diam. Gadis itu tetlihat sangat marah sekali.
"Lo liat aja nanti ya Chik," umpatnya dalam hati.
Bel tanda pelajaran telah usai pun berbunyi. Semua murid pun bersorak sambil keluar dari kelas.
"Gue tunggu lo di Taman," ucap Dita pada Chika.
"Ada apa" tanya Chika.
"Udah kesana aja," sentaknya.
Chika pun mengiyakan saja permintaan Dita dari pada Dita semakin membencinya.
Gadis itu kemudian segera memasukan barang-barangnya ke dalam tas. Setelah semua sudah masuk ke dalam tasnya Chika pun berlalu keluar dari kelas.
"Dit gue duluan ya," ucapnya pada Radit yang masih sibuk membersihkan kelas karena ini jatah piket kelasnya.
"Iya, lo hati-hati ya Chik!" ucap Radit.
"Siap," jawab Chika sambil mengacungkan jempolnya.
Sesuai permintaan dari Dita, Chika pun ke Taman terlehih dahulu. Kebetulan supirnya yang biasa menjemput belum datang.
"Ada apa Dit?" tanya Chika setelah sampai di Taman.
"Lo mau tau ada apa?" tanya balik Dita. "Gue benci banget sama elo," ucapnya.
"Dan satu lagi, lo gak usah deh sok kecantikan gitu di kelas!" ucapnya lagi.
"Maksut lo nyuruh gue kesini cuma mau ngomong kata-kata yang benar-benar bikin gue sakit hati? Gak ngerti gue sama elo Dit!" sahut Chika.
"Gue gak pernah ngerasa ada salah sama elo, tapi seolah-olah lo mikir kalau salah gue sama elo itu banyak. Oke gue emang bukan sahabat yang baik buat elo, makanya elo sampai tega bilang gitu sama gue!" Chika sudah tidak bisa lagi menahan laju air matanya.
"Jangan drama deh!" ujarnya.
"Ini balasan buat cewek sok pinter, sok cantik kaya elo!" tegasnya.
Lalu tanpa Chika sadari teman-teman Dita datang dari belakang dan menyiram rambut Chika dengan air.
"Rasain lo!" ucap Dita.
"Yuk gais, pergi!" ajak Dita.
"Dada, cupu!" ucap Amel.