Jika hidup adalah sebuah pilihan, maka kita tentu akan memilih hidup yang bahagia tanpa kesedihan.
Namun pada kenyataannya, hidup adalah sebuah perjalanan yang mana di dalam perjalanan tersebut di selimuti duka lara.
Kita bisa bisa merencakan sesuatu untuk hidup kita, namun takdir adalah yang berkuasa dalam hidup kita.
Seperti halnya dengan perceraian, semua orang tidak meninginginkan hal itu! Namun takdir sudah menggariskannya.
Chika masih ingat betul bagaiamana dirinya bisa menjadi seorang yang introvert.
Dulunya ia adalah gadis yang ceria, berisik, dan suka bercerita. Apa pun yang terjadi di dalam kesehariannya pasti ia akan bercerita dengan mama dan papanya.
Namun semua itu hilang begitu saja, di saat perceraian di antara kedua orang tuanya tidak dapat lagi untuk di hindari.
Mamanya yang lebih memilih bisnisnya di luar negri pun rela bercerai dengan papanya.
Sedangkan sang ayah, ia tidak suka dengan sifat keras kepala dari istrinya. Yang tidak mau di atur dan ingin semaunya sendiri.
Saat itu, Chika hampir setiap hari mendengar perdebatan di antara kedua orang tuanya, hingga kemudian mereka memutuskan untuk bercerai demi kebahagiaan masing-masing.
Dan Chika ingat betul kata-kata yang keluar dari mulut mamanya.
*jika bersatu adalah sebuah kesakita, maka lebih baik berpisah demi kebahagiaan*
Dan hal itu mejadikan pukulan keras untuk Chika. Ia tidak habis fikir bahwa seorang wanita yang selama ini sangat di sayanginya akan tega mengucapkan kata-kata seperti itu.
Ia berfikir, bahwa dengan bersama dirinya dan sang papa adalah sebuah tekanan untuk mamanya.
"Lo kenapa Chik?" tanya Dita.
"Enggak kok Dit, gue gak papa!" elaknya.
Dan inilah Chika yang sekarang, tertutup dan tidak mau berbagi cerita tentang kesedihannya kepada orang lain.
"Ya udah yuk berangkat!" ajak Dita.
Seperti apa yang Dita bilang di sekolah tadi, kalau mereka akan pergi ke toko buku.
"Yuk."
Chika pun kemudian masuk ke dalam mobil Dita. Gadis itu duduk di jok sebelah kemudi.
"Tumben lo gak di anter supir?" tanya Chika.
"Ya sekali-kali lah, masa kemana-mana sama sipir terus sih!" jawab Dita.
"Dita memang sudah bisa mengendarai mobil sendiri, cuma orang tuanya belum tega kalau Dita berangkat dan pulang sekolah bawa mobil sendiri.
"Cie, yang udah bis nyetir!" goda Chika.
"Lo mau latihan? Gue ajarin!" tawar Dita.
"Enggak ah, enakan di anter supir, hehe." Gadis itu tersenyum jail ke arah Dita.
"Dasar anak Papi lo!" cetus Dita.
Dita berucap seperti itu karena memang selama kenal dengan Chika ia belum pernah sekali pun bertemu dengan mamanya Chika.
Dan Chika pun tidak pernah bercerita dimana mamamya dan mengapa mereka tidak tinggal bersama.
Setiap Dita tanya Chika pasti akan menjawab kalau mamanya lagi di luar negri. Dan besok pasti pulang.
Padahal.sudah hampir satu tahun mereka kenal tapi tidak sekali pum Chika terlihat meneceritakan tentang mamamya.
"Lo sebenarnya mau beli buku apa sih?" tanya Chika memecah keheningan.
"Ya ada pokonya, kali ini bukan buku pelajaran!" ujar Dita.
"Lhah? Terus mau beli buku apa? tanya Chika heran.
"Nanti lo juga bakalan tau kok," jawab Dita yang tetap kekeh tidak mau memberi tau.
"It's okay," pasrah Chika.
Mereka telah sampai di toko buku yang di maksud oleh Dita.
Dita pun langsung masuk setelah turun dari mobil. Entah mengapa gadis otu sudah tidak sabar untuk mencari buku yang kemarin ia baca covernya di google.
"Nah ini dia buku yang gue cari," ucap Dita.
"Hah?" chika ternganga. "Maksud lo buku yang elo cari ini!" ucap Chika sambil menunjuk buku yang di pegang Dita.
"Iya," jawab Dita.
"Lo masih waras kan Dit?" Tanya Chika. Bagaimana tidak heran, kalau buku yang Dita pegang adalah buku dengan judul *7 hari menakhulkan cowok yang di cinta*
"Emang kenapa sih Chik?" heran Dita.
"Ya enggak, cuman aneh aja gitu kenapa lo tiba-tiba nyari buku kayak gitu!" ujarnya.
"Gue lagi jatuh cinta Chik," jawab Dita sambil tersenyum.
"Emang gimana sih rasanya jatuh cinta?" tanya Chika dengan polosnya.
"Ya gue sih gak ngerti ya Chik, yang jelas setiap gue lihat si doi dada gue suka berdetak cepat gitu terus kalau gue seharian gak lihat dia gue suka nyariin," kelas Dita.
"Terus-terus gimana lagi Dit?" ucap Chika yang semakin penasaran dengan cerita Dita.
"Kalau dia deket sama cewek lain, gue cemburu Chik," ujar Dita melanjutkan penjelasannya.
"Oh gitu!" ucap Chika.
"Emangnya kenapa?" tanya Dita.
"Ya enggak, gue kan cuman nanya!" cetusnya.
"Ya udah yuk pulang! Lo gak mau beli buku kan?" tanya Dita.
"Yuk."
Setelah selesai membayar di kasir, mereka berdua pun keluar dari toko buku tersebut.
"Gimana Chik, jadi ngerjain tugasnya?" tanya Dita setelah mereka keluar dari toko buku.
"Kayaknya gak jadi hari ini deh, tadi Radit sama Rohmat ngabari kalau mereka ada urusan," jawab Chika.
"Gimana kalau kita nonton aja ke bioskop yuk," ajak Dita.
"Tapi bentar aja ya," ucap Chika.
"Iya santai, ngambil yang satu jam aja," jawab Dita.
"Siap."
Setelah itu mereka masuk ke dalam mobil Dita untuk menuju ke bioskop.
"Eh Dit, emangnya lo suka sama siapa si!" tanya Chika.
"Ada deh, ntar kalau udah jadian lo juga bakal tau kok!" jawab Dita.
"Kelamaan, iya kalau jadian! Kalau enggak?" cetus Chika.
"Ih lo doanya jelek banget sih!" geruru Dita.
"Iya enggak, gue pasti doanya pasti yang baik-baik buat elo kok!" ralat Chika.
"Nah gitu dong, itu baru namanya sahabat terbaik!" puji Dita.
"Yee, lo kan emang cuma punya sahabat gue doang!" tegas Chika.
"Hehe, iya ya! Kan kita kemana-mana selalu berdua ya!" ucap Dita.
"Udah yuk turun, entar keburu sore lagi!" ajak Chika.
Mereka telah sampai di sebuah Mall yang tidak jauh dari toko buku.
"Iya," jawab dita.
Mereka langsung membeli popcorn untuk cemilan nanti di dalam bioskop.
"Aku milih film dulu ya Chik," ucap Dita.
"Oke, biar aku yang nungguin popcornya.
Kebetulan popcorn yang matang habis, jadi Chika harus menunggu popcorn yang masih di panggang.
"Udah?" tanya Dita.
"Udah yuk masuk."
Mereka pun kemudian masuk ke dalam bioskop.
"Fimlnya udah mulai dari 30 menit yang lalu Chik," ujar Dita.
"Emang mau nonton film apa sih?" tanya Chika.
"Yang pokoknya yang romantis gitu!"
"Cie yang lagi jatuh cinta nontonnya yang romantis," goda Chika.
"Udah ah mau masuk, entar filmnya keburu habis lagi!" ujar Dita.
Chika pun menyusul Dita yang sudah jalan duluan.
"Tungguin ngapa?" pinta Chika.
Chika akhirnya sedikit berlari untuk menyusul Dita.
"Eh, itu bukannya si Radit ya?" tanya Chika pada Dita.
"Mana sih?" ucap Dita.
"Itu tuh," tunjuk Chika.
"Ohhh, jadi-"