Chika dan Dita sudah sampai di perpusda kota. Untuk gadis kutu buku seperti mereka mainnya pasti gak akan jauh-jauh dari buku.
Entah apa yang mereka baca. Yang jelas dengan membaca mereka merasa bahwa dunianya merasa lebih hidup.
Walaupun di kehidupan mereka yang tidak di kenali banyak orang, namun dengan membaca mereka akan banyak mengenali orang.
Mereka langsung duduk dan mulai membaca buku yang mereka pilih.
Gabriel saat ini kebetulan sedang berada di alfamart dekat perpusda.
Mengetahui gadis yang sedari kemarin tidak sengaja ia temui tengah berada di perpusda ia pun kemudian memutuskan untuk masuk kesana.
Padahal seorang Gabriel paling malas dengan yang hal yang menyangkut buku. Buku pelajaran saja tidak pernah di bukanya.
Hidupnya bebas, kedua orang tuanya berada di luar negri. Ia hanya tinggal di rumah dengan pembantunya.
"Tuh cewek gak sakit mata apa ya tiap hari baca terus!" Ucapnya yang tengah memandangi Chika dari kejauhan.
Terlihat dari tempatnya berdiri sekarang Chika sedang serius membaca buku.
"Jadi ini yang buat nilai kamu 9 semua?"
"Maksud kamu?"
"Ya habisnya tau-tau kamu lagi baca buku. Emang gak pegel tuh mata."
"Kalau sudah hobi mau gimana?"
"Kalau aku nih ya? Dari pada baca buku gituan mending nonton ke bioskop, atau nongkrong bareng temen-temen!" Ucap Briel dengan lantang.
"Itu kan kalau lo! Terserah hidup-hidup elo." Chika mulai geram.
Sementara Dita, ia hanya memandang keduanya dari balik buku yang ia baca. Jujur saja Dita sudah lama memendam rasa untuk Gabriel. Hanya saja cowok setenar dia mana mau sama si gadis kutu buku sepertinya.
Melihat Chika dan Gabriel yang sudah mulia akrab jujur saja Dita merasa cemburu.
"Coba deh lo sekali-kali nongkring di kafe atau ngemall gitu?" Ucap Briel.
"Gak mau!" Tegas Chika.
Tanpa meminta persetujuan dari Chika Gabriel menarik tangan Chika keluar dari perpusda tanpa peduli dengan Dita yang masih duduk dengan membaca buku.
"Eh mau di bawa kemana temen gue woy!" Teriak Dita setelah sadar jika tangan Chika telah di tarik okeh Gabriel.
"Gue pinjam sebentar? Nanti gue balikin. Lo tunggu sini ya, oke!"
Setelah itu Gabrile melanjutkan langkahnya.
"Berhenti! Apaan sih."
"Bentar saja. Biar lo itu tau dunia luar!"
"Gue gak mau."
kini mereka telah sampai di depan mobil Gabriel. Ia langsung membuka mobilnya dan mendoring Chika masuk.
"Maksa banget sih Lo. Lepas gue mau keluar."
"Bentar aja. Janju nanti gue bakalan balikin lo kesini lagi."
"Awas ya kalau lo sampai macem-macem ke gue!" Ancam Chika.
"Iya-iya santai aja kalik. Lagian lo juga bukan tipe gue kok."
Setelah itu Gabriel melajukan mobilnya membelah jalanan kota. Ia mengarahkan mobilnya menuju ke sebuah Mall yang lumayan dekat dengan tempat Chika tadi.
"Gue gak suka tempat rame!" Protes Chika.
"Lo mau tempat yang sepi?" Tanya Gabriel.
"Iya," jawab Chika.
Lalu Gabriel dengan santainya membelokkan mobilnya menuju hotel. Sekita Chika pun terkejut.
"Lo mau ngapain?" Tanya Chika.
"Katanya lo mau tempat yang sepi! Ya ke Hotel lah." Jawabnya enteng.
Gabriel memang selalu tenang dan santai saat berucap. Ia tidak pernah menganggap sesuatu itu sebuah keseriusan.
"Jangan gila lo ya?"
"Baru kali ini ada cewek yang nolak gue! Dan parahnya cewek cupu kaya lo!" Oh Chika sangat tersinggung dengan ucapan Gabriel barusan.
Lihat saja, ia belum tau siapa Chika sebenarnya.
"Gue mau pulang!" Ucapnya.
"Terserah. Gue gak mau nganter!"
"Rese banget sih lo?"
Baru Chika akan keluar dari mobil, Gabriel sudah melajukan mobilnya.
"Mau lo apa sih?"
"Gue cuma mau jalan sama lo besok malam minggu."
"Gue gak mau!"
"Gue jemput!"
"Gue udah folback akun IG lo, ntar gue DM no hp gue." Ucapnya dengan PD.
"Gue bilang gak mau!"
"Gue akan jemput elo. Gak ada penolakan."
Setelah sampai di perpusda Chika langsung turun dari mobil Gabriel.
"Sakit tuh cowok."
"Dari mana aja lo?" Tanya Dita yang udah hampir jamuren karena saking lama nunggunya.
"Dari jalan-jalan." Jawab Chika. "Udah yuk pulang!" Ajanya pada Dita.
Dita pun menurut. Karena ia juga lelah dan ingin segera istirahat.
Chika di antar Dita pulang ke rumahnya. Chika memang belum di bolehkan untuk menyetir mobil sendiri. Karena usianya yang masih belasan tahun dan juga masih berstatus pelajar.
"Daa, sampai besok ya?"
"Bye! Makasih Dita."
Chika pun langsung masuk ke dalam rumahnya.
"Ayah belum pulang Bi?" Tanyanya pada Bi Sari yang kebetulan tengah berada di ruang tamu untuk membereskan meja.
"Belum Non! Mungkin lembur." Jawab Bi Sari.
"Ya udah Chika naik ke atas dulu ya Bi."
"Silahkan Non."
Chika pun berlalu menuju kamarnya di lantai atas. Entah mengapa ia jadi kepikiran dengan ucapan Gabriel yang mengajakanya jalan malam minggu nanti.
"Apa mungkin ia bisa keluar rumah malam-malam. Sedangkan siang saja ia harus meminta ijin pada ayahnya.
"Ah gak mungkin bisa!" Ucapnya.
Chika pun berlalu ke kamar mandi. Rasanya tubuhnya sudah sangat lengket.
Guyuran air shower sedikit mendinginkan wajahnya yang tiba-tiba memanas. Entah dari tadi ia tidak lepad dari bayangan kejadian tadi siang.
Saat ia berdebat dengab Gabriel di dalam mobil dan saat ia di antarkan kembali ke perpusda.
Jika di lihat-lihat lebih dekat lagi, Gabriel memang memiliki wajah yang tanpan. Wajahhya blasteran sudah jelas dari namanya dan juga warna kulitnya.
"Agrgh, apaan sih jadi mikirin cowok aneh itu sih!"
Setelah selesai mandi Chika berganti baju. Ia memakai piyama dengan lengan baju pendek.
"Sayang? Ayah pulang nih." Ucap ayahnya dari depan pintu.
"Iya Ayah. Bentar lagi Chika turun ke bawah kita makan malam sama-sama ya?"
"Iya sayang. Ayah mandi dan ganti baju dulu."
"Iya Yah."
Chika turun ke bawah lebih dulu. Bau wangi maskaan Bi Sari selalu saja membuat Chika lapar.
Jika tidak sedang menunggu ayahnya mungkin ia akan langsung melahap masakan Bi Sari.
"Udah selesai Yah?" Ucap Chika yang mendapati ayahnya tengah menuruni tangga.
"Iya sayang. Kok gak makan dulu tadi.
"Enggak! Kan Chika nungguin Ayah."
Setelah itu mereka pun mengambil nasi di piring masing-masing.
"Ayah mau pakek lauk apa?" Tanya Chika.
"Mau ayam aja deh!" Jawab ayahnya.
"Oke Chika ambilkan" ucapnya. "Nih buat Ayah!" Ucapnya lagi sambil menaruh ayam di atas nasi ayahnya.
"Makasih sayang."
Mereka melahap makanannya. Chika terlihat sangat lahap saat makan.
Kadang ayahnya sering merasa bersalah karena tidak bisa memberikan keutuhan rumah tangga untuk Chika.
Yang bisa ia berikan untuk Chika adalah kasih sayang yang melimpah darinya. Dan ia harap Chika bahagia.