Pagi ini seperti biasa, Chika di antar sekolah oleh supirnya sampai gerbang sekolah.
Ketika Chika turun sudah ada Dita yang menunggunya.
"Hay Dit! Udah dari tadi?" Sapa Chika.
"Baru aja kok. Yuk masuk kelas," ajak Dita dan mereka pun berjalan menuju kelas mereka.
Saat di jalan menuju lagi-lagi Chika bertemu dengan cowo itu.
"Duhh males banget sih gue natap muka dia," ucap Chika dalam hati.
"Lo kenapa Chik?" tanya Dita yang merasa aneh dengan sahabatnya.
"Ehh! Enggak … enggak papa kok."
Mereka pun melanjutkan langkahnya. Sedangkan Chika ia merasa risih sekali karena di belakangannya ada cowok yang ia harap tidak bertemu lagi degannya.
"Lo kenapa sih Chik? Kayak gelisah gitu?" tegur Dita yang merasa kalau sahabatnya itu ada yang aneh.
"Enggak! Emmm … maksud gue gak papa," jelas Chika.
"Eh lo tau gak? Di belakang kita ini ada cowok terfams satu sekolahan lhoh!" oceh Dita yang justru di tanggapi dengan lirikan mata.
"Lo denger gue gak sih Chik?" tanya Dita yang merasa kalau ocehannya tidak di dengarkan.
"Iya gue denger Dit!" jelas Chika.
"Kok lo gak terkejut gitu sih!" heran Dita. Pasalnya ia sudah bercerita panjang lebar namun Chika sama sekali tidak nerminat dengan ceritanya.
"Ya terus gue harus gimana?" dengus Chika.
"Ya seenggaknya ada responya gitu kek," protes Dita.
"Lo mau tau? Dia tuh cowok teraneh yang pernah gue temuin!" tegas Chika.
Ia pun melanjutkan langkahnya menuju ke kelas.
"Maksud Chika apa sih? Cowok teraneh? Apa mereka udah saling kenal." tidak mau ambil pusing yang kemudian menjadikannya penasaran ia pun menyusul langkah Chika yang sudah jauh mendahuluinya.
Timbang ia harus penasaran mendingan ia tanya langsung pada orangnya. Itu akan lebih baik menurut Chika.
"Woy Chik? Wah gila gue main di tinggalin. Awas aja gak gue temenin deh lo baru tau rasa deh!" ancam Dita yang hanya di dengar oleh dirinya sendiri.
Eh, tapi ngomong-ngomong kalau Dita gak mau nemenin Chika kan temennya juga cuma Chika.
"Main ninggalin gue aja sih lo!" dengus Dita sambil memukulkan buku yang di pegangnya. Gadis itu nampak kesal sekali.
"Ya habis lo ngoceh terus sih!" ucap Chika dengan santainya. Ia sama sekali tidak merasa bersalah sama sekali.
Setelah sampai di kelas kedua gadis itu sama-sama duduk dan mengeluarkan buku yang sama.
Kalau sudah seperti itu kedua gadis itu akan saling diam sampai nanti bel tanda masuk terdengar.
Tapi ngomong-ngomong si Dita sekarang lebih ke ekstrovert sih menurut Chika. Pasalnya sepanjang jalan mereka dari parkiran sampai ke kelas gadis itu tidak berhenti mengoceh.
Beberapa menit kemudian bel tanda masuk pun terdengar.
Semua siswa yang masih di luar kelas pun berlarian untuk masuk ke kelas.
Pelajaran pertama adalah pelajaran matematika. Pelajaran yang di benci sebagian murid di kelas ini.
Selain guru yang galak, matematika itu rumit menurut siswa yang otaknya tidak sampai atau lebih tepatnya males untuk menggapainya.
Dan seperti biasa kalau guru yang saat ini sudah berdiri di depan kelas akan selalu memberikan ulangan dadakan.
"Yhahh kok dadakan sih Pak!" protes salah seorang murid yang duduknya di pojok kanan paling belakang.
"Memangnya kenapa? Kalian tidak belajar lagi?" tanya guru tersebut.
Pak Santoso, adalah guru yang di musuhi sebagian sebagian dari murid yang ada di Sekolah ini dab tentunya adalah murid yang mendapatkan nilai jelek di mata pelajarannya.
Untuk siswa yang jago matematika Pak Santoso ini adalah guru kebanggaan mereka.
"Y … yya belajar lah Pak," elak murid itu lagi. Dia adalah Rinto murid cowok terbandel di kelas ini.
"Ya sudah! jangan protes!" ucap Pak Santoso.
"Untuk tempat duduk kalian acak ya, Rinto kamu pindah bersebelahan dengan Chika, kamu Radit duduk dengan Dita," imbuh Pak Santoso sambil mengacak tempat duduk murid-muridnya.
"Iya Pak," pasrah Rinto. Mana bisa ia mendapatkan contekan dari gadis pendiam seperti Chika. Dan sepertinya gurunya itu sengaja memindah tempat duduknya di sebelah gadis itu.
"Mampus lo!" ucap Rohmat, ia adalah teman satu geng Rinto.
"Diem lo, mau gue subal mulut lo!" ancam Rinto yang sama sekali tidak di hiarukan oleh Rohmat.
"Rinto? Ngapain masih di situ ayo pindah!" sentak Pak Santoso.
Ia pun kemudian pindah ke tempat duduk yang bersebelahan dengan Chika.
Chika hanya diam dan sama sekali tidak berminat cowok yang saat ini sudah duduk di sampingnya.
"Dih! Sombongnya!" cetus Rinto.
Chika masih diam.
"Lo gagu ya?" kesal Rinto karena ucapannya sama sekali tidak mendapatkan tanggapan sama sekali.
"Ngomong sama siapa?" tanya Chika.
"Ya sama elo lah! terus sama siapa lagi, kan elo yang duduk di sebelah gue!" cetus Rinto.
"Oh." sementara Chika hanya ber oh tanpa menanggapinya lagi.
"Dasar cewek aneh," gumamnya.
Setelah semua menempatkan di tempat duduk yang sudah di tentukan oleh pak Santoso, maka ulangan pun di mulai.
Hening mengambil alih, semuanya fokus pada lembar soal di depannya.
Chika yang selalu siap dengan ulangannya pun mulai mengerjakan soalnya setelah mendapatkan lembar jawaban.
Sementara cowok yang di sebelahnya hanya terdiam melongo menatap lembar soal soal di depannya.
"Kenapa?" tanya Chika ketika melihat ekspresi Rinto.
"Soalnya gak ada apa yang lebih susah dari ini!" jawabnya.
"Ya bagus kan kalau mudah kan bisa cepet kan ngerjainnya." Gadis itu berucap santai.
"Rese banget sih lo," kesel Rinto.
"Lhah kok marah sih!" timpal Chika.
"Maksud gue bilang itu tadi karena gue gak bisa ngerjain semuanya!" jelas Rinto. Susah banget ternyata berinteraksi sama gadis introvert seperti gadis di sebelahnya, yang ada Rinto tambah pusing.
"Ohh, kirain!" tambah Chika. Ia pun kembali fokus pada lembar soalnya.
Meladeni omongan cowok di sebelahnya membuat waktu mengerjakan ulangannya berkurang. Dan Chika gak mau kalau sampai ia tidak selesai dan waktunya telah habis.
Di sisi lain, tidak jauh berbeda. Rohmat yang tidak bisa mengerjakan saolnya pun harus menyapa Dita terlebih dulu.
Tapi keberuntungan rupanya hari ini tengah berpihak pada Rohmat. Karena gadis yang duduk di sebelahnya ini ternyata tidak sepelit gadis yang duduk di sebelah Rinto.
Bahkan Dita juga beberapa kali membocorkan jawaban kepada Rohmat.
"Makasih ya," ucap Rohmat.
"Yaa, sama-sama. Lain kali belajar yang rajin, gue baiknya kali ini doang ya besok-besok ogah!" tegas Dita yang kemudian di angguki oleh Rohmat.
Introvert belum tentu pendiam, karena dia hanya tertutup dan lebih memilih ke menyembunyikan persoalan hidupnya.
Lebih memilih untuk memendam dari pada bercerita dengan orang lain.
Oke selamat membaca gais!!