Pagi-pagi sekali Vero sudah bersiap untuk ke sekolah, Bu Zenna (Asisten Rumah Tangga yang disiapkan oleh Rudolf) sedang menyiapkan makanan untuk Vero di meja makan. Vero yang baru saja keluar dari kamar dan langsung melihat Bu Zenna pun langsung teringat oleh bundanya yang dulu sering menyiapkan makanan untuknya setiap pagi.
"Pagi, tuan muda … silakan sarapan terlebih dahulu," ucap Bu Zenna, sambil menarik kursi untuk Vero.
Vero pun langsung duduk di kursi yang telah disiapkan oleh Bu Zenna. Vero melihat banyak sekali makanan yang tersedia di atas meja makan, sampai membuat Vero bingung harus memakan yang mana.
"Bu … bolehkah aku meminta ibu membawakan aku bekal makan untuk temanku?" tanya Vero, sambil memperhatikan semua makanan yang ada di atas meja.
"Oh, baiklah tuan muda … ibu akan siapkan untuk tuan muda," jawab Ibu Zenna, kemudian segera menyiapkan wadah bekal dan mengisinya dengan roti dengan selai blueberry.
"Ini tuan muda makanannya," ucap Bu Zenna sambil memberikan wadah bekal yang telah terisi dengan makanan.
"Terima kasih banyak, bu…." ucap Vero pada Bu Zenna dengan tulus.
"Sama-sama, tuan … apakah itu untuk nona Kirana, yang kemarin kemari?" tanya Bu Zenna penasaran.
Vero yang mendengar pertanyaan itu pun, pipinya langsung memerah.
Bu Zenna segera mengalihkan pembicaraan agar Vero tidak malu dengannya.
"Kalau begitu, tuan muda silakan berangkat, Pak Renald sudah menunggu tuan di depan," ucap Bu Zenna.
Kemudian Vero melontarkan senyum kepada Bu Zenna, lalu melangkahkan kakinya menuju mobil yang telah disiapkan Pak Renald untuk mengantarnya.
"Selamat pagi, tuan muda … apakah sudah siap untuk berangkat ke sekolah?" sapa Pak Renald yang memiliki sifat ramah.
Vero pun hanya tersenyum dan mengangguk menjawab pertanyaan supirnya itu. Kemudian Vero dibukakan pintu mobil oleh supirnya, dan segera berangkat menuju sekolah.
Sesampainya di depan gerbang sekolah, Vero tidak lupa untuk mengatakan terima kasih kepada supirnya.
"Terima kasih, pak," ucap Vero, dan langsung melenggang masuk ke dalam area sekolah.
Sekolah masih sangat sepi, bahkan belum ada satu siswa atau siswi yang terlihat di sekolah. Membuat Vero berjalan santai, dan tidak begitu memikirkan bagaimana caranya agar tidak menjadi perhatian murid lain, seperti hari-hari biasanya.
Namun, sesampainya di kelas, Vero melihat pemandangan yang setiap pagi selalu ia lihat jika baru datang ke kelas.
Siapa lagi jika Kirana yang sedang membaca buku yang Vero lihat. Vero langsung menghampiri Kirana dengan senyum yang mengembang di bibirnya.
"Selamat pagi, Kirana … bagaimana pagimu?" sapa Vero, sambil duduk di kursinya, kemudian memperhatikan Kirana begitu lekat.
"Selamat pagi, Vero … pagi seperti biasanya, menyenangkan," jawab Kirana tanpa menoleh pada Vero yang memperhatikannya.
Kirana hanya fokus pada buku yang sedang ia baca. Membuat niat jahil Vero muncul begitu saja.
Vero menaruh telapak tangannya pada buku yang sedang Kirana baca, sehingga membuat Kirana langsung menghentikan kegiatan membacanya, dan menoleh kepada Vero yang menjahilinya.
"Vero … apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Kirana dengan nada sedikit kesal.
Sedangkan Vero hanya tersenyum melihat ekspresi kesal yang nampak pada wajah Kirana.
Kirana yang mendapat tanggapan senyuman dari Vero pun, mengerutkan keningnya bingung.
"Kenapa kamu malah tersenyum kepadaku, Vero?" tanya Kirana.
Bukannya menjawab pertanyaan Kirana, Vero malah kembali tersenyum lagi pada Kirana.
Namun, Vero langsung membuka tasnya, dan memberikan wadah bekal yang ia bawa dari rumah tadi.
"Ini untukmu," ucap Vero, sambil memberikan wadah bekal kepada Kirana.
Kirana makin mengerutkan keningnya, saat Vero malah memberikan wadah bekal kepadanya.
"Apa itu, Vero?" tanya Kirana.
"Ini sarapan untukmu," jawab Vero, sambil terus menyodorkan wadah bekal di tangannya, sampai Kirana mau mengambilnya.
Kirana mengambil wadah bekal tersebut dengan ragu-ragu.
"Makanlah, semoga saja kamu suka dengan makanan itu," ucap Vero.
Sedangkan Kirana masih memperhatikan wadah bekal yang kini sudah berada di tangannya.
"Ini benar-benar untukku?" tanya Kirana, kini sambil menatap wajah Vero.
Vero menganggukkan kepalanya sambil tersenyum tulus pada Kirana.
Kirana yang mendapat perhatian khusus dari Vero, pipinya langsung merona.
"Terima kasih, maaf jika merepotkanmu," ucap Kirana, mencoba menyembunyikan wajahnya yang memerah.
"Sama-sama, makanlah sekarang juga," ucap Vero, dan memerintahkan Kirana untuk memakan bekal yang Vero berikan tadi.
Kirana membuka wadah bekal yang ada di tangannya. Kirana melihat dua potong roti berselai blueberry. Kirana mengambil satu potong roti, kemudian mengarahkannya pada mulut Vero.
Kirana menyuapi Vero, sebagai ucapan terima kasih karena telah membawakannya makanan.
Vero yang terkejut karena Kirana berniat menyuapinya pun, langsung menatap wajah Kirana malu-malu.
"Kenapa kamu malah menyuapi aku?" tanya Vero.
"Cepat buka mulutmu," perintah Kirana, tanpa menghiraukan pertanyaan Vero.
Vero yang tidak bisa menolak perintah Kirana pun, hanya menuruti perintah Kirana, dengan membuka mulutnya.
Seketika itu juga, Kirana memasukkan roti itu ke mulutnya. Membuat Vero terdiam sesaat, dan pura-pura kesal pada Kirana yang ternyata mengerjainya.
Sedangkan Kirana yang kini mulutnya penuh dengan roti, hanya menahan tawanya karena melihat ekspresi Vero yang menurutnya lucu.
Vero menyilangkan kedua tangannya di depan perutnya sambil mengerucutkan bibirnya.
Membuat Kirana tidak kuasa menahan tawanya saat itu juga.
"Ekspresimu benar-benar lucu, Vero…." ucap Kirana yang sudah menelan roti di mulutnya tadi, kini Kirana tertawa melihat ekspresi Vero.
"Kamu sangat menyebalkan, Kirana … padahal aku sangat ingin disuapi olehmu," ucap Vero.
Kirana yang mendengar itu pun, langsung menghentikan tawanya, dan menggantinya dengan senyuman manis.
Kirana lantas mengambil satu potong roti yang masih tersisa di dalam wadah bekal.
"Aaaa…." ucap Kirana, sambil membuka lebar-lebar mulutnya, dan mengarahkan roti tersebut ke mulut Vero.
"Tidak mau, pasti kamu ingin membohongiku lagi," ucap Vero.
Kirana kembali menahan tawanya, karena Vero persis seperti anak kecil yang sedang kesal karena keinginannya tidak dituruti.
"Tidak, Vero … ini sungguh untukmu," ucap Kirana, dengan tangan yang masih berusaha menyuapi roti kepada Vero.
Vero menatap wajah Kirana, kemudian ia melihat Kirana tersenyum sambil terus menyodorkan roti ke mulutnya.
Dengan perlahan, Vero langsung melahap roti tersenyum, dan senyumnya perlahan terlihat mengembang di bibir Vero.
Kirana yang melihat itu pun, tersenyum senang.
"Terima kasih," ucap Vero sambil mengunyah roti di dalam mulutnya.
Kirana hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum manis pada Vero. Membuat Vero tidak bisa melepaskan tatapannya pada Kirana. Kirana begitu manis, dan cantik, membuatnya sangat ingin memilikinya.
"Vero … akan lakukan kegiatan kita nanti di rumahmu?" tanya Kirana.
Vero yang masih memperhatikan Kirana, tidak sadar jika Kirana sedang mengajaknya bicara.
"Hei, Vero … apa kamu baik-baik saja?" tanya Kirana sambil melambaikan tangannya di depan wajah Vero.
Vero pun, langsung gelagapan, dan tersadar saat itu juga.
"Hah-- ada apa Kirana?" tanya Vero.
Kirana langsung menggelengkan kepalanya, sambil memperhatikan Vero.
"Kita akan lakukan kegiatan apa nanti selepas pulang sekolah di rumahmu?" tanya Kirana.
Vero terlihat berpikir sejenak, untuk memikirkan kegiatan apa yang akan seru jika dilakukan bersama dengan Kirana nanti.
"Bagaimana jika kita main basket di belakang rumahku?" tanya Vero pada Kirana.
Kirana terlihat bepikir sejenak, kemudian menatap wajah Vero.
"Baiklah, boleh … sepertinya akan seru jika dilakukan bersama, tapi aku tidak pandai bermain basket," ucap Kirana.
"Tenang, aku akan ajarkan kamu sampai mahir," jawab Vero dengan penuh keyakinan dan percaya diri.
Kirana yang mendengar jawaban Vero pun, tersenyum, dan menganggukkan kepalanya.
Tanpa disadari, sudah banyak murid yang berdatangan, bahkan sebenarnya sejak tadi banyak murid yang masuk ke kelas, namun Vero dan Kirana tidak menghiraukannya.
Dan beberapa saat, guru yang mengajar di jam pertama datang, sehingga harus memotong pembicaraan Vero dan Kirana yang terdengar begitu seru. Akhirnya mereka mengikuti pelajaran dengan baik.
Sesekali mereka juga tersenyum kecil saat pelajaran tengah berlangsung, namun tanpa membuat suara, sehingga guru dan teman-teman yang lain juga tidak menyadari itu.