Chereads / Obsession of Love / Chapter 37 - Bolos Sekolah

Chapter 37 - Bolos Sekolah

Pagi ini, Vero tengah bersiap untuk menuju ke sekolah, seperti biasanya, Vero menikmati sereal kesukaannya yang tidak pernah absen setiap pagi.

Setelah sarapan, dan mengecek semua keperluan sekolahnya, Vero bergegas berangkat menuju sekolahnya, Vero merasa tidak bersemangat saat akan pergi ke sekolah, bukan tanpa alasan, itu karena ia masih belum berbaikan dengan Kirana.

Terbesit niatan untuk meminta maaf kepada Kirana, namun Vero merasa malu kepada Kirana yang sejak kemarin ia diamkan.

Jadilah perjalanan menuju sekolah itu pun, pikiran Vero penuh dengan Kirana, ia tidak bisa lepas memikirkan gadis itu, sehingga dengan keyakinan, Vero memutuskan untuk meminta maaf kepada Kirana hari ini. Karena Vero tidak bisa berlama-lama marah dengan Kirana.

Sesampainya di sekolah, Vero langsung berjalan menuju kelas, dengan tatapan penuh keyakinan di manik matanya. Vero yakin jika Kirana sedang duduk di kursinya, dengan membaca buku seperti biasanya.

Namun, saat Vero sampai di kelas, ia tidak melihat sosok gadis yang ia cari, Vero hanya melihat beberapa gelintir murid lain yang sedang duduk mengobrol di sudut kelas.

Vero yang tidak mendapati keberadaan Kirana pun, hanya pasrah dan menundukkan kepalanya, namun Vero tetap menunggu kedatangan Kirana di kelas.

Vero terus melihat ke arah pintu kelasnya, agar jika Kirana tiba-tiba datang, ia sudah siap untuk meminta maaf kepadanya.

Saat lonceng pertanda jam pelajaran pertama dimulai berbunyi, namun Vero masih tidak melihat kedatangan Kirana di kelas.

Kemudian kelas mulai ramai dengan murid lain yang baru saja masuk ke dalam kelas. Vero masih terus melihat ke arah pintu, kalau-kalau Kirana ada diantara salah satu murid yang baru saja masuk kelas itu.

Namun hasilnya tetap nihil, Vero tidak menemukan Kirana yang ia tunggu-tunggu sejak tadi. Kemudian saat Vero masih sibuk mencari dimana keberadaan Kirana, beberapa murid di kelas sedang membicarakan Kirana. Vero yang mendengar itu pun, langsung mengalihkan perhatiannya pada murid-murid lain yang sedang membicarakan Kirana.

"Aku dengar, Kirana hari ini mengantarkan Levi ke bandara," ucap seorang gadis yang tidak begitu jauh tempat duduknya dari Vero.

"Benarkah? Apakah Levi akan pindah sekolah?" sahut teman lainnya.

"Bukan hanya pindah sekolah, tetapi juga pindah tempat tinggal," jawab gadis yang memulai pembicaraan itu.

Vero yang mendengar itu pun langsung membelalakkan matanya, karena terkejut mendengar obrolan teman-teman kelasnya itu.

Namun saat itu juga, Vero langsung menarik tasnya, kemudian berlari keluar kelasnya dengan sangat terburu-buru.

Vero berlari menuju gerbang sekolah, ia bertemu dengan satpam sekolah, karena gerbang sekolah yang sudah ditutup, membuat Vero harus memanjat gerbang sekolah itu, tanpa menghiraukan teriakan satpam sekolah.

"Maaf pak, aku tidak punya waktu," ucap Vero kepada satpam, sambil menuruni gerbang sekolah yang cukup tinggi itu.

Dan kebetulan saat itu juga, taksi melewati sekolah Vero, Vero yang melihat itu pun, langsung melambaikan tangannya sambil berteriak memanggil taksi tersebut.

Taksi tersebut berhenti tepat di depan Vero, dengan sangat cepat, Vero segera masuk ke dalam mobil.

"Antar menuju bandara, pak," ucap Vero, memerintahkan supir taksi.

"Baik, tuan…." jawab supir taksi tersebut.

Taksi itu kemudian melaju, menyapu debu-debu di jalanan yang lengang.

"Bisakah lebih cepat lagi, pak?" tanya Vero, yang mulai gelisah karena takut Levi sudah benar-benar pergi.

"Baik, tuan … saya usahakan," jawab supir taksi, sambil menginjak pedal gas lebih dalam.

Beberapa menit kemudian, Vero berhasil sampai di bandara, namun ia belum tahu keberadaan Kirana dan Levi, Vero segera menyusuri bandara tersebut, mengedarkan pandangan ke sana dan kemari, dan mata Vero menangkap Kirana dan Levi yang sedang berdiri di depan tempat check-in.

Vero menghentikan langkahnya saat itu juga, ia memperhatikan Kirana dan Levi yang seperti sedang mengucapkan kalimat perpisahan.

Kemudian Vero mengepalkan tangannya, melihat Kirana dan Levi berpelukan dari jauh, namun Vero mencoba menahan emosinya, ia meredam emosinya saat itu.

Vero melihat wajah Kirana nampak sekali bersedih, melihat Levi yang Vero tidak tahu akan pergi ke mana.

Levi terlihat mengusap air mata Kirana yang baru saja jatuh dari pelupuk matanya. Vero makin mengepalkan tangannya, untuk menahan emosinya.

Vero yang penasaran dengan pembicaraan mereka pun, mendekat menuju tempat Kirana dan Levi berdiri, namun Vero membuat Kirana dan Levi tidak menyadari keberadaannya.

"Terima kasih, Kirana … karena selama ini sudah menjadi teman yang baik untukku," ucap Levi yang terdengar sangat bersedih karena akan berpisah dengan Kirana.

"Tidak perlu berterima kasih, Levi … aku sudah menganggapmu sebagai sahabatku, jadi tidak perlu mengucapkan terima kasih kepadaku, seharusnya aku yang harus berterima kasih kepadamu, karena aku terlalu sering merepotkanmu," ucap Kirana.

Levi pun tersenyum mendengar ucapan Kirana.

"Semua itu aku lakukan karena aku menyukaimu, Kirana…." ucap Levi, menyatakan perasaannya dengan jujur kepada Kirana.

Kirana yang mendengar pernyataan Levi pun, langsung membelalakkan matanya, terkejut.

"Levi…." ucap Kirana dengan ekspresi wajah yang belum percaya dengan ucapan Levi.

"Sekarang aku akan jujur kepadamu, Kirana … sebenarnya aku menyukaimu sejak dulu, namun kamu selalu menganggapku hanya sebagai teman, sehingga membuatku menyimpan semua perasaanku, agar aku masih bisa tetap bertemu dan bersamamu tanpa rasa canggung," Levi mengatakan semua perasaannya dengan Kirana, tanpa canggung sama sekali.

Membuat Kirana yang masih belum percaya dengan semua perkataan Levi pun, berkali-kali menggelengkan kepalanya.

"Maafkan aku, Levi … aku hanya bisa menganggapmu sebagai sahabatku saja," ucap Kirana dengan kepala tertunduk.

Levi tersenyum mendengar jawaban Kirana.

"Tidak apa-apa, Kirana … aku tidak akan memaksakan perasaanmu kepadaku, tapi aku sudah titipkan dirimu kepada Vero, agar dia menjagamu, karena aku sudah tidak bisa menjagamu lagi sebagai sahabatmu," ucap Levi dengan senyuman tulus di bibirnya.

Kirana yang mendengar itu pun, langsung mendongakkan kepalanya, menatap wajah Levi saat itu juga. Sementara Vero yang berdiri tidak jauh dari Kirana dan Levi pun, ikut membelalakkan matanya, mendengar ucapan Levi.

"Sekali lagi terima kasih, Levi … maafkan aku jika aku pernah berbuat salah kepadamu," ucap Kirana menatap wajah Levi yang nampak tegar, sementara Kirana tidak dapat menahan air matanya untuk turun.

"Kalau begitu, jaga dirimu baik-baik Kirana, aku akan sangat merindukanmu," ucap Levi, kemudian memeluk Kirana untuk yang terakhir kalinya.

Kirana juga membalas pelukan Levi, ia merasa kehilangan sahabatnya yang selalu membantunya itu. Namun Kirana tidak bisa berbuat apa-apa, ia hanya bisa mendoakan Levi yang terbaik di sana.

"Kamu pulang diantar oleh supirku, jika sudah sampai langsung beristirahatlah," ucap Levi dengan sangat tulus, membuat Kirana tidak rela untuk melepaskan kepergian sahabatnya itu.

Vero yang juga mendengar kata-kata manis yang Levi ucapkan kepada Kirana pun, berkali-kali pula harus menahan emosinya, ia tidak boleh emosi di sini, karena itu akan sangat fatal untuk dirinya.

"Baiklah, Levi … aku pulang, jaga dirimu di sana … semoga kita bisa bertemu lagi," pamit Kirana dengan wajah sendu.

Levi membalasnya dengan senyuman yang begitu manis. "Senyum, jangan bersedih," ucap Levi pada Kirana yang wajahnya terlihat sedih.

"Tentu, aku akan menemuimu lagi, semoga saja kita masih bisa bertemu," tambah Levi.

Kirana langsung menyunggingkan senyuman terpaksanya, karena sebenarnya ia benar-benar sedih karena ditinggal pergi oleh Levi.

Kemudian Kirana pergi bersama dengan supir Levi yang akan mengantar Kirana pulang.

Kirana melewati Vero begitu saja, tanpa sadar jika di sana ada Vero. Namun itulah yang Vero inginkan. Kirana beberapa kali, menoleh ke belakang untuk kembali melihat Levi, namun karena Levi memberi kode untuk pulang segera, Kirana langsung berjalan ke arah depan mengikuti jalannya supir Levi ke mobilnya.

Setelah Vero memastikan jika Kirana sudah benar-benar pulang, Vero segera menghampiri Levi yang hendak check-in. Vero berjalan menuju Levi yang sibuk mencari sesuatu di tas kecilnya.

"Levi…." panggil Vero, dengan tatapan penuh arti.

Levi langsung mengalihkan perhatiannya menuju suara itu, dan betapa terkejutnya Levi, saat dilihatnya Vero sudah di hadapannya.

"Vero … kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Levi, dengan ekspresi terekejut.