Tibalah waktu yang ditunggu-tunggu oleh Vero, dimana hari ini adalah hari sabtu, dan dirinya berniat untuk menjemput Kirana dengan naik bis.
Vero yang kini tengah bersiap, dengan mengenakan jaket levis berwarna abu-abu muda pun, kini berdiri di depan cermin kamarnya.
Setelah itu, Vero langsung keluar dari kamarnya, dan Bu Zenna dengan sigap langsung memanggilnya.
"Selamat pagi, tuan muda … silakan sarapan terlebih dahulu, ibu sudah siapkan sereal kesukaan tuan, dan ibu buatkan tuan muda sandwich," ucap Ibu Zenna, sambil tersenyum tulus kepada Vero.
Vero yang melihat itu pun, langsung menghampiri Bu Zenna di meja makan.
"Terima kasih, bu … sudah membuatkan aku makanan," ucap Vero dengan senyuman tulusnya.
Bu Zenna pun membalas senyum tulus Vero. "Tidak perlu berterima kasih, tuan muda … ibu memang ditugaskan untuk seperti ini oleh pamanmu," jawab Bu Zenna.
Tiba-tiba, saat Vero mendengar kata 'paman' disebutkan, ia langsung teringat dengan pamannya. Vero langsung mengambil ponsel di saku jaketnya. Ia langsung mencoba menghubungi pamannya, yang sudah beberapa hari ini belum ia dengar suaranya.
Bukan karena tidak ingat dengan pamannya, namun Vero takut menganggu fokus pamannya yang sedang bekerja.
"Selamat pagi, paman…." ucap Vero menyambut panggilan videonya diterima oleh pamannya.
"Wow! Apakah disana sudah pagi?" tanya Rudolf, yang kini sedang berada di sebuah kamar, dengan keadaan disana yang saat ini masih malam hari.
Vero mengerutkan keningnya sejenak. "Apakah disana masih malam paman?" tanya Vero.
"Iya, Vero … disini malam, paman juga baru saja akan tidur, tetapi kamu menelpon," jawab Rudolf dengan menampilkan senyuman di wajahnya yang tertera pada layar ponsel Rudolf.
"Apakah aku mengganggumu paman?" tanya Vero dengan nada bersalah.
"Tidak, Vero … paman juga merindukanmu, maaf jika paman tidak sering menghubungimu, paman sangat sibuk disini," ucap Rudolf.
"Tidak apa-apa paman … apakah paman sudah makan?" tanya Vero, menatap wajah pamannya di layar ponselnya.
"Sudah, Vero … tapi paman tidak begitu selera dengan makanan disini," jawab Rudolf.
"Ya … meskipun begitu, paman harus tetap makan," ucap Vero.
Rudolf terlihat mengembangkan senyumannya, matanya menjadi berkaca-kaca karena mendapat perhatian dari keponakan kesayangannya.
"Apakah kamu akan sarapan?" tanya Rudolf.
Vero hanya menganggukkan kepalanya.
"Ya sudah kalau begitu, makanlah yang banyak, jangan sampai paman pulang, badanmu kurus kering tidak berisi," Rudolf memberikan nasihatnya melalui candaan, sehingga membuat Vero lebih mudah menerimanya.
"Baik, paman … selamat beristirahat," ucap Vero pada pamannya.
Rudolf tersenyum pada Vero dengan penuh kasih sayang.
"Iya, Vero … kalau begitu, kita sambung lagi nanti," ucap Rudolf.
Vero hanya mengangguk setuju mendengar ucapan pamannya, yang akan mengakhiri sambungan teleponnya itu.
Kini, Vero meratapi layar ponselnya yang sudah tidak nampak wajah pamannya.
"Tuan muda … silakan sarapan, makanannya akan dingin jika tuan tidak makan," ucap Bu Zenna mencoba mengalihkan perhatian Vero.
Benar saja, Vero langsung mengalihkan pandangannya menuju Bu Zenna yang kini tersenyum pada Vero.
Vero kemudian membalas senyuman Bu Zenna, lalu perlahan melakukan kegiatan sarapan yang tadi terjeda.
Setelah menyelesaikan kegiatan makannya, Vero langsung berpamitan dengan Bu Zenna untuk menjemput Kirana.
"Aku akan menjemput Kirana, bu … tolong jaga rumah," pamit Vero pada Bu Zenna dengan sopan.
"Baik, tuan muda … hati-hati di jalan, apakah tuan akan diantar oleh supir?" tanya Bu Zenna.
"Tidak, bu … aku akan naik bis saja," jawab Vero.
Bu Zenna hanya menganggukkan kepalanya paham.
Kemudian Vero meninggalkan rumahnya, dan menunggu bis yang menuju rumah Kirana di halte bis yang tidak jauh dari rumahnya.
Setelah mendapatkan bis, Vero menikmati perjalanan, dengan membuka sedikit kaca jendela bis, sehingga membuat udara segar masuk menggelitik.
Sesampainya Vero di depan rumah Kirana, Vero melihat mobil Levi terparkir di depan rumah Kirana. Membuat Vero merasa kecewa saat itu juga.
Vero melihat Kirana dan Levi sedang mengobrol di teras rumah Kirana, sehingga semakin membuat Vero terbakar api cemburu.
Saat itu juga, Vero langsung pergi menuju halte terdekat dari rumah Kirana, ia mengurungkan niatnya untuk menemui Kirana sekaligus menjemputnya untuk ke rumahnya.
Wajah Vero seketika berubah menjadi sangat kecewa, marah dan tidak suka, karena melihat kejadian tadi.
Setelah menunggu beberapa lama, Vero mendapat bis yang menuju arah rumahnya, tanpa pikir panjang, Vero langsung naik ke bis tersebut, dan kembali ke rumahnya dengan perasaan kecewa, marah, cemburu yang bercampur aduk menjadi satu.
Pak Renald yang melihat Vero kembali tidak bersama dengan Kirana pun, mengerutkan keningnya.
"Maaf tuan muda, kenapa nona Kirana tidak ikut bersama tuan?" tanya Pak Renal dengan sangat hati-hati, karena melihat wajah Vero yang seperti macan yang ingin menerkam mangsanya.
Namun Vero tidak menjawab pertanyaan Pak Renald, ia hanya melewati supirnya itu begitu saja dan saat masuk ke rumah, Vero juga bertemu dengan Bu Zenna, ia kembali ditanyai oleh Bu Zenna, dengan pertanyaan yang sama seperti Pak Renald tadi.
"Maaf tuan muda, kenapa nona Kirana tidak ikut bersama tuan?" tanya Bu Zenna dengan perasaan was-was, karena kini wajah Vero terlihat memerah, seperti menyimpan kemarahan.
Lagi-lagi Vero hanya melewati Bu Zenna tanpa menjawab pertanyaannya, ia langsung menuju kamarnya.
Sesampainya di kamar, Vero langsung menatap dirinya pada cermin besar di kamarnya, kemudian dengan sangat keras, Vero berteriak.
"Arghhh!!!" teriak Vero, sampai Bu Zenna yang sedang di dapur pun, dapat mendengar teriakannya.
Saat Bu Zenna, akan menghampiri Vero di kamarnya, terdengar suara bunyi bel, sehingga membuat Bu Zenna harus mengurungkan niatnya untuk memastikan keadaan Vero.
Saat Bu Zenna membuka pintu, dilihatnya Kirana dan satu teman laki-laki yang juga seumuran dengannya berdiri di depan pintu sambil tersenyum pada Bu Zenna.
Bu Zenna yang melihat Kirana datang bukan bersama dengan Vero pun, membalas senyuman penuh kebingungan.
"Nona Kirana … apakah tadi nona tidak bertemu dengan tuan muda?" tanya Bu Zenna.
Kirana yang mendapat jawaban itu pun, langsung mengerutkan keningnya bingung.
"Bertemu dengan tuan muda, maksud ibu, Vero?" tanya Kirana dengan wajah bingungnya.
"Iya, nona … karena tadi tuan muda ke rumah nona Kirana, untuk menjemput nona kemari," jelas Bu Zenna.
Vero yang mendengar kebisingan di luar pun, keluar dari kamarnya, untuk memastikan apa yang sedang terjadi.
"Ada apa bu, ribut-ribut?" tanya Vero.
Kemudian Vero melihat Kirana sudah berada di rumahnya, dan ia juga datang bersama dengan Levi, sehingga membuat emosi Vero yang tadi sudah mulai hilang, kini kembali naik saat melihat Kirana datang bersama dengan Levi.
"Kirana … kenapa kamu kemari? Bukannya kamu sedang bersenang-senang dengan Levi tadi di rumahmu?" tanya Vero dengan ketus.
Kirana yang merasa tersindir dan paham jika Vero sedang marah padanya pun, mencoba menjelaskan kejadian yang sebenarnya terjadi kepada Vero.
"Bukan begitu Vero," sangkal Kirana.
"Lalu seperti apa yang sebenarnya?" tanya Vero sambil menatap wajah Levi dengan penuh ketidaksukaan.
"Vero … kenapa kamu marah pada Kirana?" tanya Levi, mencoba membela Kirana yang menurutnya tidak bersalah.
"Itu karenamu, seharusnya Kirana kemari denganku, tapi kamu malah datang ke rumah Kirana," jawab Vero dengan kesal.
"Tapi kita semua berteman, Vero … lalu kenapa kamu marah jika aku menjemput Kirana?" tanya Levi.
Vero menatap wajah Kirana yang kini memasang ekspresi bersalah dan penyesalan, sementara Levi, memasang wajah penuh penasaran kepada jawaban Vero.
Vero menatap Levi sengit, sehingga membuat Levi merasa aneh dengan Vero.
"Kenapa, Vero … ada apa sebenarnya denganmu?" tanya Levi lagi, karena Vero belum menjawab pertanyaannya.
Terjadi pertarungan tanpa berkelahi disana, sedangkan Kirana yang menjadi objek yang direbutkan hanya dapat terdiam, melihat kejadian itu.
"Itu karena harusnya Kirana milikku," ucap Vero singkat dan jelas.
Kirana yang mendengar itu pun, langsung mengalihkan pandangannya menuju Vero. Tidak terkecuali Levi yang juga terkejut mendengar pernyataan Vero.
"Kirana … sekarang aku akan bertanya kepadamu, kamu akan memilih aku atau Levi?" tanya Vero dengan penuh emosi.
Sedangkan Kirana yang mendengar ucapan Vero yang bertubi-tubi membuatnya terkejut pun, hanya terdiam dan memperhatikan wajah kedua laki-laki yang ada di depannya.
Kirana yang bingung harus menjawab pertanyaan Vero, yang menurutnya sangat sulit untuk dipilih salah satu.
"Vero … kita semua teman, jadi aku tidak bisa memilih antara kamu atau Levi," jawab Kirana, menatap Vero dengan wajah pasrah.
"Kalau begitu … sekarang, kalian boleh pergi bersenang-senang sesuka kalian," ucap Vero, kemudian masuk ke dalam rumahnya lagi, meninggalkan Kirana dan Levi yang masih tertegun di depan pintu rumah Vero.
Vero benar-benar mengusir Kirana yang tidak menjawab pertanyaannya sesuai dengan jawaban yang ia inginkan.