Vero yang meninggalkan Kirana begitu saja, membuat Kirana menundukkan kepalanya frustasi, karena ia tidak tahu lagi, apa yang harus ia lakukan saat ini.
Kirana membenturkan kepalanya ke meja yang ada di depannya, berulang kali ia membenturkan kepalanya, tanpa mengeluh kesakitan.
Kini di ruang kelas itu, tinggal Kirana saja, murid lain sudah keluar dari ruang tersebut sejak tadi.
Kirana yang sejak tadi membenturkan kepalanya di meja pun, masih terus melakukan hal tersebut, sampai saat keningnya tertahan oleh telapak tangan yang baru saja terpasang di mejanya.
"Ada apa Kirana? Kenapa kamu tampak begitu frustasi?" tanya Levi, bingung.
Kirana yang mendengar pertanyaan itu pun, langsung mendongakkan kepalanya, seraya untuk memastikan apakah itu benar-benar Levi.
"Levi…." ucap Kirana dengan suara yang lemas.
Levi menatap Kirana penuh khawatir, sebab wajah Kirana begitu terlihat frustasi.
"Ada apa Kirana? Katakan kepadaku," ucap Levi.
Kirana mengembuskan napasnya, kemudian kembali menundukkan kepalanya.
"Sepertinya Vero benar-benar marah besar kepadaku, sampai-sampai ia tidak mau berbicara lagi denganku," ucap Kirana, dengan kepala yang tertunduk frustasi.
"Apa kamu sudah mencoba untuk menjelaskan kepadanya, perihal kejadian di taman belakang tadi?" tanya Levi.
Kirana hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan Levi. Rasanya Kirana sudah tidak bisa berkata-kata apa lagi, pikirannya dipenuhi oleh Vero yang masih marah kepadanya.
Levi yang melihat keadaan Kirana saat itu pun, menjadi tidak tega dengan Kirana dan sangat mengkhawatirkannya.
"Kalau begitu, biar kamu ku antar pulang, karena akan sangat berbahaya jika kamu pulang sendiri dengan berjalan kaki," ucap Levi, sekaligus membujuk Kirana agar mau diantar olehnya untuk pulang.
Tidak seperti biasanya, Kirana langsung mengiyakan ajakan Levi. Levi cukup kaget mendapat jawaban yang ia inginkan dengan begitu mudah dari Kirana.
Namun, Levi berpikir, jika Kirana sepertinya memang sedang sangat lelah, sehingga membuatnya langsung mengiyakan ajakannya untuk mengantarnya pulang.
"Kalau begitu, ayo kita pulang," ajak Levi.
Kirana mendongakkan wajahnya, menatap Levi yang sejak tadi berdiri di depan Kirana.
Kemudian Kirana langsung ikut beranjak dari tempat duduknya, dan menuju ke gerbang sekolah bersama Levi.
Dan tidak disangka juga, Kirana dan Levi sampai di gerbang sekolah, saat Vero baru saja masuk ke mobil yang menjemputnya, sehingga Vero masih dapat melihat kejadian bahwa Kirana pulang bersama dengan Levi.
Vero memicingkan matanya, setelah melihat pandangan yang membuatnya makin terbakar oleh api cemburu, namun Kirana dan Levi tidak menyadari jika Vero masih melihat mereka.
Mobil Vero melaju begitu saja, meninggalkan Kirana dan Levi yang baru saja keluar dari kelas.
"Silakan masuk Kirana," ucap Levi pada Kirana, sembari membukakan pintu mobil untuk Kirana.
Kirana tersenyum terpaksa, mendapat perlakuan baik dari Levi. "Terima kasih, Vero," ucap Kirana dengan tanpa sadar salah menyebutkan nama, seraya masuk ke dalam mobil Levi.
Levi yang mendengar nama Vero disebut oleh Kirana pun, hanya menggelengkan kepalanya pasrah. Akhirnya Levi pun juga masuk ke dalam mobilnya, untuk mengantar Kirana pulang ke rumah.
Setelah mengantar Kirana dengan selamat, Levi tidak langsung pulang ke rumahnya.
"Pak, tolong antar aku ke rumah temanku terlebih dahulu," ucap Levi meminta tolong kepada supirnya.
"Baik, tuan," jawab supir Levi.
Kemudian Levi menuju rumah temannya.
Dan setelah kurang lebih tiga puluh menit Levi berada di perjalanan, kini ia sudah sampai di rumah temannya itu.
Levi memasuki pelataran rumah tersebut, dengan membuka gerbangnya perlahan, kemudian ia bertemu dengan supir sekaligus penjaga rumah itu.
"Maaf, tuan … sedang mencari siapa?" tanya laki-laki paruh baya itu.
Levi memperhatikan rumah yang ditujunya itu. Kemudian Levi kembali menatap laki-laki yang ada di hadapannya itu.
"Apakah Vero ada di dalam, pak?" tanya Levi.
"Ada, tuan … apakah tuan ini teman tuan Vero?" tanya Pak Renald.
Ya, benar saja, Levi ternyata mengunjungi rumah Vero untuk bertemu dengan Vero.
Kemudian Levi menganggukkan kepalanya dengan sopan, seraya memperhatikan rumah Vero yang pintunya tertutup rapat.
"Apakah aku boleh bertemu dengan Vero, pak?" tanya Levi dengan sopan.
Pak Renald yang tidak mengetahui sedang terjadi masalah dengan Vero pun, hanya tersenyum mendengar pertanyaan Levi.
"Tentu saja boleh, tuan … apa lagi tuan muda ini teman tuan Vero," jawab Pak Renald dengan senyuman lebar yang menghiasi wajahnya.
Levi menganggukkan kepalanya, sambil tersenyum membalas senyum ramah Pak Renald.
"Apakah, tuan muda ini juga teman nona Kirana?" tanya Pak Renald memastikan.
Levi kembali menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Pak Renald.
"Kalau begitu, silakan langsung saja ketuk pintunya tuan muda, nanti Bu Zenna akan membukakan pintu untuk tuan," ucap Pak Renald, mempersilakan Levi untuk langsung menuju pintu rumah.
"Terima kasih, pak," ucap Levi sambil tersenyum tulus.
Kemudian Levi berjalan perlahan menuju pintu rumah Vero. diketuknya pintu rumah Vero, dan tidak butuh waktu lama, pintu itu langsung dibuka dengan Vero, ya, dengan Vero, itu karena Bu Zenna sedang sibuk mengurus kegiatan rumah.
Vero yang melihat Levi ada di hadapannya kini pun, langsung berusaha menutup kembali pintu rumahnya. Namun Levi berhasil mencegahnya, sehingga terjadi persaingan sengit dalam mempertahankan pintu untuk tetap terbuka atau tertutup.
Sambil menahan pintu agar tidak ditutup oleh Vero, Levi mencoba membuat Vero mau mendengarkannya.
"Tunggu Vero … jangan pergi dulu, aku ingin bicara denganmu sebentar," ucap Levi menahan Vero yang hendak menutup pintu rumahnya.
"Apa yang kamu pikirkan tentang Kirana itu semua salah, dan aku mohon jangan membuat Kirana terus bersedih karena kamu marah kepadanya," ucap Levi, mencoba menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi.
"Aku tidak peduli!" jawab Vero ketus, dengan terus berusaha menutup pintunya.
"Vero aku mohon, beri aku waktu lima menit untuk menjelaskan semuanya, namun aku mohon kita perlu bicara secara baik-baik," ucap Levi meminta kepada Vero.
Akhirnya Vero melepaskan tangannya yang sejak tadi mempertahankan pintu agar tidak bertemu dengan Levi.
Vero membuka pintunya, kemudian duduk di sofa ruang tamunya, dan memberi kode kepada Levi untuk duduk pula.
Levi pun langsung ikut duduk di sofa yang ada di ruang tamu Vero.
"Vero … sebenarnya aku ingin mengatakan yang sejujurnya kepadamu," ucap Levi mengawali pembicaraan seriusnya dengan Vero.
"Sebenarnya … aku menyukai Kirana ... namun, aku tahu jika Kirana hanya menganggapku sebagai teman biasa, dan aku menyadari itu," ucap Levi menjelaskan.
Vero yang mendengar pernyataan jujur dari Levi pun, refleks membelalakan matanya. Ia tidak menyangka jika Levi akan mengatakan hal itu kepada dirinya.
"Dan aku ingin sampaikan kepadamu, jika Kirana sangat frustasi saat kamu tidak mengajaknya bicara, ia menceritakan semua hal tentangmu dan cerita pribadimu kepadaku, bukan untuk menjatuhkanmu, tapi ia ingin aku tahu jika kamu memiliki alasan untuk bersifat seperti itu," ucap Levi .
Sedangkan Vero hanya terdiam mendengar penjelasan Levi.
"Dan kamu juga bisa memiliki Kirana dengan seutuhnya setelah aku mengatakan semua ini," ucap Levi dengan wajah yang begitu serius.
Membuat Vero hanya terdiam, dan tidak dapat berkata apa pun.
"Setelah aku mengatakan semua ini, kamu tidak boleh marah lagi kepada Kirana, karena aku tidak rela jika melihat gadis yang aku sukai bersedih," ucap Levi.
Namun Vero masih tetap diam tidak berkutik, mendengar bertubi-tubi ucapan dan penjelasan Levi.
"Jika kamu masih marah kepadanya, dan tidak mau memaafkannya, aku akan membuat Kirana jatuh ke pelukanku," ancam Levi dengan nada yang begitu serius.
Vero langsung membelalakkan matanya saat mendengar ancaman Levi.
"Aku harap, setelah ini kamu bisa membuat hari-hari Kirana lebih bahagia dari sebelumnya, dan tentu saja bisa menjaganya," ucap Levi kepada Vero, dengan sangat tulus, meskipun hatinya terasa tersayat-sayat saat itu juga, namun demi gadis yang ia cintai, ia tidak bisa berbuat apa-apa kecuali merelakan dirinya bersama orang yang ia sukai.
Setelah selesai mengatakan semua kepada Vero, Levi tersenyum kepada Vero, dan berniat untuk berpamitan kepada Vero.
"Kalau begitu, terima kasih atas waktunya, maaf jika aku tadi memaksamu untuk bicara denganku," ucap Levi.
"Aku pulang, terima kasih," pamit Levi.
Sedangkan Vero hanya terdiam melihat kepergian Levi dari pandangan matanya.