" Oh Hallo..." Savana langsung merubah wajahnya dengan senyum manis. Gase sedikit bergidik ngeri. Gimana nggak coba, rombongannya sekarang penuh dengan peri-peri manis tapi sebenarnya sangat menakutkan.
" Aku Savana...salam kenala untuk semuanya." Hanya Sahara yang menghampiri Dewi duyung itu lalu memeluknya.
" Aku sangat merindukanmu..."
" Oh aku juga Sahara, tapi sebaiknya kalian segera pergi dari sini. Anak-anakku di dalam sangat lapar nanti mereka bisa menelan kalian." Tersenyum manis tanpa dosa. Padahal yang diucapkannya bukan hal remeh yang lucu atau menyenangkan.
" Azhura.." Sahara memberi isyarat, bahwa mereka harus segera pergi.
Semua kembali ke tepi dan mereka bergerak ke arah pulang. Sebelumnya semua sangat hening karena emang lagi terhanyut dengan pikiran masing-masing, tapi tiba-tiba Azhura yang berada paling depan berbalik, bola matanya berubah menjadi ungu gelap.
" Aku sudah putuskan...aku harus melakukan tugas sejatiku. Pengorbanan."
" Pengorbanan?" Oska tidak mengerti tapi perasaannya mengatakan akan terjadi hal buruk.
" Hanya ini satu-satunya cara Oska, aku harus menggantikan kematian Dave agar kesedihan Arest hilang."
" Apa bisa seperti itu? Bukankah Azhura tidak bisa menghidupkan orang lain selain Arest?" Aron
" Jika langsung menghidupkan tidak, tapi jika itu dilakukan untuk Arest maka bisa." Thunder
" Tapi apakah ini tidak terlalu dini? Kekuatan besar mu dikorbankan bahkan saat perang belum di mulai." Illo
" Memang apa masalahnya, bukankah dia bisa hidup kembali saat Arest dalam bahaya?" Alpha
" Bukan hanya bahaya tapi nyaris mendekati kematian...." Venus
" Dan jika itu tidak terjadi maka Azhura tidak mungkin akan kembali." Zerro
" Wah sepertinya kalian sangat tau banyak ya?" Oska sedikit heran sekaligus emosional. Mereka dibesarkan ole Guardian yang berbeda tentu dengan cara yang berbeda pula, tapi kenapa mereka itu? Hyeka, Thunder beserta kelompoknya serta Zerro begitu mengetahui banyak hal. Bisa dibilang mereka sangat memahami situasi lebih baik dari Chaterine sekalipun, tapi kenapa pengasuh nya tidak memberikan informasi apapun selain takdirnya sebagai controller yang dihapus ingatannya.
" Azhura..apa sebaiknya kau tidak memberitahu kak Arest dulu?" Gase
" Azhura kau tidak perlu mengorbankan dirimu..." Gecha
" Ya Gecha benar, apa yang dikatakan Illo juga benar. Ini terlalu pagi untuk sebuah pengorbanan, bahkan kita belum bertemu anak buah Evost sama sekali."
" Tapi Arest bisa mati. Dia ditinggalkan dua orang yang sangat dicintainya sekaligus, dia sedang sekarat. Sakit ini hampir tidak bisa ditanggungnya, dia seperti kehilangan sandaran dan sangat rapuh. Percayalah dia tidak akan pulih, Dave sudah jadi jantungnya. Saat kau kehilangan organ yang satu itu selesai sudah."
" Azhura...oh..entahlah...kenapa kita terus berharap kepada si lemah itu. Terus membicarakannya, melindungi, padahal dia sangat lemah. Kenapa harus dia, kenapa tidak kita saja melawan Evost dan mengakhiri semuanya?" Oska
" Kak.." Alpha memberi isyarat, meminta Oska mengingat bagaimana Arest pernah menyelamatkan mereka.
" Itu juga yang ingin aku tanyakan sejak dulu." Illo tersenyum meremehkan
" Huuh..jangan dengarkan Oska ya..si payah itu memang tidak berperasaan." Lexy, sekonyong-konyong muncul menggantikan Oska.
" Kau setuju denganku kan Lexy?" Azhura
" Oh sayang hentikan. Aku percaya kau melakukan tindakan tepat, dan kau akan kembali dengan cepat." Lexy
" Tidak Azhura...kau tidak boleh melakukannya. Kenapa kau begitu bernafsu untuk sesuatu yang tidak perlu." Oska memberi tatapan kebencian.
" Oska kalian tidak mengerti, Arest bukanlah seperti yang kalian pikir. " Azhura berjalan mundur karena tatapan Oska itu.
" Apa yang sebenarnya membuatmu sangat marah dan membencinya Oska? Lexy saja bisa melihat Arest hingga ke dalamnya, kenapa kau tidak bisa?"
" Bukankah kau sangat tau tentang apa saja yang terjadi di bumi ini, harusnya kau tau apa yang sudah dilakukan Arest padaku."
" Juga pada kami." Thunder
" Tapi lebih baik aku perjelas di sini, dia memilih anak untuk menjadi Controller sesukanya. Yang salah satunya adalah aku, kemudian aku terpisah dari keluargaku bahkan seluruh ingatanku tentang mereka. Bisa kau bayangankan? Kau terpisah dari keluargamu tanpa mengetahui siapa mereka sementara kau memiliki rasa rindu untuk mereka, orang yang tidak kau ketahui siapa bahkan wajah atau namanya."
" Oska." Entah kenapa Sahara terlihat sangat marah begitu juga dengan Savana. Mata mereka berubah terang berwarna Hijau tua. Zerro hingga mengendalikan waktu untuk menahan amarah Sahara tapi kemudian Azhura mematahkan kekuatan Zerro dengan satu jentikan jari. Waktu kembali berjalan normal, sebenarnya saat itu Zerro terkejut dengan cara Azhura menghentikan waktu tadi tapi pengendali waktu itu berniat membiarkannya dulu
" Apa tadi itu Kak ...Zerro?" Aron, Zerro yang ditanya hanya tersenyum.
" Tenangkan dirimu Sahara ini belum saatnya." Zerro
" Baik, sebenarnya aku tidak ingin mengatakannya. Tapi karena kalian begitu sangat membencinya maka akan aku jelaskan takdir yang sebenarnya tidak kalian ketahui dengan baik." Bola mata Azhura berubah hijau terang seperti milik Sahara tadi, yang menandakan emosinya tidak sedang dalam kondisi baik. Bisa dibilang peri cantik itu sedikit marah.
" Controller tidak dipilih atas kemauan Arest, Rajaku hanya menyebarkan kekuatannya yang hanya akan masuk kepada anak berhati murni. Anak yang terus berdoa siang dan malam meminta kepada Tuhan agar dirinya di bebaskan, keluarganya dilindungi, anak yang terus berdoa kapan perang ini akan berakhir." Semua terdiam mendengar keterangan Azhura baik-baik.
" Anak itu menangis, memohon agar dirinya bisa melakukan sesuatu untuk melindungi keluarganya. Yang salah satunya adalah kau Oska. Kau yang meminta untuk dipilih, kau yang meminta untuk memutuskan hubunganmu dengan keluargamu agar mereka tidak dalam bahaya. Karena saat kau melawan Evost kau sendiri menyadari pentingnya menyimpan mereka dalam rahasia agar tetap selamat."
" Kau bohong kan? Azhura..." Oska bergetar
" Semua dari kalian adalah si pemohon kecuali Zerro, dia lahir dari kekuatan itu sendiri. Ironik kan?" Savana, tertawa kecil tiba-tiba.
" Atas keinginan mu itulah Arest mengahapus ingatan kalian, agar kalian tidak terluka. Tidak merasakan kehilangan keluarga, tidak merasakan sakitnya rindu dengan orang yang bisa kau temui namun demi keselamatannya kau harus menahan diri dan tetap diam ditempatmu. Bagaimana ketidakberdayaanmu, saat mereka yaitu keluarga merindukanmu dan meratap setiap harinya agar kau kembali, sementara jika menemui mereka Evost bisa menemukannya. Menyiksanya, atau bahkan membununuhnya, itu kenapa ingatan kalian dihapuskan begitu juga ingatan keluarga kalian. Tapi Arestku berbeda...dia tidak punya pilihan seperti kalian." Mata Azhura berangsur memudar berganti ke warna ungu pucat.
" Dia tidak bisa melupakan apapun, dia menanggungnya. Menanggung semua ingatan, tanggung jawab bahkan menanggung untuk menjadi orang yang bisa disalahkan." Azhura, Oska dan yang lainnya terdiam. bahkan Thunder tidak bisa mengatakan apapun selain tertunduk penuh rasa bersalah. Perlahan air merayap pasti memenuhi pandangan mata Oska, dia merasa sangat lemah. Lelaki yang berwajah Pangeran itu berlutut lalu menangis terduduk.
" Jadi bagaimana bisa kalian bersikap seperti itu pada Rajaku." Azhura
" Okeee..sudah cukup dramanya kan? Bisa kita lanjutkan perjalanan?" Savana tersenyum ceria tanpa beban
" Uaaaaaaa..." Lagi-lagi Savana tertawa ceria begitu sampai di rumah para Controller lalu mendapati wajah Dave yang sedang tertidur. Ia mengamatinya dengan cermat tanpa berkedip, dalam waktu 3 detik Savana sudah jatuh cinta dengan wajah es itu.
*****
" Haarrrrrrggghhh..." Sena, si harimau putih yang sangat menyayangi Arest berulang kali mengaum karena hawatir, dia minta Arest segera bangun membuka matanya.
Sena terus-menerus menyentuh Arest dengan kepalanya, mirip seperti peliharaan manja terhadap tuannya. Dia terlihat sedih karena melihat kondisi Arest yang semakain lemah, Sena pun ikutan tidak makan untuk menemani Raja Arya itu di sisi Dave. Dan selama itu pula Sena terus mendekap Arest dalam pelukannya.
" Oh Sena..." Azhura mengelus Raja bangsa Sevis itu, dia sangat berterimakasih Sena bersedia menemani Arest.
" Kau pasti sangat hawatir ya?" Sena membalas pertanyaan Azhura dengan auman
Azhura kemudian beralih duduk di samping Arest, saat mengelus rambut pria tampan itu air mata Azhura jatuh mengenai pipi Arest. Kulit Arest yang semula pucat tampak mulai kembali merona tanda tubuhnya ikut membaik meski tidak sepenuhnya pulih. Hal itu juga membuat Arest terbangun.
Saat mendapati muka Azhura yang terlihat sangat putus asa hingga menangis, Arest seperti bangun dari mimpi. Dia segera menyadari kesalahannya, bahwa telah sangat berdosa terhadap Azhura. Peri setia yang akan melindunginya, tapi Arest telah megabaikannya beberapa hari malahan sejak Azhura muncul untuk pertamakalinya.
" Apakah itu sangat sakit? Apa Dave seberarti itu, hmmm?" Mata Azhura langsung dibanjiri airmata. Kedua alisnya bahkan mengernyit sedih, seolah meminta penjelasan atas tindakan egois Arest ini.
Entah karena memang sudah jadi takdir yang ditentukan, atau karena kekuatan luar biasa Azhura. Arest bisa merasakan perasaan nyaman seolah mereka berdua telah kenal lama, juga memiliki hubungan yang dekat. Raja Arya itu tidak segan meraih pipi Azhura dengan kedua tangannya. Arest juga dengan lembut mengusap kedua bulir airmata peri cantik itu sebagai tanda penyesalannya.
" Azhura..A..aku minta maaf." Arest menggeleng-geleng bingun lantara bingung plus ngerasa bersalah banget. Meski mukanya masih pucat dan bibirnya juga sedikit kering.
" Jika memang Dave bisa membuat mu kembali, aku akan menggantikannya. Karena jika dia tidak kunjung menemukan peri pelindungnya maka dia semakin sulit untuk hidup kembali."
" Azhura tolong, aku tidak ingin kehilangan siapapun lagi. Sekarang hanya kamu...hanya kamu satu-satunya yang aku miliki, satu-satunya orang yang terikat darah denganku hanya kamu Azhura jadi tolong..." Azhura buru-buru mengusap airmatanya.
" Anda terlihat begitu terlukanya hingga tidak menyambutku saat pertama kali menyentuh bumi. Bahkan anda juga tidak tersenyum" Azhura bersikap manja, menggemaskan sekali tapi dia masih sedih.
" Jadi bukankah lebih baik jika Dave kembali, anda bisa segera pulih dan kembali memenuhi takdir anda. Bahkan Dave bisa kembali mendampingi dan membantu anda..." Arest menempelkan dahinya ke dahi Azhura sambil tertunduk.
" Azhura...tidak. Mulai sekarang aku akan bersikap kuat dan menghadapi kentayaan, maaf sudah membuatmu hawatir...maaf...maaf aku sudah bersikap seperti orang bodoh. Aku janji akan temukan caranya membauy Hyung kembali, percaya padaku hmmm..?"
" Anda tau rajaku..." Tiba-tiba Azhura tersenyum seperti kelinci yang sangat bahagia.
" Tidak ada peri pelindung yang boleh jatuh cinta pada Controllernya, tapi pertamakali aku melihat matamu aku sudah jatuh cinta..." Azhura mengecup lembut pipi Arest yang masih tercengang hebat sekaligus ga ngerti dengan apa yang diiucapkan Azhura barusan.
" AZHURA!" Arest berteriak membuat semua orang datang menghampirinya.
" Azhura?" Saat Oska tiba, peri yang sudah mencuri hatinya itu semakin memudar. Dan dapat dipastikan dia akan pergi tanpa jaminan akan kembali. Dalam diamnya Oska melakukan telepati yang dijawab Azhura dengan telepati juga
" Kenapa Azhura, kenapa kau melakukannya?" (Telepati)
" Karena aku tercipta untuk Arest?"
" Kenapa kau tidak tercipta untukku?"
" Karena jika harus memilihpun aku ingin tercipta untuknya." (Masih telepati)
" Dia tidak akan kembali." Semua kembali tercengang hebat, selain karena Sevana datang tiba-tiba, juga karena ucapannya yang buat sesak napas. Siapa yang tidak bisa kembali, Dave atau Azhura?
" Sevana." Sahara memberi tatapan memohon, hanya mereka berdua yang tau apa artinya itu.
" Oh baiklah. Ingat jika yang terbaring itu bukan sitampan itu maka aku tidak akan mau."
" Bisa lebih cepat sedikit?" Zerro
" Oh Tuhan." Sevana, Dewi duyung itu melirik ke arah Illo yang artinya lama banget sih nagkepnya?
" Apa?" Illo
" Air Illo, bisa cepat sediit atau Azhura tidak akan kembali." Zerro. Sekarang giliran Arest yang terperangah hebat karena baru sadar situasi yang dia hadapi. Dia takut, takut sekali. Benarkah Azhura tidak bisa kembali.
Illo menggerakkan tangannya dengan malas, sebenarnya dia tau sejak awal klo dewi duyung itu ingin berubah ke bentuk aslinya jadi dia butuh air. Air itu terlihat dangkal, tapi saat Sevana terjun kedalamnya, tubuh dewi duyung cantik itu sepenuhnya tenggelam. Diikuti dengan Sahara yang berubah seperti sebelumnya, bermata hijau kebiruan yang artinya dia sedang mengeluarkan kekuatannya. Si Peri pengendali makhluk magis.
" Invantro." Ada karisma yang berbeda saat Sahara mengucapkannya. Peri pemalu itu berubah ke kesan tangguh dan kuat. Sevana melompat ke udara dengan ekor super indah. Tubuhnya berubah menjadi air 100%, yang kemudian menyapu Azhura dan Dave. Terakhir dia meluncur dari atas dan menembus jantung Dave, menciptakan bentuk air yang sangat cantik.
Semua menahan napas dan menunggu apa yang terjadi, jujur aja ngeliat kedua teman mereka terbalut air dan tidak bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi, ngebuat perasaan harap-harap cemas. Air yang membungkus tapi mengalir ke bawah perlahan dan diserap oleh tanah. Azhura berubah menjadi daging kenyal berbentuk oval seukuran telur dan dipenuhi kerlip indah, memiliki mata imut layaknya manusia. Kristal itu melayang ke udara dan menghampiri pipi Arest seraya mengeluarkan suara imut. Dia menangis lebih pilu dari sebelumnya, satu lagi dia kehilangan orang yang disayanginya.
" Simpan itu Arest, lindungi dia seperti dia melindungimu. Kristal itu akan tumbuh seperti bayi di dalam kandungan. Dia akan lahir kembali saat waktunya tiba dengan ingatan yang sama. Berhentilah hawatir." Zerro. Kabar baik sebetulnya, tapi Arest masih tetap sedih.
" Lalu bagaimana dengan Kak Dave?" Aron terpaku karena tubuh Dave tidak menunjukkan reaksi apapun, sekarang sudah 3 menit berlalu.
"Kak..." Gase mendekati Dave lalu menggenggam tangannya. Dia yakin Dave membuka matanya.
Sudah 30 menit berlalu, Dave masih menutup matanya rapat. Semua mulai menyerah dan merelakan, mereka sudah berusaha sangat keras. Meski tidak memperoleh hasil yang diharapakan, setidaknya tidak ada penyesalan. Arest berdiri, terlihat tegar meski sambil tertunduk.
" Ini sudah cukup." Mendadak Arest bisa memecah keheningan
" Kita harus kembali untuk mengahadapi kenyataan. Aku akan menyusun strategi untuk mengalahkan Evost, jika ada yang ingin bergabung aku tunggu di ruang tengah. Jika ada yang keberatan silakan tinggalkan rombongan ini. aku tidak akan memaksa siapapun tinggal disisiku." Asli merinding, punggung Arest terlihat lebih cakep dari biasanya. Seolah Raja yang sangat disegani sedang bicara dengan mereka. Serius, Hyeka malah sempat menelanludah karena takut.
" Jangan lakukan itu lagi Arest, kau tampak menakutkan." Semua sudah nyaris meninggalkan kamar pengendali Es itu, tapi segera berbalik karena suara barusan.
*****