Takdirnya telah ditentukan
Dia yang tercantik sekaligus yang terpilih
Dia yang memiliki kekuatan yang terkubur dalam
Dia Ratu yang akan merobek takdirmu
Dia yang mengasihi tapi juga melukai
*****
" Arest, mendekat lah."
" Anda siapa?"
" Kesinilah sayang. Jangan takut."
" Bagaimana anda tau namaku? Dan mengenali wajahku?"
" Kesinilah Arest. Peluk zhzhhzxxy.." bersuara tidak jelas
" Aaaa."
" Arest kau tidak apa-apa?" Dave langsung terjaga begitu denger teriakan Arest yang wajahnya udah sepucat kapas. Azhura kecil sampai panik dan terus berputar lalu mengelus pipi Arest. Arest memeluk nya.
" Ouh..entahlah."
" Kau mimipi buruk?"
" Tidak sebenarnya, aku hanya bermimpi bertemu seorang wanita. Dia mengenaliku dan memintaku mendekat."
" Apa kau mengenalinya? Siapa dia? Apa wajahnya menyeramkan?"
" Tidak, aku tidak mengenalnya. Wajahnya juga tidak menyeramkan tapi ouh..entah kenapa aku ingin sekali memeluknya tapi aku merasakan ketakutan yang tidak jelas."
" Kau menggigil Arest."
" Ah, benarkah?"
" Apa kau kedinginan? Lihatlah kulit mu pucat."
" Aku tidak..aa.." Arest teriak
" Kenapa-kenapa?" Dave sibuk melihat dimana yang salah, tapi ga ada pun.
" Apa ini?" Tangan kanan Arest mengeluarkan api. Saat tangan kirinya menapak malah membekukan sekitarnya selebar 10 cm.
" Bukankah itu artinya Controller, Arest? kau kan sudah membuka pinta elementnya."
" Ah aku terkejut sekali kak. Ini masih hal baru untuk ku."
" Coba yang lain"
" Maksudmu?"
" Ya yang lain. Air, tanah, atau Oska..tanaman. Ayolah." Dave tertawa girang.
Arest langsung mencobanya tanpa ragu, lantara Kakak yang disukai yang menyuruhnya. Dia langsung merasa selama ada Dave dan Azhura dia kan baik-baik saja. Cukup mengejutkan, terjadi begitu saja. Arest mencoba semua element yang dia tau, ternyata dia bisa. Matanya yang semanis anak anjing, nampak terpana saat dia bisa menumbuhkan bunga cantik dari dalam tanah. Terus mengaguminya tanpa henti.
" Waaah" Dave ikutan kagum.
" Kau begitu bagaimana dengan ini?" Dave mengeluarkan bola salju dari tangannya, yang langsung melesat menimpuk pundak Arest.
" Yaaa Kakak." Arest tertawa, keduanya berakhir dengan melakukan perang bola salju di kamarnya.
" Sedang apa kalian?" Thunder mendadak muncul bersama yang lain. Suasana langsung mencekam. Secara cowo ganteng itu controller yang udah hilang nalurinya. Gimana coba.
" Ah maaf Hyung jika membangunkan kalian semua. Tadinya Arest mimpi buruk dan...aku ...hanya berusaha menghiburnya. Maaf jika membangunkan kalian." Dave
" Tunggu, kamar ini..." Hyeka
" Kacau sekali." Venus
" Kau yang melakukannya Kak Arest?" Wajah Hyeka berubah cemas saat menyadari Arest sepertinya bisa mengendalikan beberapa element. Tidak, dia sangat takut.
" Ada apa dengan wajah mu Hyeka?" Illo
" Kita harus memberitau paman Gi Ai sekarang."
*****
" Lakukan sekali lagi Arest..." Gi Ai entah sudah berapa kali dia menyuruh Arest melakukan pengendalian element. Di mulia dari ice, tanah, air pokok semuanya deh. Semakin Arest bisa menyelesaikan misinya, wajah Hyeka dan Gia Ai semakin cemas.
" Tidak terjadi apa-apa paman." Arest masih sangat bingung. Bukan hanya soal kekuatannya yang tiba-tiba muncul. Tapi juga, apa sebenarnya penyebab wajah Hyeka, Thunder dan paman Gi Ai terlihat sangat serius.
" Hmm...berarti tinggal element Healing (penyembuh)" Gi Ai
" Owwuuhhh syukurlah." Hyeka
" Ya..Hyeka. Bisa kah kau menjelaskan apa yang terjadi atau kau hanya bersikap berlebihan?" Illo
" Apakah harus aku menjelaskan semuanya? Kenapa tidak menggunakan pikiran kalian?" Hyeka mulai terserang kesal. Kenapa semua Kakak tampan dan kuat ini sangat lambat. Alias ga pinter kaya dia.
" Ok anak sok pintar. Anggaplah kami ini lamban, tidak bisakah kau jelaskan saja." Illo. Hyeaka bersungut marah, ini ga lucu pikirnya.
" Apa kalian lupa tentang ramalannya? The Savage akan menghancurkan segalanya, beruntung saat ini Arest Hyung belum menguasai Healing. Jika sudah, maka kita semua tewas." Illo tau omongan Hyeka tidak main-main. Dia bahkan mulai merasakan kekhawatiran yang sama
" Apa maksudmu Hyeka? Aku akan membunuh kalian semua? Ga mungkin. lagian buat apa?"
" Tenang Arest." Dave membimbing Arest duduk.
" Saat kau sadar mungkin kau tidak melakukannya tapi saat kau berada di level itu tidak ada seorang pun bisa menjamin nya Kak, bahkan kau sendiri." Untuk pertama kalinya wajah Venus tidak bersahabat.
" Semakin kesini, ini semakin menyebalkan. Kita melindunginya mati-matian, alih-alih terhadap Evost. kita justru harus berhati-hati dengannya." Illo
" Kapan saja kau akan keluar Kak, aku ikut." Venus mengarah pada Illo.
" Tidak akan ada yang pergi diantara kalian. Tidak tanpa izinku. Dan kau Arest, sebaiknya kendalikan kekuatanmu dengan baik, jika sedikit saja kau gagal mengendalikannya aku akan membunuhmu." Thunder.
" Kak." Dave memberi tatapan terluka.
" Percaya padaku, Arest tidak akan melakukannya. Aku akan pastikan dia berlatih dengan gigih dan..."
" Dave. Hentikan." Gi Ai tampak lesu, dia menjauhkan putranya. Detik itu entah kenapa terkesan menjauhkan Dave dari Arest. Dan Arest merasakan itu.
" Aku sekalipun, tidak akan bisa mengendalikan kekuatan Arest, Dave. Kekuatannya terlalu besar, dan aku...dan aku tidak bisa melihatmu sekali lagi, sekali lagi....terbaring dibalok es yang dingin...tidak Dave." Semua orang segera paham apa yang dimaksud oleh Gi Ai
Arest tertunduk. Perasaan itu datang lagi, persaan bersalah karena kehadirannya membahayakan semua orang. Tapi bedanya ini lebih menyesakkan karena sekarang dia sendiri tanpa siapapun. Ibu, Azhura sudah tidak ada, dan sekarang satu-satunya yang dia miliki hanya Dave. Tapi Dave punya orang lain yang disayanginya.
" Arest." Dave mencoba mencegah Arest yang akan pergi.
" Menjauhlah dariku. Aku berbahaya untukmu." Arest
" Dave." Gi Ai menggeleng, memohon pada putranya. Untuk pertama kalinya Dave melihat si ayah tidak lagi bijaksana.
" Aku tidak akan meninggalkan Arest ayah. Tidak sekalipun, aku tidak perduli apapun itu resikonya. Aku tidak akan mengingkari janjiku untuk keduakalinya." Dave menangis lalu segera pergi menyusul Arest."
" Arest." Dave menahan tangan Arest yang berhenti tapi tidak membalikan badannya.
" Berhenti menyalahkan dirimu sendiri. Aku percaya padamu, kau tidak akan melakukan hal itu. Apalagi terhadapku. Aku percaya padamu, jadi bisakah kau percaya padaku." Mereka bertatapan sambil melempar mata yang sudah penuh dengan air mata.
" Kak, menjauhlah."
" Arest."
" Kakak tolong. Biarkan aku sendiri."
" Kau benar-benar tidak percaya padaku?"
" Melihatmu terbaring seperti kemarin rasanya sakit sekali Kak. Aku tidak ingin mengalaminya untuk kedua kali. Aku percaya padamu, tapi tidak dengan diriku sendiri." Si Azhura kecil terlihat sedih dan mengelus-elusnya tubuh mungilnya yang sebesar telur itu ke pipi Arest. Dia juga hawatir.
" Aku belum bisa mengontrol kekuatanku sendiri. Tapi aku akan cari solusinya. Sampai saat itu tiba, sebaiknya Kakak jangan mendekatiku."
Arest pergi dengan sejuta kebimbangan, situasi ini membuatnya rindu ibu pengasuhnya.
" Oh ibu, apa yang harus aku lakukan?" Ucap Arest dalam hati.
*****
" Hari sudah hampir gelap, sebaiknya kita kembali." Jumi
" Ibu. Jangan mencoba mengalihkan pembicaraan. Ibu berhutang penjelasan, tentang ...apa semua ini? Apa yang sedang ibu lakukan di tempat ini? Dengan Kak Zerro dan...Sahara? Bukankah ini tempat terlarang di Winta Woods? Oh tunggu apa kalian sudah seakrab ini sebelumnya?"
" Oska. Pelankan suaramu."
" Kenapa ibu? Apa itu artinya mereka juga tidak mengetahui semua ini?"
" Bukankah ini inti Winta woods?" Aron. Oska menoleh ke asal suara, sekali lagi teori kecurigaannya terbukti. Kelompok Thunder lebih banyak tau dari pada controller yang dibesarkan ibu Jumi dan paman Gi Ai.
" Kalian tidak sedang ingin membangunkannya kan? Apa kalian sudah menemukan pangeran tanpa darah?" Aron menatap lekat ketiga orang yang mencurigakan ini bergantian, tapi mereka hanya membisu.
" Sepertinya ini akan sedikit merepotkan Jumi. Jika kau mau aku bisa memutar waktunya." Zerro.
*****
" Jangan, jangan,"
" Arest? Bangun Arest, bangun." Dave buru-buru membangunkan Arest, wajah tampan pangeran es itu terlihat sangat cemas.
" oh huh.."
" Apa mimpi buruk lagi?" Arest tidak menjawab tapi wajahnya lebih pucat dari sebelumnya. Bahkan sangat pucat.
" Tunggulah sebentar disini, aku akan panggilkan Hyeka. Mungkin dia tau sesuatu." Dave segera pergi dan tidak lama dia kembali dengan Hyeka, Thunder, Gase dan Alpha.
" Hyeka, sudah lebih dari tiga hari ini Arest bermimpi bertemu seorang ywanita yang meminta dia mendekatinya, memeluknya. Arest bilang dia bukan makhluk yang menakutkan. Tapi setiap kali dia bermimpi hal yang sama, dia berteriak seperti sedang mimpi buruk lalu bangun dengan muka pucat seperti itu. Menurutku ini bukan mimpi biasa, bagaimana menurutmu Hyeka?"
" Oh Kak kau memang lebih cerdas dari yang lainnya. Kau bertanya pada orang yang tepat." Hyeka tersenyum imut sekali, bersuara manja layaknya adik bungsu kesayangan.
" seorang Controller hampir tidak pernah bermimpi Hyung, itu tandanya pasti ada sesuatu jika kita sampai bermimpi apalagi kalau mimpi itu sampai berulang. Aku tidak bisa menerjemahkan apa tanda itu karena ku tidak bisa melihat wanita yang ada dalam mimpi Arest." Hyeka
" Bisakah kau menggambarkannya Kak, seperti apa orang dalam mimpimu itu?" Gase
" Aku ..." Arest memegang kepalanya sebentar, kerasa berat banget.
" Aku tidak bisa mengenali wajahnya dengan baik. Wanita cantik itu selalu berubah wajahnya saat mimpiku akan berakhir. Aku sangat nyaman setiap kali melihatnya tapi akhirnya dia membuatku takut karena terus saja memintaku memeluknya, dia seperti sangat mengenalku tapi aku tidak pernah melihatnya."
" Bagaimana kau bisa nyaman melihatnya tapi juga takut?" Alpha
" Azhura, apa kau bisa melihatnya?" Hyeka mengelus si Azhura kecil dengan senyum semanis kelinci. Cahaya keluar dari tubuh mungil Azhura lalu membias ke udara seperti hologram. semua bisa lihat dengan jelas wajah yang dilihat Arest dalam mimpinya.
" Cantik sekali" Illo yang tiba-tiba datang berkomentar, membuat semua orang menoleh padanya.
" Sepertinya aku pernah melihatnya tapi dimana ya?" Gase
" Ya kau benar Gase, dia keliatan ga asing. Tunggu wajah ini seperti... oh bukan matanya..matanya mirip dengan.." Baru saja Dave akan mengatakan analisanya Hyeka sudah menghempaskan lututnya ketanah.
Pangeran dengan Element Magic itu terpana lalu membungkuk memberi hormat. Semuanya masih tidak mengerti termasuk Arest.
" Apa yang sedang kau lakukan Hyeka?" Arest bangkit lalu dan berjalan perlahan. Matanya tampak berkaca-kaca. Hyeka adalah seorang Pangeran, kepalanya tidak akan tertunduk jika bukan dihadapan keturunan raja tertinggi. Hyeka tidak mungkin memberikan bahu kehormatannya jika bukan pada utusan agung. Tapi Arest masih belum yakin apa dugaannya benar.
" Ratu Efora." Hyeka berkata pelan seraya meremas tanah dengan kesepuluh jarinya.
Semua yang mendengar segera berlutut memberi hormat. Tidak terkecuali Gi Ai, Zerro, Jumi, Oska dan yang lainnya. Mereka baru saja tiba diruangan itu. Tapi begitu mendengar Hyeka menyebut nama Ratu Efora, seperti sebuah perintah mereka berlutut memberi hormat. Hanya Arest yang masih berdiri terpana. Satu persatu bulir air mata mengalir lembut di pipi putihnya. Lehernya tercekik, dan tulangnya terasa dilucuti satu persatu.
" Ini Si cantik itu?" Thunder gergumam sendiri
" Yeaah..orang yang pernah dikabarkan dalam legenda melawan pasukan Evost sendirian." Aron
Arest menatap Aron lekat-lekat. matanya merah membara. Nyaris hampir keluar
*****