Chereads / ELEVEN ELEMENTS. The Beauty Controllers Ever / Chapter 13 - Darah Si Parasit

Chapter 13 - Darah Si Parasit

Sekitar 20 tahun yang lalu

" Jumi pergilah." Efora yang baru saja melahirkan berusaha sekuat tenaga berdiri.

" Tidak Ratu, aku akan disini bersamamu. Kita akan bertahan bersama dan akan membesarkan Arest bersama."

" Tidak, kita tidak boleh mati bersama. Harus ada yang bertahan untuk memastikan Arest ku hidup."

" Bagaimana dengan Yang mulia?"

" Evost tidak akan berhenti mengejarku, jika menemukan aku disini maka mereka akan menghentikan pencarian. Larilah, selamatkan orang-orang sebanyak mungkin. Rawat mereka hingga bisa ikut menjaga Arest kelak."

" Tapi Yang mulia.."

" Cepat, kita tidak punya waktu. Temukan anak-anak terpilih, bekali mereka agar bisa melindungi Arest. Aku mengandalkanmu. Cepat..."

" Yang mulia..."

" Cepat... dan ini. " Efora memberikan sebuah batu Ruby yang berkilau terang.

" i. ini..." Jumi menerima dengan tangan gemetar. Dia tau betul apa yang sedang diserahkan oleh ratunya itu.

" Tanamkan ini ditubuh salah satu anak yang terpilih. Jiwa dalam batu ini akan membantu Arest suatu saat nanti. Dia akan langsung mengenalinya, dan akan membantu putraku memberikan tanda pengenalku pada Sang Jada. Jada tidak akan bangun sampai aku datang menemuinya. Jadi tolong Jumi."

" Bagaimana aku..."

" Cepaaaatttt.."

Itu kata terakhir yang Jumi dengar dari sang Ratu. Jumi terus berlari secepat mungkin dan berakhir di hutan Winta woods. Disinilah iya bertemu anak-anak terpilih yaitu Oska, Alpha dan Gase. Kemudian membesarkan mereka bertiga.

Tapi ada hal kotor yang Jumi lakukan tanpa sepengetahuan anak-anaknya. Iya menanamkan batu ruby itu dalam tubuh Oska yang sedang tertidur pulas. Tanpa tahu akibat apapun, Oska terus tumbuh dengan parasit didalamnya.

Batu ruby milik Efora menyimpan jiwa yang akan menjadi parasit jika ditanamkan ditubuh seseorang. Bahaya parasit ini dapat mendominasi jiwa pemilik raga yang ditempatinya. Dengan kata lain si parasit dapat mengambil alih tubuh inang nya. Dan jiwa digantikan akan lenyap alias mati.

*****

Jumi gemetar ngeliat sejuta kebencian dimata Oska, anak yang sudah dibesarkan seperti anaknya sendiri. Untuk pertamakalinya Oska merasa dihianati ibunya.

" Setidaknya terhadapku, Gase dan Alpha. Setidaknya pada kami bertiga tidak bisakah ibu menceritakannya?" Air mata Oska jatuh dan dibiarkannya. Seraya menatap tajam ke arah Jumi.

" Jika Oska adalah inangnya, maka parasitnya..." Illo

" Lexy." Hyeka

Sekali lagi amarah Oska memuncak, tapi ditahannya dengan memejamkan mata. Bagaimana pun Jumi sudah membesarkan dan memberikannya kasih sayang layaknya seorang ibu.

" Harusnya kau menceritakannya pada Oska Jumi. Setidaknya Oska harus tau akibat fatal apa yang akan ditimbulkan oleh parasit yang kau tanamkan. Oska bisa matikan." Semua jadi tegang

" Haduuhhh...jangan khawatir pak tua aku tidak akan menyakitinya." Begitu Oska membalikan badan, wajah ceria terlihat disana dengan gaya yang sangat khas. Lexy.

" Kau parasit." Hyeka

" Hei-hei jaga ucapanmu Hyeka. Aku bukan hanya parasit, tapi parasit yang berkelas alias darah biru. Hahaha... kalian semua tidak usah tegang begitu. Aku tidak akan melenyapkan Oska, dia cukup berguna dalam keadaan hidup. Lagi pula dia tidak pernah membiarkan aku menggunakan tubuhnya secara penuh, dia punya kendali total jadi berhentilah khawatir."

" Kak?" Alpha menatap sedih, diikuti Gase yang tertunduk. Mereka berdua merasa apa ya... dilecehkan secara tidak langsung. Bukanya hanya dibohongi tapi oarng yang mereka anggap seperti Hyung nya sendiri itu, nyatanya juga orang lain.

" Oke stop, kebiasaan banget sih. Bisa berhenti main dramanya. Karena aku yakin Bibi Jumi belum menceritakan semuanya. iya kan bibi?" Hyeka

Jumi melanjutkan ceritanya....

Entah bagaimana Chaterine tidak menyadari, bahwa orang yang saat itu mencegahnya memberikan Efora tepat saat akan melahirkan Arest, adalah Jumi.

Jumi berasal dari klan Cleova yang telah lama mengabdikan diri pada kerajaan Arya. Tepat saat pertama kali Ratu Efora dinobatkan, Jumi terpilih sebagai Guardian yang ditunjuk untuk melindungi ratu. Karena hutang budinya kepada raja Arya saat itu, yang telah menyelamatkan dan menyembunyikan orang-orang terakhir dari klannya, Jumi pun bersedia menjadi budak Controller untuk membalas budi Raja Arya. Dan begitulah hingga bagaimana Jumi memiliki semua rahasia.

Dia peramal cahaya yang juga budak Controller hingga dapat menerima ramalan secara penuh, ditambah dia berasal dari klan Cleova. Jumi tau benar apa itu Sang Jada, legendanya beserta tempat dan bagaimana makhluk magis itu bisa dibangkitkan.

Saat dia datang ke Wintawoods, Jumi sudah tau bahwa beberapa anak terpilih ada disana. Hingga dia pun meyakinkan Gi Ai untuk melindungi para terpilih, karena sebenarnya selain menjalankan misi dari Efora, Jumi satu-satunya orang yang mengetahui bahwa Wintawoods adalah tempat Sang Jada tertidur. Dengan menjadi Guardian tidak akan ada seorang pun yang akan curiga dia sering berada di hutan itu, dan bonusnya Jumi mendapat tiga Controller sekaligus yang dapat melindungi Sang Jada secara tidak langsung. Hal itulah yang membuat Jumi yidak menceritakan rahasianya kepada siapapun.

Tapi ada yang terlewat oleh Jumi. Darah klan Cleova yang mengalir dalam tubuhnya tercium oleh Sahara yang jelas-jelas pengendali makhluk magis. Sahara tau benar semua informasi tentang Sang Jada, dan ini dimanfaatkannya dengan baik. Dan mulailah hubungan antara Jumi dan Zerro dimulai. Jumi sama sekali tidak menyadari kemampuan Zerro membaca pikiran berhasil mengorek paksa semua rahasia itu tanpa perlawanan bahkan dia tidak sadar kapan Zerro melakukannya.

Si Zerro pun nekat memastikan tempat Dimana Sang Jada itu, namun terpergok oleh Jumi yang hendak melakukan ritual rutin. Ritual membuat portal pelindung agar tempat itu tidak dapat dimasuki. Sayangnya Zerro datang di waktu yang terlalu tepat, karena saat itu portalnya seolah sedang Expired, sehingga Jumi datang untuk memperbaharuinya. Begitulah bagaimana Zerro dan Jumi jadi banyak terlibat waktu bersama.

Saat cerita Jumi berakhir, Lexy sepenuhnya menyadari bahwa dia tidak memiliki arti apapun untuk wanita yang telah dianggapnya seperti ibunya. Dia hanyalah parasit yang akan dikorbankan siapapun yang menginginkan Sang Jada. Bahkan mungkin ibuna sendiri akan sanggup menorehkan darahnya untuk membangunkan makhluk itu. Dan semua kasih sayang Jumi hanyalah topeng belaka.

" Ibu Kau...ternyata sangat licik." Mata Lexy langsung dipenuhi air mata. Bibir nya tersenyum penuh rasa sakit dan kebencian. Diikuti Alpha dan Gase yang memberi reaksi sama.

" Mulai detik ini kalian tidak akan melihatku." Si ceria itu pun menghilang, Oska kembali. Dengan ingatan yang sama tentunya. Semua cerita yang didengar Lexy, Oska juga mendengarnya.

*****

" Ak.."

" Kau kenapa Kak?" Venus menyangga tubuh Illo yang sepertinya akan jatuh ke lantai.

" Dadaku kenapa...agh...sakit sekali"

" Aron." Firasat Thunder berubah buruk

" Hei... Kak Arest dan Kak Aron tidak kelihatan sejak tadi." Suara polos Gase menyadarkan semuanya

" Agh..." Sahara ikut mengerang seperti Illo, airmatanya keluar tanpa sebab

" Kau tidak apa-apa Sahara?" Sahara menganngguk ke arah Zerro sambil memegang dada kirinya

" Gecha." Ucapnya lagi

*****

" Aron sedang apa kau di..." Thunder terpaku antara takjub, kaget plus rasa seram yang merayap ke jantungnya. Semua orang juga merasakan hal sama saat tiba dan menyaksikan pemandangan yang sangat...apa yaa...gila.

Aron yang entah sejak kapan berambut pendek tegak mengarah keatas, persis seperti api. Mata mode bertarung yang lain dari biasanya. Mata itu tak lagi berwarna perak tetapi merah menyala. Mewakali marah yang sedang meledak hebat.

" Aku tidak pernah melihatnya seperti ini, apa yang sudah terjadi?" Illo bergumam disisa rasa sakitnya.

" Arest..." Dave untuk pertama kalinya melihat sahabatnya dengan mode Controller.

" Jangan mendekat Kak." Alpha menarik bahu Dave dan menggeleng.

" Dia tidak mengenali siapapun dalam wujub seperti itu. Kau hanya akan mati jika mendekatinya.

" Sebenarnya apa yang sudah terjadi dengan mereka?" Gi Ai

" Jika dilihat dari situasinya, mereka sedang bertengkar. Dan bukan hal yang sepele." Ucap Zerro sambil mengayunkan tongkatnya. Trus keluar seperti layar gituh, yang memutar ulang kejadian sekaligus menjelaskan kenapa hal ini terjadi.

" Tidak..." Sahara jatuh berlutut, dia mengerang sambil memegang kedua telinganya. Dan Gadis cantik itu berubah ganas.

" Kak Zerro..." Zerro mencegah Gase yang akan mendekati Sahara.

" Biarkan saja, ini akan menarik." Zerro tersenyum dengan mata yang terus tertutup.

" Kau Gila?" Baru saja Oska akan menjelaskan tapi situasi buruk sudah terjadi.

Semua jenis kucing besar sudah dirasuki Sahara, mereka berubah brutal dan bertambah sepuluh kali lebih kuat. Kaki-kaki kucing besar itu menghentak-hentak sambil mengerang, menandakan mereka sudah sangat tidak sabar menyerang.

Sialnya, Aron bergerak lebih dulu melemparkan lingkaran api merah menyala yang akan membakar hangus siapapun yang dikurungnya. Tapi dengan mudah Arest menepisnya. Disusul semburan api biru. Sahara juga ikut menyerang, satu persatu kucing besar melompar ke arah Arest. Raja tampan itu terlihat melompat-lompat diudara menghindar sekaligus menyerang lawannya. Dia melemparkan es ke arah kucing besar, membelenggu kaki-kaki hewan itu dengan es yang sulit dihancurkan. Menggunakan tameng air untuk serangan Aron, dan ketika air itu mendidih karena terpapar panas, Arest melesatkan ke arah Aron. Meski si pengendali api itu menghindar, lengan kirinya masih terkena. Uap yang terlihat cukup menjelaskan seberapa panasnya itu. Tapi itu tidak berarti untuk Aron, secara doi jauh lenih panas.

Ga pake lama. Aron membalas dengan bola api bertubi-tubi yang hantamanya menghasilkan ledakan. Kemudian memberikan sentuhan akhir dengan semburan api putih yang panasnya langsung mematikan makhluk sekitar. Bahkan para Controller juga terpapar hawa panas.

" Kak." Oska meremas bahu Dave, yang langsung paham membentuk glass ice yang meski bening dan tipis, mampu menghalangi panas dari api Aron.

Sahara seperti sangat pandai berimprovisasi, ia menyihir api Aron sehingga membangunkan Phoenix, hewan api yang melegenda.

Untuk sesaat pertarungan seperti ter-pause. Bahkan Arest terpana dengan kehadiran makhluk magis itu. Tubuh si Phoenix tampak berbeda, ukurannya yang besar memperlihatkan sayap yang lebar dengan dua sisi yang berbeda. Tepatnya mulai dari kepala hingga ekor makhluk magis itu terbagi oleh warna merah disisi kanan dan biru disisi kiri. Raga Phoenix yang sedikit menyeramkan tapi indah itu sudah mempertegas kekuatan besar yang siap melesat ke arah Arest kapan pun.

" Gila itu kereeennn" Tanpa sadar Alpha bergumam.

" Tetap waspada, jangan terhanyut oleh penampilan indah apapun. Karena itu hanya perangkap yang sesaat menyita perhatianmu dan membuatmu lengah." Gi Ai

" Lakukan sesuatu Venus ini semakin buruk." Thunder

" Jangan. Jika kita ikut serta hanya akan memprovokasi mereka. Situasi akan bertambah seribu kali lebih buruk." Jumi

" Venus bisa menghipnotis mereka sesaat dan kita bisa melerai mereka." Illo

" Aku rasa Kak Zerro akan lebih baik. Dia bisa mengendalikan pikiran dan menghentikan waktu kan?" Oska

" Oh Tuhan.." Hyeka bergidik sesaat setelah melihat tangan Arest yang terangkat ke atas sejajar kepalanya. Kelima jarinya rapat dan tegak lurus mengeluarkan api putih juga.

" Kak percayalah jika kau tidak segera bertindak, aku yakin api itu akan bersarang ke tubuh Sahara." Tambah Hyeka, yang langsung melirik tajam ke Zerro

Dan benar saja Arest tanpa basa basi langsung menebaskan api putihnya ke arah Sahara. Zerro mengetuk tongkatnya ke tanah, untuk beberapa saat waktu terhenti, namun tidak lama. Arest dengan segera mematahkan cakra Zerro. Beruntung Sahara sudah di selamatkan, dan semua menyaksikan bagaimana mengerikannya Arest saat itu.

" Jangan memprovokasinya Zerro." Gi Ai

" Diamlah pak tua, suka atau tidak kita harus menyerangnya. Arest tidak bisa membedakan siapapun. Berdiam diri sama saja membiarkan Aron mati atau bahkan kita yang mati." Thunder

Benar saja, sesuai dugaan emang. Tidak berhasil menyerang Sahara, Arest melampiaskan amarahnya pada Zerro dengan memberikannya balok-balok tanah yang terus bermunculan seperti akan meninju sitampan itu. Bersamaan dengan itu dia langsung menyerang Phoenix dengan serangan beku yang membuat burung api itu menjadi patung es.

Tapi itu tidak lama, Aron memecahkannya dan memberi balasan dengan semburan lahar panas yang keluar dari mulut Phoenix. Arest membalut lahar itu dengan air seperti sapuan selendang, lalu menghantamnya pada Aron. Apa kalian tau? Jika lahar terpapar air maka akan terjadi penurunan suhu yang drastis. Itu menyebabkan lahar berubah hitam dan mengeras. Dan asap yang ditimbulkan bisa memicu ledakan.

Hal itu ngebuat Venus bergerak cepat melindungi semua orang dengan mengurung dalam bola udara. Venus juga memecah lahar itu dengan udaranya, sehinga dengan cepat menjadi serpihan debu lalu segera hilang diterpa angin. Venus juga mengeluarkan serulingnya, meniup dengan cakra yang menghasilkan suara lembut dengan cakra yang diatur hanya ditujukan pada Aron, Arest dan Sahara. Lantunan merdunya perlahan menyihir Aron dan Sahara sekaligus amarah mereka. Cahaya mata mereka meredup termasuk Arest, tapi sang Raja itu masih terjaga sementara Aron dan Sahara mulai tertidur. Phoenix juga perlahan memudar. Tubuh Aron yang nyaris jatuh segera dibalut air oleh Illo, air yang tidak akan membasahi tubuhnya itu, dengan lembut memeluk Aron kemudian merebahkannya perlahan.

Venus melirik tajam ke arah Zerro, si tukang tidur itu langsung mengerti untuk segera menghipnotis Arest mumpung cakranya turun. Pintarnya, Hyeka langsung mengimprovisasi.

" Himmaq." Arest yang awalnya melayang perlahan turun. Matanya redup terang menjelaskan sisa cakranya berusaha bangkit dari hipnotis itu. Tapi kemudian tubuh Arest menyerah, setelah mengumbar cakra besar-besaran tubuhnya akan terasa kehilangan tenaga begitu kesadarannya pulih.

Sebelum tubuh Arest menyentuh tanah, Alpha menangkap Arest dengan bulu lembut seputih salju. Dalam diamnya, Alpha memperlihatkan kasih sayang sekaligus rasa sedihnya, melihat Kakak yang diam-diam disukainya terlihat seperti itu.

*****