Jumi bergetar hebat saat melihat wajah itu, baru saja dibicarakan tapi sekarang dia sudah melihat perempuan itu berdiri tegak di perbatasan winta woods. Yeah, dialah Ratu Efora, wanita cantik yang telah melahirkan keturunan terakhir kerajaan Arya.
Tersenyum dengan sangat manis, wajahnya memberikan kesan kecantikan tanpa dosa. Gaun putihnya yang sesekali tertiup angin seolah jadi aksesoris tambahan, hingga membuatnya terlihat begitu anggun.
" Y, ya...yang mulia." Sambil gemetar Jumi berlutut memberi hormat.
Semua Controller merasakan hawa aneh yang sulit mereka terjemahkan. Ratu yang pernah menghilang tanpa jejak 20 tahun yang lalu, terlebih pernah dikabarkan melawan pasukan Evost sendirian dengan tubuh lemah selepas melahirkan. Tidak pernah ada saksi hidup yang bisa menceritakan itu, semua pengikutnya tewas. Legenda bilang Ratu Efora bertahan sendirian hingga akhir. Tapi sekarang orang ini justru tengah tersenyum dengan sangat manis.
" Yang mulia." Satu-persatu memberi hormat rakyatnya rakyat pada ratunya. Hanya Arest yang masih berderi dengan syok luar biasa hebat. Sulit percaya, tapi dia ingin sekali wanita itu nyata sebagai ibu kandungnya.
" Ibu..." Ucap Arest akhirnya. Efora masih tersenyum di sana, dia tidak mengatakan apapun. Tapi dengan pasti kakinya melangkah mendekati Arest lalu memeluknya.
CLESSS, kaya ada air yang sejuk banget menyiram hati Arest. Buat semua kesedihan sirna, tapi sekaligus merasakan hangat yang luar biasa nyamannya. Apa ini? Pikir Arest. Ini kah rasanya pelukan seorang ibu itu?
" Yang mulia hentikan." Semua terkejut, Hyeka mencengkram tangan Ratu Efora dengan keras. Perlahan dia menarik Efora menjauh dari putranya. Hyeka juga mengucapkan mantra yang mendorong semua orang masuk dalam portal Winta woods. Sekaligus membuat Efora berada diluarnya.
" Handesshe" Sekarang muka Hyeka udah berubah ke mode Controller.
" Kalian jangan lakukan pergerakan sedikit pun, tetaplah berdiri ditempat kalian dan awasi sekitar." Tampaknya Zerro mengerti apa yang sedang Hyeka pikirkan.
" Hyeka dia Ibu ku." Arest, mencengkram bahu Hyeka dengan marah. Emosi menguasainya.
Hyeka tidak bergeming sedikit pun, meski sakit tatapannya tetap lurus ke depan. Mengarah pada Efora yang semakin terlihat seperti raga yang kosong.
" Arest, hentikan." Dave mengalirkan hawa dingin ditangan Arest yang mencengkram Hyeka tadi.
" Liat baik-baik Kak, Jika dia sungguh ibumu, kenapa dia tidak mengatakan apapun." Gase berusaha menyadarkan Arest.
" Aku tau dia raga yang kosong, aku tidak bodoh. Tapi dia masih ibuku." Semua lebih terkejut lagi. Mereka tidak habis pikir, kenapa dengan Arest belakangan ini? Dia semakin arogan bersama dengan kekuatannya yang meningkat setiap harinya. Lihat lah dia bahkan sudah bisa menembus portal pertahanan Hyeka.
" Handesshe." Arest mengucapkan mantra yang sama, bedanya jauh lebih kuat dari yang Hyeka ucapkan. Semua terlempar kecuali Efora yang tersenyum seraya kembali mendekat.
*****
" Dia sudah masuk tuan." Zord
" Bagus, sekarang akan kita lihat bagaimana wanita cantik ini berhasil mengobrak-abrik kepercayaan mereka satu sama lain. Dan saat itu sudah terjadi maka Gecha adalah yang pertama mendapat gilirannya. Hahahahaha.."
*****
" Ibu." Arest terus menyandarkan kepalanya ke pangkuan Efora, sementara ratu cantik itu mengelus kepalanya dengan penuh kasih sayang.
Meski khawatir Hyeka dan kawan-kawan tidak menemukan gejala apapun. Selain sikap diamnnya, Efora tidak memperlihatkan gerakan apapun. Dia hanya terus aja berkutat dengan putranya tanpa mengucapkan sepatah katapun. Jika diajak bicara dia hanya tersenyum tanpa arti yang jelas.
" Oska, tidak kah kau punya sesuatu yang bisa membuat Arest tertidur. Agar bisa memisahkan mereka?" Thunder terdengar sangat kesal.
" Dia the Savage, kalian lupa? Aku tidak ingin membuang tenagaku untuk hal yang sudah pasti sia-sia, dia bisa melakukan pertahanan dari apa saja seperti sama Hyeka tadi. Ingat? Hanya Azhura yang bisa menidurkan Arest, tapi kita semua tau kan bagaimana Azhura sekarang." Sibola kecil yang dimaksud Oska tertunduk lesu, merasa berdosa dia tidak bisa melakukan apapun.
" Kau Zerro?" Kali ini Thunder berharap pada Zerro, secara dia master ilusi kan.
" Dari pada meminta Zerro menidurkan Kak Arest. Lebih baik minta dia menjelaskan apa yang sedang dilakukannya dengan ibuku di bagian terlarang Winta woods?"
*****
Udah kaya kamera tersembunyi yang ditanamkan di dalam tubuh Efora, Evost bisa melihat dan mendengar semuanya melalui mata Efora. Yeah ratu cantik itu adalah wanita tidur yang ditahan Evost dan dijaganya untuk tujuan tertentu dan yuuupppppsss....inilah tujuan yang dia maksud.
Raja kegelapan itu ingin memata-matai Arest dan klannya, lalu bermaksud mengadu domba mereka. Diawali dengan kehadiran Efora, dan itu sudah berhasil.
" Yang mulia mandilah, aku sudah mempersiapkan air mandi untuk anda. Tentu anda lelah bukan?" Gecha dengan senyum manisnya membimbing Efora ketempat pemandian yang sudah disiapkan khusus dengan bantuan Gase dan Oska.
Gecha yang terus bertambah cantik setiap harinya sekarang lebih ceria dan sangat baik. Berbeda dengan kepribadiannya yang arogan sebelumnya.
" yang mulia apa yang anda lakukan?" Gecha terkesiap saat Efora mencekik lehernya begitu tidak ada satu pun orang lain yang melihat mereka. Secara udah ada ditempat pemandian Ratu gituh. Mana bisa rakyat jelata sembarangan bisa masuk.
" Akgh.." Gecha merintih. Entah bagaimana Aron yang berada jauh darinya merasakan belahan jiwanya itu dalam bahaya. Si Api ganteng itu pun melesat menjadi api dan segera ....taraaaaaannggg. Berada di TKP seketika.
Aron yang sudah berubah kewujud semula mengeluarkan apinya. Efora mundur beberapa langkah, anehnya muka si ratu itu tetap datar dengan senyum seolah tidak terjadi apa-apa. Akibat api yang dikeluarkan Aron baju si ratu cantik itu sedikit terbakar.
" Yang mulia." Gecha berlari dan segera bergegas memadamkan api dengan kedua tangannya
" Gecha menjauh darinya." Aron segera menarik tangan si peri pelindungnya dan mendekapnya. Dia merasakan hal aneh, sangat marah dan ingin sekali melenyap si ratu cantik itu segera. Dia sangat khawatir Gecha terluka, terlebih dia tau Gecha tidak lagi bisa melindungi dirinya sendiri.
" Aron?" Arest melihat ke arah ibunya yang bajunya sudah terbakar hingga memperlihatkan sebagian bahunya, bekas api itu dia sangat mengenalinya. Arest semakin marah saat melihat kulit ibunya yang memerah karena terbakar.
" Yang mulia jangan salah paham. Aron hanya.." Gecha
" Dia menyakiti Gecha, aku tidak bisa mentolelirnya Kak. Maaf." Aron. Arest semakin marah, bagaimana mungkin dia percaya hal itu.
" Jauh tanganmu dari ibuku Aron. Jika kau sekali lagi mengulanginya, aku tidak tau apa yang akan terjadi selanjutnya."
" Buka matamu dengan benar Kak, jika benar dia Ratu Efora bagaimana mungkin dia bisa langsung mengenalimu."
*****
" Memangnya apa yang sudah kalian lakukan?" Tatapan mata Thunder sangat tajam, mengisyaratkan bahwa dia cukup terusik.
" Jumi, jawab kami. Apa yang dikatakan Oska benar? Bisa kau jelaskan pada kami apa itu? Apa maksud dari ucapan Oska barusan."
" Kita tidak punya waktu, sebaiknya anda segera berterus terang. Jangan sampai Evost lebih dulu menemukannya. Apalagi Ratu Efora...." Sahara
" Menemukan siapa?" Venus
" Ibu, apa yang ibu sembunyikan selama ini dari kami? Kenapa Ibu bahkan tidak menceritakannya padaku, Alpha dan Gase. Dan kenapa hanya sebagian dari kami yang terlihat sangat bodoh untuk semua ini?"
*****
Efora tersenyum menyeringai, gerakannya begitu cepat dan langsung memburu Gecha. sialnya mereka hilang tanpa tau kemana.
" Aron tolong biarkan aku yang mengurus ibuku. aku mohon percaya padaku." Mata Arest berkaca-kaca.
" Untuk ibu silahkan, tapi tidak untuk Gecha. Dia milikku."
" Aku akan menemukannya, dan segera membawa Gecha padamu?"
" Caranya?" Aron menghempaskan dengan kasar tangan Arest yang tadi memegang bahunya. Aron tidak benar-benar bertanya, dia hanya meremehkan Arest.
" Jangan cari aku." Tiba-tiba muncul api yang menyerupai Gecha tapi langsung lenyap oleh sapuan angin. Aron menyadari bahwa itu pertanda buruk.
Pria tampan itu sudah terlanjur marah, sekarang dia siap dengan mode Controller. Dia juga penuh dengan amarah yang tidak mudah diredakan. Entah sejak kapan atau karena amarahnya, Aron mampu melakukan teleport untuk pertama kalinya dan menemukan tempat Gecha yang dicekik Efora, dengan segera. Arest menyusul setelahnya.
Aron yang marah membabi buta menyerang Efora dengan apinya. Meski tidak mengenai sasaran tapi itu cukup memancing amarah Arest dengan baik. Keduanya pun perang Controller tanpa kendali, karena baik Arest maupun Aron bukanlah diri mereka lagi.
" Ratu hentikan. Kasian Yang mulia Arest." Gecha berusaha bicara meski napasnya sedikit sesak karna dicekik dengan cakra yang bisa membunuh siapa saja.
" Yang mulia Arest sangat kesepian. Dia sudah banyak menderita karena takdirnya. Tolong jangan tambah kesedihannya dengan sikap anda yang seperti ini, yang mulia." Ucapan Gecha sedikit memberikan Efora pengaruh. Cahaya matanya mulai kembali normal berangsur-angsur.
Efora menghentikan cekikannya. Secara bertahap dimulai memiliki rona wajah normal. Tapi Aron dan Arest yang sudah terlanjur beradu kekuatan tidak bisa dihentikan.
" Aron." Gecha cemas. Bola matanya membelalak takjub, Arest tidak segan mengeluarkan kekuatan besarnya dan Aron yang tidak bergeming sedikitpun.
Gecha berlari secepat yang dia bisa, lalu memeluk Aron dengan erat. Perlahan amarah Aron mereda dan kembali kesadarannya. Tapi sayangnya, kekuatan Arest terlanjur siap dilepaskan ke arah Aron tanpa bisa dikembalikan. Lalu SLURRPPZZZZZ.
Saat kesadarannya pulih Aron sudah langsung menyadari apa yang terjadi dengan Gecha yang masih memeluknya. Tubuh peri cantik itu membeku menahan sakit yang luar biasa. Sementara Arest masih berdiri dengan siaga, Efora yang baru pulih dari pengaruh Evost mulai mengenali pria tampan yang dalam mode Controller itu. Karna wajah itu sangat mirip dengannya dan juga suaminya. Raja Arya ke IX.
Air mata Aron jatuh bersamaan tubuh Gecha yang nyaris terhempas ke tanah, klo saja Aron tidak cepat meraihnya. Aron masih syok hebat, sampai tidak tau harus berbuat apa. Yang bisa dilakukannya hanya memeluk Gecha dengan erat. Sesekali Aron memegangi wajah Gecha dengan gemetar. Lelaki tampan itu mulai menangis, jiwanya terasa kosong.
" Ge, Gecha...? Aa, aa..."
" Aku pernah sangat takut, jika mati sebelum aku jatuh cinta. Itu artinya aku akan memiliki tubuh mengerikan selamanya. Terimakasih sudah lahir ke dunia ini, dan menampakkan dirimu. Sehingga aku bisa mencintai dan bisa berubah ke wujud cantik ini." Gecha meraih pipi Aron di sisa tenaga terakhirnya. Tubuh peri cantik itu berangsur memudar untuk hilang perlahan. Memberitahu secara tidak langsung bahwa dia akan lenyap dari dunia ini selamanya. Sementara takdirnya hanya dapat hidup satu kali.
Aron ingin mengatakan sesuatu tapi lehernya terasa tercekik, bahkan dia sulit bernapas. Dan saat tubuh Gecha benar-benar lenyap Aron hanya bisa menangis seraya bersujud.
*****