Masih melayang di udara dengan amarah penuh, Arest berubah buas dengan kekuatan super besar yang siap dilepaskan. Samar-samar antara rasa sakit dan lemah, Chaterine mengamati Arest dari tempatnya bagaimana si tampan itu terlihat saat ini.
" Arest.." Rintih Chaterine
" Heeeaaaaaaa..." Arest melepaskan cahaya terang, hitungan detik tempat berubah ke bentuk aslinya. Padang tandus yang terletak di sepertiga puncak gunung Toraq. Asap lava bahkan dapat terlihat dari tempat mereka berdiri.
seseorang muncul disana, pria dengan kulit seputih salju yang memiliki aura kecantikan dan ketampanan sekaligus. Zerro.
Zerro, Master Illusionis dan pengendali waktu. Rambut keemasan yang poninya hampir menyentuh mata itu membuat dia tampak tangguh dan tergerai hingga ke pinggang. Hiasan kepalanya terbuat dari eskpresi bahagia, sengsara, hingga depresi menunjukkan dia mampu mengendalikan apapun. Matanya tampak tertutup, karena memang sedang tertidur. Controller dengan power terbesarnya mengendalikan waktu itu begitu kuatnya hingga hanya bisa dikalahkan saat matanya tertutup. Jika dia sudah terjaga maka, kekuatan yang besar itu ikut bangun disertai dengan amarah. Pada level ini Zerro tidak akan bisa membedakan antara teman dan lawan.
Ditangan sebelah kanan dia memegang tongkat emas yang memiliki simbol waktu berupa jam analog yang roda-rodanya tampak transparan dan berkilau. Disebelah kiri tangannya tampak menengadah seolah menyangga Batu kristal yang tengah melayang di atasnya. Kristal itu berwarna Jamrud serta memiliki ukiran kuno sekelilingnya, tapi juga bisa terlihat isi dari kristal itu berupa butiran sparkle yang membentuk wujud tak tentu arah.
" Marah lah, maka kita akan sebanding." Zerro
Arest tidak berkata apapun, namun unsur-unsur elemen yang mengelilinginya bergerak pasti menembus segala penjuru bahkan ada yang membuat Thunder dan Venus terlempar. Zerro membalas, memberi attack berupa Lingkaran waktu yang terhubung dengan masa depan. Zerro memperlihatkan bagaimana ayah Arest tewas kemudian ibunya yang harus merelakan kedua putranya keracunan agar Arest tetap hidup. Ingatan itu dibuat Zerro seolah Arest sedang berada di sana dan menyaksikan semuanya secara langsung. Pengendali waktu itu tidak lupa menyipsipkan ulang bagaimana Dave tewas dengan satu serangan kecil.
" Kak Arest, Jangan." Hyeka dari kejauhan berusaha melawan rasa sakit
" Daros Uzo." Hyeka melepas mantra kuno yang sangat kuat, dia tau kalau Arest yang berubah menjadi the Savage itu tidak akan bisa dipulihkan dengan mantra biasa. Dan jika di biarkan dia akan membunuh siapa saja yang menghalanginya.
" Aaaaaa.." Hyeka mengerang karena kekuatannya nyaris tidak mampu melawan cakra yang bersliweran di tubuh Arest. Padahal baru cakra saja belum menyerang. Mantra Hyeka berhasil membebaskan teman-temannya dari belenggu, tapi Arest tidak bergeming.
" Hyeka hentikan." Thunder menabrak Hyeka dengan sisa tenaganya.
" Bodoh kau bisa mati." Bentak Thunder
" Ehg...ap...apa bedanya, jika kita biarkan dia juga akan membunuh kita." Kesakitan
" Biarkan saja, setidaknya dia harus melawan Zerro terlebih dulu. Kita juga tidak akan bisa melawannya." Hyeka setuju dengan pikiran Thunder. Mereka berdua pun segera bangkit dan membantu yang lain untuk berdiri dan mencari tempat aman.
" Alpha kau tidak apa-apa?" Jumi
" Tidak ibu aku baik-baik saja. Apa ibu terluka?" Jumi menggeleng keras
" Kalian baik-baik saja." Entah kenapa nyali Thunder jadi ciut, mendadak menghawatirkan adik-adiknya.
" Apa yang kau lakukan Venus." Venus tiba-tiba saja mengeluarkan serulingnya.
" Jangan halangi aku, buatkan saja mereka portal perlindungan." Yah Thunder yang terkuat dikelompok itu mampu memulihkan cakra dengan cepat itu kenapa dia bisa sebanding dengan Zerro.
Venus mulai meniup serulingnya bersamaan Thunder membuat portal untuk timnya, suara seruling sangat merdu hingga hewan yang sedang terbang sekalipun jatuh tertidur, dan karena dari ketinggian mereka mendarat dengan kematian.
" Jangan Alpha, jika kau keluar dari portal ini kau akan sama dengan bangkai-bangkai itu." Illo mencegah Alpha yang tersulut emosinya karena hewan-hewan tak bersalah itu mati.
" Tenang lah itu hanya yang tidak bisa meloloskan diri, tenanglah ibu pastikan yang barusan adalah hewan terakhir." Jumi
Zerro mulai merespon alunan musik milik Venus yang menghipnotis, tekanan cakranya berkurang dan tidurnya lebih lelap. Sementara Arest tetap terpaku di tempatnya masih dengan tatapan marah, menyadari kewaspadaan Zerro melonggar lalu menyerangnya dengan es. Kelihatannya Arest sangat tertarik dengan tongkat yang dipegang Zerro itu. Serangan Arest tadi membekukan tongkat dengan jam analog diatasnya itu terlihat di balut es lalu sesaat terasa turun drastis dan Slitsssschh....
Zerro terbangun karena serangan es yang berkekuatan 5 kali lipat dari yang di miliki Dave, dan perlahan mata yang indah itu terbuka. Meski baru terbuka sedikit, tapi perubahan cakra meningkat drastis.
" Aroooonn.." Thunder berteriak ke arah Aron yang segera mengerti bahwa Kakaknya sudah bangun maka mereka harus segera menyatukan kekuatan untuk menghadapi Zerro atau bahkan Arest.
*****
" Kakak..." Gase memegang dada sebelah kirinya
" Kau kenapa?"
" Ini sakit sekali, aaaaaa..."
" Sakit?" Oska heran, seorang controller tidak mungkin sakit tiba-tiba jika tidak karena sebuah serangan cakra.
" Apa element mu Gase?" Gi Ai mengingat sesuatu
" Ta..tanah...paman."
" Dave..." Gi Ai
" Hei pak tua, kau mau kemana?"
" Ada apa dengan Kak Dave paman?" Gase, kesakitan.
" Setiap controller memiliki pasangan elemennya, seperti element tanaman berpasangan dengan element hewan, air dan api, angin dan cahaya, lalu tanah dan salju. Saat salah satu elemen ini bertemu dalam sebuah ikatan atau persahabatan, mereka akan memiliki ikatan batin yang kuat. Dan akan merasakan sakit pada dada kiri kalian setiap kali pasangan kalian terluka atau bahkan meninggalkan. Jika saat ini Gase yang merasakan sakit itu berarti...."
" Dave..." Gase merintih.
" Ada apa dengan Dave?" Oska
" Aku akan memastikan keadaannya, kalian tetaplah disini." Gi Ai
" Lalu bagaimana dengan Gase?" Oska
" Rasa sakitnya akan hilang perlahan, Gase hanya butuh istirahat." Gase bisa melihat air mata yang berusaha Gi Ai sembunyikan.
" Bawa Kak Dave ke sini paman. Bawa dia padaku." Gi Ai tidak menjawab Gase, pandangannya segera tertunduk karena air mata mulai memenuhi penglihatannya.
*****
Arest menghantam teman-teman yang hendak membantunya dengan potongan tanah yang dikendalikannya, entah menolong atau tidak ingin diganggu. Pria tampan itu mulai turun dan mendekati Zerro yang masih tertidur, tangannya meraih kristal yang sejak tadi dipegang Zerro. Namun tiba-tiba mata pengendali waktu itu terbuka, hanya dengan satu gerakan dia berhasil membuat Arest terpaku mematung. Bukan lantaran kaget tapi emang ga bisa gerak, dia lalu mencekik leher Arest tapi bukan untuk menghentikan jalan napas, melainkan menghisap energi atau cakra milik Arest. Keturunan terakhir raja Arya itu berangsur-angsur pulih dalam wujud normalnya, cakranya turun drastis dan mata birunya mulai terlihat menawan.
Arest lansung lemas lalu jatuh ke tanah, Zerro menyeringai tersenyum melecehkan. Semua sudah sadar apa yang sedang terjadi.
" Kak." Alpha buru-buru menghampiri Arest. Hatinya tidak gentar sekalipun meski berhadapan dengan Zerro yang ditakuti itu dalam jarak dekat.
" Habislah kita, Arest belum membuka pintu Elementnya tapi Zerro sudah terjaga." Aron
Mendengar ucapan Aron, Arest yang sebenarnya tidak tau apa yang sudah terjadi karena yang tadi bukanlah dirinya. Alias jika berubah menjadi the Savage Arest tidak mengenali siapapun atau ingat apapun. Arest perlahan bangkit untuk berusaha berdiri.
" Zerro.." Thunder
" Heh.." Zerro
" Lepaskan dia Zerro, kuharap Dave adalah yang terkahir. Berhenti membunuh orang tidak berdosa." Thunder.
" Oh...pria tangguh itu bernama Dave ya?" Zerro melihat Dave yang sudah tewas ditempatnya.
" Harus ku akui dia cukup hebat sebenarnya, tapi cintanya dan rasa kasihnya membuat dia sangat rapuh dan ceroboh. Kau lihat Arest, bagaimana saat kau melindungi sesuatu dengan hati yang lemah berakhir seperti itu." Zerro
" Sebenarnya apa mau mu?" Arest bicara langsung keintinya. Cukup mengejutkan semua orang, karena saat itu aura seorang raja terlihat jelas di wajahnya
" Apa yang harus kulakukan agar kau memberi pintu elementnya, Kak...Zerro?"
" Hanya mengalahkan ku." Zerro. Thunder mengangkat tangannya, tapi segera diurungkan karena melihat Arest berlutut.
" Cukup, aku tidak ingin bertarung. Aku tidak ingin siapapun terluka, aku tidak ingin ada lagi yang kehilangan nyawa karena aku." Arest menangis, dan sekarang dia lebih memohon, kedua tangannya menapak ke tanah layaknya abdi pada tuannya.
" Jangan bertarung lagi, aku rela melepas semuanya, tahtaku, tapi tolong berikan pintu elemennya. Aku ingin melindungi rakyatku, keluargaku dan...teman-temanku. Aku mohon Kak."
" Berdiri Arest, berdiri sebagaimana layaknya seorang raja. Jangan jadi pengecut dengan memohon seperti itu. Apakah kau akan memohon juga pada Evost?"
" Tidak, aku tidak akan memohon padanya. Aku akan menghadapi dan membuatnya membayar semua ini. Tapi untuk itu aku minta bantuanmu." Arest tegak berdiri dengan susah payah lalu gerakan penghormatan. Kedua tangan bertumpu di depan lalu bersimpuh memberi hormat.
Zerro tidak menjawab hanya menendang bahu Arest hingga ia terbaring dan menusuk telapak tangan Arest dengan tongannya, dan itu berdarah.
" Aaaaaa..." Alpha, Thunder dan Illo hampir saja menyerang klo tidak di cegah Venus dan Aron.
Zerro mengambil tongkatnya yang berdarah itu lalu membuatnya mengecil hingga seukuran belatih, kemudian menusuknya ke kristal yang berisi pintu element. Pecahan cahaya terkeluar dari retakan kristal berwarna jamrud itu, dan pintu yang berada di dalamnnya bergerak terbuka. Kristal itu pecah setelah keluar bola cahaya di dalamnnya, bergerak mendekati Chaterine dan mengitarinya beberada saat, semua yang ada termasuk Zord memperhatikan kemana perginya cahaya itu. Kemudian menunggu Chaterine yang tubuhnya berangsur memudar seperti kaca yang transparan.
" Ibuuuuu..." Arest berlari dengan tatapan bingung, betapa dia tidak mengerti maksud semua ini.
" Chaterine?" Orde
" Arest..berjanjilah pada Ibu kau akan kuat seperti batu karang. Tidak perduli apapun yang menerjang mu, apa itu ombak badai atau kapal besar sekalipun, batu karang akan tetap berada ditempatnya dan tak bergeser sekalipun..." Chaterine terbata-bata
" Orde....Cahterine." Jumi, Orde mengangguk membenarkan apa yang Jumi pikirkan.
" Aa.. apa ini ibu. Ibu kenapa...kenapa tubuh ibu...? Kenapa ibu seperti ini?" Arest kembali menangis.
" Arest dengar, kau adalah anak yang kuat lebih kuat bahkan dari Zerro atau Evost. Dan semua orang sudah melihat itu, hanya kau yang layak, tidak akan ada jika itu bukan kamu Arest..."
" Ibu hentikan...ibu sadar? Barusan ibu bicara seperti akan pergi meninggalkan aku. Paman...."
" Arest..." Orde ikut berlutut di samping Arest
" Chaterine adalah peramal cahaya yang usianya sudah lebih dari 200 tahun, dia bisa hidup sampai sekarang karena dia melakukan janji yang tidak bisa diingkari." Orde
Chaterine seperti yang semua tau sudah ada sejak Raja Arya ke V, dia melakukan janji Guardian. Janji Guardian adalah sumpah yang tidak bisa dibatalkan atau digantikan oleh orang lain. Saat janji itu terucap guardian harus mengorbankan nyawa sebagai ganti dari permohonannya, sumpah Guardian ini merupakan upaya terakhir seorang Guardian jika dia sudah mencapai batas kesanggupannya. Itu semua dilakukan Chaterine untuk melindungi keturunan terakhir Raja Arya, Arest. Air mata Arest semakin tumpah setelah tau kenyataan apa dibalik pengorbanan ibunya, termasuk kenyataan bahwa sumpah itu tidak ada penawarnya.
" Arest sadarlah." Thunder menampar Arest, Raja Arya itu membiarkan Thunder sesukanya.
" Kau tidak punya waktu, jadi berhentilah bersikap cengeng. Harusnya kau menggunakan waktu yang kau punya sekarang untuk mengatakan hal yang harusnya kau katakan pada ibumu." Ya Thunder bener banget.
" Ibu ..." Arest terisak-isak hingga sulit bicara.
" Terimaksih sudah membesarkan Arest, terimakasih karena sudah bersedia jadi ibuku selama 24 tahun ini. Dan untuk bersedia aku panggil ibu....a..." Menangis sambil keduatangannya memegang tangan Chatetrine yang berusaha meraih pipi Arest.
" Arest minta maaf karna sudah serta merta menyalahkan ibu tanpa tau apa yang sudah ibu korbankan buat Arest...."
" Matamu indah seperti milik Ratu Efora, ibu mu. Terlihat biru seperti warna samudra, aku sudah jatuh cinta dengan mata ini sejak pertama kali meraih mu dalam gendongan ibu. Kau menawan seperti takdirmu, ibu tidak pernah berpikir sekalipun...atau sedetik pun...bahwa kau bukan putra ibu..bagi ibu kau adalah satu-satunya putra ibu..yang membuat ibu menjadi sempurna sebagai seorang wanita." Arest menggeleng keras
" Buat Arest ibu adalah ibu...dan akan tetap begitu." Arest mengecup kening ibunya. Chaterine tersenyum diikuti tubuhnya yang semakin memudar. luruh seperti butiran kerlip dan sangat indah. Saat butiran itu lenyap maka berakhir sudah.
" Aaaaaaaaaaaa....." Berteriak marah, Arest.
Begitu Chaterin menghilang cahaya yang berasal dari pintu element, berubah perlahan menjadi sesosok wanita cantik.
" Arest." Ucap nya. Wanita cantik itu tersenyum kepada keturunan terakhir Arya.
*****