Beberapa pasukan Arian yang sudah mengabdi dengan Evost berkeliling untuk menyisir hutan, mereka didampingi pasukan hantu. Evost memerintahkan mereka untuk menemukan para pengendali Element yang masih tersisa. Para pengendali Element mendekati kepunahan karena Evost segera menghabisi mereka begitu menemukannya. Meski sejak kematian Raja Arya ke III para pengendali Element sudah punah kecuali para Guardian, tapi Evost tetap waspada dan terus melakukan pencarian. Diluar sepengetahuannya, para pengendali Element yang terpilih telah lahir, mereka tumbuh dan bertambah kuat setiap harinya.
" Berhenti..." Pemimpin dari pasukan hantu yaitu Zord, meminta rekannya berhenti. Nalurinya mengatakan ada kekuatan besar sedang memantau mereka.
" Jangan bergerak." Tanaman-tanaman liar dihutan itu sesekali bergerak acak disertai suara semak yang kadang terdengar seperti dilewati sesuatu yang besar dan bergerak cepat. Ditambah juga suara-suara seperti raungan hewan. Pasukan Arian mulai terserang takut.
" Waspada dan bersiaplah. Jangan buat gerakan apapun selain..." Tanaman merambat mirip seperti ular yang merayap pelan tanpa mereka sadari. Perlahan melilit kaki mereka dan SRRRTTTTT!
" Aaaaaaa"
" Lari... pergi ketempat terbuka."
Semua prajurit berusaha lari sebisa mungkin. Tapi beberapa dari mereka dililit tanaman kemudian terserat dalam semak, ada juga yang ditarik hingga tergantung diatas pohon. Tiba-tiba pohon-pohon seperti manusia yang sedang marah. Ranting-rantingnya menebas siapapun yang lewat di sekitarnya. Dan akar pohon-pohon itu bergerak seperti pedang kemudian menusuk siapa saja sampai terbunuh. Tampak dari mereka ada yang mati tercekit, ada yang seluruh tubuhnya remuk oleh lilitan semak lalu mati dan ada yang terlempar jauh hingga tewas.
" Hutan ini dikendalikan." Zord berteriak lantang. Dia merasakan ada kekuatan besar dalam hutan ini, kekuatan yang berbau pengendali element.
Saat bersamaan muncul hewan-hewan besar. Harimau, singa dan jenis kucing besar lainnya seperti black panter dan cheetah. Mereka datang dengan taring siaga dan mata bersinar merah terang menandakan mereka siap bertarung. Ukuran kucing-kucing besar itu delapan kali lipat dari ukuran normalnya. Sepertinya mereka juga dikendalikan oleh orang lain, mungkin penghuni hutan ini. Melihat situasinya, Zord segera menundukan kepalanya memberi hormat.
" Kami hanya lewat, wahai raja rimba. Jika itu mengganggu mu, kami minta maaf." Seekor singa yang paling besar dari kelompok nya maju dua langkah dengan pelan. Kemudian mengaum buas, menandakan dia tidak ingin prajurit-prajurit itu mengganggu hutannya dan tidak diperbolehkan melintasi hutan ini. Meskipun hanya sekedar lewat.
Zord perlahan mundur seraya memberi isyarat pada pasukan yang tersisa agar mereka meninggalkan hutan ini. Sekarang.
" Hutan itu Winta Woods, merupakan hutan tertua di Arya. Sebelumnya memang tidak pernah ada orang yang melitasi hutan itu." komentar seorang laki-laki bertubuh hitam, yang mereka meyakini itu Evost. Zord menghadap padanya, melaporkan kejadian aneh tadi.
" Kami melintasinya untuk mencari pengendali element yang mungkin tersisa, mengingat hanya hutan itu yang belum kami periksa tuan. Dan hutan itu memiliki daya tarik kuat saat kita melihatnya Tuan. Aku merasakan ada kekuatan besar di dalamnya."
" Kabut gelap ku tidak bisa menyentuh hutan itu. Tidak mungkin ada manusia apalagi pengendali element yang hidup di dalamnya. Tidak mungkin mereka bisa mengalahkan penguasa hutan Winta Woods. Bahkan pengendali tanah dan air tidak bisa menggunakan kekuatan mereka saat berada di sana."
" Pantas saja, tubuh ku seperti tidak berdaya saat berada di dalamnya. Jadi Hutan itu belum tersentuh siapa pun? Tapi kenapa, apa atau siapa yang memiliki kekuatan besar itu? Dan kenapa kita tidak berdaya di dalamnya?" Zord merasakan hal yang aneh hingga membuatnya bergumam sendiri, semua tumbuhan dan hewan tadi bergerak seperti manusia, mereka pasti dikendalikan. Tapi siapa? Bukankah manusia tidak ada yang bisa menyentuh nya, lalu siapa?
" Seperti yang kukatakan hutan itu tidak bisa tersentuh. Itu artinya aku juga tidak bisa mengendalikan bayangan di dalamnya." Zord segera paham kekhawatiran tuannya. Karena berarti ada penguasa lain yang harus mereka taklukan, dan penguasa itu pasti sangat kuat.
Winta woods adalah hutan luas yang membatasi negara Arya dan Arian. Luasnya hampi setengah dari negara Arya yang merupakan negara terbesar kedua setelah Arian. Hutan ini terkenal melenyap siapa saja yang melintasinya. Karena hutan ini lah, masyarakat Arya harus menempuh perjalanan empat kali lipat jauhnya jika ingin ke negara tetangga melewati jalan memutar. Dibandingkan melewati jalur hutan, dengan melihatnya saja sudah dapat menimbulkan perasaan bahwa hutan itu memiliki dinding sendiri yang tidak dapat ditembus siapapun.
" Niel duduklah!" Orde menarik lembut bahu Niel yang masih tampak syok dan kalut. Mereka berhenti sebentar untuk beristirahat, Chaterine mengucapkan mantra sihirnya untuk membuat pohon-pohon disekitar membungkuk membentuk rumah yang cantik dengan beberapa bunga menghiasianya. Jika berada dalam rumah ini mereka tidak dapat dilihat oleh siapapun termasuk binatang buas.
" Kamu tau Niel?" Niel alias Arest menoleh pada Chaterine dengan rasa enggan
" Ayah mu adalah seorang raja yang cerdas dan tampan. Dia begitu kuat dan pemberani. Sebelum iya tewas dalam perang, dia berpesan padaku agar melindungi mu. Kau lahir saat gerhana matahari sesuai dengan ramalannya, semua orang sangat berharap padamu termasuk ibu kandung mu ratu Efora. Dia memerintahkan ibu untuk membawamu jauh darinya, itu untuk melindungimu agar terhindar dari pasukan Evost yang mengejar ibumu."
" Tapi nyatanya aku tidak bisa apa-apa kan bu?"
Semakin ia tau kenyataan ini, semakin terasa pahit. Orang tuanya berkorban demi dirinya, orang yang diramalkan akan mengalahkan Evost. Mereka berkorban karena mengira dia adalah harapan kaumnya. Tapi saat ini Niel tidak memiliki kekuatan apa-apa. Bagaimana dia akan membayar pengorbanan semua orang.
" Kau boleh menangis, untuk meredakan sedih dan amarahmu. Tapi ingat satu hal, menangis tidak akan merubah apapun. Jadi jangan terlalu lama larut dengan kesedihan itu." Niel merasakan paman Orde mengusap-usap punggungnya.
" wajahmu sangat mirip dengan ayah mu, tapi kau mewarisi sifat lembut ibumu dan kepintaran dari ayahmu. Jadilah berani Niel, jangan buat kematian mereka sia-sia."
" Ini tidak adil."
" Satu hal lagi Niel, namamu yang sebenarnya adalah pemberian ayah mu. Nama yang indah dan sangat mencerminkan keturunan raja Arya. Tapi kami tidak bisa membiarkanmu tumbuh dengan nama itu untuk menyembunyikan keberadaan mu. Niel itu, adalah nama yang ibu buatkan untukmu."
" Bahkan nama ku juga kebohongan." Arest tertawa miris.
" Arest. Arest." Chaterine sadar ini semua hanya akan menambah kesedihan anak angkatnya itu. Tapi dia harus melakukannya.
" Niel matamu.." Orde kaget bola mata kanan Niel alias Ares berubah dari warna biru kehitaman menjadi hijau kebiruan, aneh nya bola mata kiri tidak berubah sama sekali. Ini adalah tanda yang dimakdud oleh Gi Ai. Sebelah bola matanya akan berubah warna jika bertemu dengan orang yang telah dipilihnya.
" Orde.." Bersamaan Chaterine melihat hawa dingin merambat perlahan membekukan apa saja yang di lewatinya, meski kemudian segeara hilang setelah dilewati. Warna hijau di mata Niel semakin terang diikuti rambatan es yang semakin dekat. Kemudian muncul seorang pria mendekat, kakinya tidak menyentuh tanah. Dia melayang, tanah yang dilewatinya menjadi salju.
Wajahnya sangat tampan, sangat kontras dengan rambut putih keabuan yang memanjang hingga pinggangnya. Dia berhenti karena ada bagian tanah yang dia lewati tidak membeku oleh es. Rasa ingin tau mengusiknya, sepertinya ada sesuatu dengan menaungi tanah itu. Melihat pria itu berhenti, Chaterine waspada begitu juga Orde . Sementara Niel hanya berdiri penuh heran sekaligus takut.
Pria itu memperlihatkan kemampuan mengendalikan es, sepertinya dia mencoba mencari tau apakah ada orang disekitarnya sedang bersembunyi. Wajahnya tampan tampak tajam berkharisma, dengan mata yang waspada mengawasi sekitar dan.... CRAAKKK. Dia berhasil membelenggu sihir Chaterine dengan pengendalian Ice nya. Sehingga persembunyian mereka terlihat dibalut es putih kemudian hancur seperti dinding pasir yang runtuh. Chaterine sedikit takut, wajah tangguh dan tubuh yang tinggi memperlihat betapa kuatnya orang ini.
Masih sibuk dengan pertanyaan yang berkutat di dalam pikirannya membuat Chaterine dan Orde tidak waspada. Si pengendali es itu mengunci mereka dengan bekuan es seperti kristal hingga mereka tidak bisa bergerak. Pria tampan itu kemudian mendekati mereka dengan tatapan tajam, matanya bercahaya putih menakutkan. Pandanganya lalu terpaku pada mata Niel yang kelap-kelip dengan sinar hijau. Sinar mata yang terlihat garang itu mulai meredup dan memperlihatkan mata manusia pada umumnya, seraya berjalan mendekati Niel.
" Kamu mau apa?" awalnya takut, tapi saat wajah pria itu mendekat Niel terpana. Bagaimana ada orang setampan itu?
" Kamu Arest?" Semua terkejut. Siapa orang ini, bagamana dia tau identitas dari keturunan raja terakhir Arya.
" Iya Benar. Kamu Arest kan? Waaaa... waaaa... aku menemukan mu." jadi semakin terkejut lagi. Penjara es yang mengikat mereka luruh dan menghilang. Wajah menakutkan itu berubah ceria dan kekanakan. Sekarang saja dia melompat-lompat kegirangan sambil memegang kedua tangan Niel. Mirip anak kecil yang baru diberi coklat oleh temannya.
" Aku Dave." Dia mengulurkan tangannya sebagai tanda perkenalan, terlalu bersemangat malah.
Dave adalah pengendali es, Immortal Ice. Dave satu-satunya pengendali es yang bisa tahan terhadap api dengan menciptakan dunia dingin miliknya sendiri. Dia juga tahan dengan cuaca extream seperti gurun pasir, sementara pengendali Es lain mungkin akan mati karena lemas dan sesak disituasi itu. Power terkuatnya adalah menggandakan dirinya dari es yang memiliki kekuatan sama dengannya. Kalau tampangnya ga usah ditanya, cakep habis.
Seorang musuh sekalipun akan langsung jatuh hati melihat wajahnya, tidak perlu sebenci apa mereka, laki-laki atau perempuan. Ketampanan yang membius semua orang dengan karisma nya.
" Akhirnya... aku udah lama nunggumu, Arest." masih dengan sisa keterkejutannya, perlahan mata Niel kembali ke warna normal seperti sebelumnya. Biru pekat kehitaman, Navy.
*****
" Kita bisa membakarnya."
" Membakarnya?" Evost memikirkan saran dari Gecha, masih membahas Winta Woods.
" Jika kita tidak bisa menggunakan kekuatan pengendali Element jika berada di hutan itu. Berarti kita hanya bisa melawanya dari luar kan? Dan yang paling menjadi musuh seluruh hutan adalah... api." Evost tersenyum senang.
" Zord, kawal Gecha. Lakukan apapun untuk membantunya membakar hutan itu. Jika perlu, bangunkan Sang Jada."
" Apakah itu tidak terlalu dini tuan? Bukankah Sang Jada saat ini belum tertaklukan. Terlebih kita punya rencana sendiri untuk itu kan?"
" Buatlah sesukamu, aku mau Winta woods menjadi debu malam ini"
" Baik tuan."
" Lakukan seperti biasa Gecha. Tanpa kesalahan."
" Baik tuan."
*****
" Aku Dave." Pengendali Es itu tersenyum senang, dan meraih tangan Niel untuk dijabat paksa. Niel hanya mengangguk bingung.
" Kau siapa? Bagaimana kau tau tentang Arest?"
" Gi Ai, dia pengasuh ku." Chaterine berlari memeluk Dave, setelah mendengar nama Gi Ai.
" Kau putranya Gi Ai?"
" Iya Bu. Oh.. maaf boleh kah aku memanggil mu ibu?"
" Iya.. tentu boleh." Chaterine terharu
" Apa Gi Ai benar-benar ayah mu?"
" Hmmm... setidaknya itu yang ku yakini saat ini. Dia membesarkan aku hingga saat ini. Kalau orang tua kandungku, aku tidak memiliki ingatan tentang mereka. Dave juga nama yang diberi ayah padaku, aku tidak ingat apapun selain kenanganku dengan ayah."
" Maksudmu kau tidak yakin tentang itu, soal paman Gi Ai?"
" Niel, Tidak kah kau berpikir itu bisa menyinggung perasaan Dave dan ibu?"
" Niel? Bukankah keturunan raja Arya yang terakhir bernama Arest?"
" Ssssttt." Chaterin memeriksa sekeliling.
" Oh.. ya.. aku lupa, maaf." Dave membuat tempat berlindung yang terbuat dari es. Dan mengatur suhunya agar tidak terlalu dingin.
" Waw..." Niel terkagum, dan menyentuh dinding esnya. Cantik sekali. Dia pengendali es atau arsitek sih. Lihat bahkan dinding punya tekstur yang unik, ada seperti jutaan ukiran tapi sangat kecil.
" Ini tidak terasa sedingin es. Bagaimana..."
" Aku melapisinya dengan frozt blanked, jadi dinginnya tidak akan mengganggumu. Dan suara kita tidak akan didengar siapapun selama berada disini, meski dengan kekuatan apapun." Mata dan mulut Niel tidak berhenti terkagum.
Pelindung ini seperti rumah lengkap dengan bilik kamar yang luas. Tapi jika dari luar terlihat hanya satu ruangan kecil dengan satu pintu. Ruangan akan menyesuaikan perasaan dan membentuk sesuai keinginan orang didalamnya. Jika penguhinya lapar, dinding akan segera membentuk ruang makan lengkap dengan isinya. Jika sedih, maka rumah unik ini akan memberikamu ruangan menyendiri yang sangat baik. Ruang itu bahkan terang sendiri tanpa lampu, seolah dindingnya memberikan cahaya. Samar-samar terlihat warna-warna indah yang seperti sembunyi di dinding es itu. Indah sekali.
" Ini sangat indah."
" Terimakasih." Dave terus mengekor pada Niel kemanapun dia pergi. Begitu senangnya ketika Niel meminta sekamar dengannya. Sementara Orde dan Chaterine di kamar lain.
" Apa tempat tidurnya kurang nyaman?"
" Oh tidak, ini sempurna. Terimakasih."
" Tapi wajahmu terlihat tidak senang."
" Aku baru tau semuanya kemarin, apa aku boleh.. memanggil mu kakak?"
" Tentu, panggil aku sesuai keinginan mu." Dave sangat senang. Arest seperti mempunyai magnet kuat serta pesona yang sulit ditolak. Begitu melihatnya Dave sudah jatuh cinta. eitzzz.... bukan jatuh cinta untuk dijadiin pasangan ya tapi... sahabat.
" Setelah tau, itu seperti mimpi buruk. Aku bahkan tidak bisa bangun untuk menghindarinya, ingin marah tapi tidak bisa. Ibu bilang pengendali Element yang aku pilih tanpa sadar saat lahir, mengalami hal yang sama karena aku. Maaf kak, kakak juga mengalaminya karena aku. Terpisah dari orang tua kandung dan harus ikut menanggung beban ini."
" Jangan menyalahkan diri sendiri ini bukan salahmu, semua ini akan berakhir. Meskipun kita tidak tau kapan, tapi setiap awal akan memiliki akhir bukan." Niel mengangguk ragu. Dia merasa mustahil.
" Ouya.. kenapa ibu menggilmu Niel?"
" Itu nama yang diberikan ibu untuk melindungiku, sama seperti saat ini. Dia membuat wajahku terlihat jelek agar tidak ada yang mengenaliku. Aku juga baru tau kalau Arest adalah nama yang diberikan ayah dan ibu kandung ku."
" Tapi.. wajah mu tidak jelek. Tampan malah." Kekuatan Chaterine tidak akan berefek terhadap orang yang menyayangi Arest dengan tulus.
" Kakak.. jangan berkata seperti itu. Aku malu."
" Sepertinya sihir ibu tidak berpengaruh padaku. Aku tetap bisa melihat cahaya wajah asli mu... Arest. Aku lebih suka memanggilmu Arest." Niel hmmm... Arest tersenyum malu.
" Ouya kak? Aku juga menyukainya. Nama itu membuatku merasa dekat dengan ayah dan ibu. Hanya itu yang mereka tinggalkan untukku."
" Jadi kau tidak pernah melihat wajah mereka?" Arest mengangguk dengan mata yang masih menerawang ke langit sambil terlentang. Kedua tangannya terlipat menyangga kepalanya.
" Selama tinggal dengan ibu Chaterine, aku tidak punya sahabat seorang pun. Tepatnya ibu tidak memperbolehkan aku berteman dengan siapapun. Aku nanti akan terluka. Katanya jika aku memiliki teman atau orang yang aku cintai itu hanya akan membahayakan mereka. Dan setiap kali kutanya kenapa, ibu hanya bilang suatu saat kamu akan tau." Arest mendesah lagi.
" Setelah tau kenyataannya, ternyata jauh lebih mengerikan dari yang aku bayangkan. Bagaimana jika orang yang aku sayangi saat terbunuh karena aku, ibu, paman. Karena Evost menginginkan aku."
" Kalau begitu ayo kita berteman." Dave menoleh penuh harap.
" Kakak tidak takut jika dalam bahaya karena aku?"
" Aku pengendali Es terkuat di klan ku, kata ayah. Mungkin itu cukup melindungi ku dan kamu... Arest."
" Wah...kakak adalah teman pertama ku."
" Kau juga teman pertama ku." Tertawa bersama.
" Ngomong-ngomong kak....aku menyukai kamar ini. Indah sekali, langit-langit kamar ini seperti melihat langit malam langsung yang penuh bintang. Aku menyukainya." Dave tersenyum bangga. Puas.
Persahabatan yang terbentuk ini adalah takdir yang tidak bisa mereka hindari. Hari itu pun menjadi awal baru buat Arest. Teman pertamanya, akan dia lindungi bagaimana pun caranya. Akan bersama dan tidak terpisahkan. Begitupun keduanya, karena persahabatan ini mereka jadi sering bercanda, tertawa, melakukan hal seru lainnya. Perjalanan ini terasa jadi begitu menyenangkan, kemana pun Dave pergi atau apa saja yang dia lakukan Arest akan mengikutinya. Begitu pun sebaliknya.
Disaat makan, mereka bahkan berbagi hidangan dengan menyuapi bergantian. Dimana Arest tidur atau duduk, Dave akan berada disampingnya. Mereka begitu saling menyayangi, Chaterine merasa senang Arest mendapatkan teman sepadan. Tapi juga sangat khawatir, bagaimana jika terjadi sesuatu. Bagaimana jika salah satunya terluka, bagaimana jika ada yang memisahkan mereka. Pasti akan memberikan luka yang parah.
" Kak... apa kau memilikinya?" tanya Arest saat mereka istirahat. Sudah seminggu perjalanan, sebentar lagi mereka akan tiba di Winta Wood. Dave pun kembali membuatkan rumah es nya. Rumah dengan ruangan tanpa batas sesuai imajinasi penghuninya. Sama seperti sebelumnya.
" Hm?"
" Itu... tanda dibahu mu. Identitas pengendali es."
" Oooo... iya. ada dibahu kiriku. Kau mau melihatnya?" Dave memperlihatkan bahu kirinya. Mata Arest terpana.
" Snow Flake. Indahnya..."
" Apa tanda yang kau miliki Arest?"
" Ha? Entahlah... sepertinya tidak punya. Aku tidak bisa mengendalikan apapun. Semua guardian yang pernah datang menemui ibu seperti mulai meragukanku. Benarkah aku anak terpilih itu? Dan jika benar, mampukah?"
" Biar aku lihat, mana bahu kirimu?" Dave tidak melihat tanda apapun di bahu kiri Arest.
" Mungkin di sini." Arest memperlihatkan bahu kanannya.
" Wah....indah sekali."
" Seperti apa dia Hyung? Aku tidak bisa melihatnya."
" Ada bentuk seperti mahkota tapi ada titik-titik yang mengelilinginya. Beberapa beberbentuk lingkaran penuh tapi ada juga yang lingkarannya tidak teratur. Seperti benih yang berangsur tumbuh. Sulit diketahui itu gambar apa. Tapi ada snow falke yang sangat kecil di sana. "
" kata ibu tanda ku belum tumbuh sempurna. Akan berubah seiring perkembangan kemampuanku. Sampai saat itu tiba, apa kekuatanku yang sebenarnya tidak akan keluar. "
" Pakai kembali baju mu Arest." Chaterine sedikit gusar melihat mereka dengan ceroboh memperlihatkan tanda Element satu sama lain.
" Kita sudah dekat dengan perbatasan Arian. Siapa saja bisa merasakan kehadiran kalian. Karena tanda atau identitas Element di bahu kalian akan menimbulkan aura kuat. Kalian tidak boleh sembarangan membuka apalagi memperlihatkannya. Dan... Dave, kamu tidak boleh menyebut nama Arest disembarang tempat. Jaga sikap mu, dia raja mu."
" Maaf ibu kami tidak akan ceroboh lagi. Dan akan lebih berhati-hati. Ini salah ku." Dave menunduk hormat. Wah...kakak yang dewasa.
" Bersiaplah ."
Sreerrtt... srtt..... terdengar suara sekelompok orang yang berhenti. Arest dan lainya baru saja keluar dari perlindungan rumah es. Sementara Chaterine, yang menyadari hal itu, langsung menarik Arest dan Dave ke semak yang sudah dimantari agar merea tidak terlihat.
" Tetap tundukan kepala kalian. Dan jangan bersuara. Mereka bisa mendengar kita meski tidak melihatnya." Saat itu hari sudah malam dan gelap.
" Gecha, kau yakin dengan rencana mu? Aku punya firasat buruk tentang ini. Hutan ini hidup seperti manusia yang memiliki otak. Dia akan mengantisipasi apapun yang kita lakukan." Terlihat Zord, Gecha dan rombongannya. Baik Orde atau Chaterine, masih belum tau apa yang akan dilakukan mereka.
" Bukankah ini Winta wood Chaterine? Sedang apa mereka, apa mereka akan memasuki hutan magis itu?"
" Entahlah Orde, satu hal yang pasti mereka diperintahkan Evost untuk melakukan sesuatu. Jika dia ingin sesuatu pasti bukanlah hal yang sia-sia. Tapi apa ya.."
" Kakak tau sesuatu tentang mereka kak?" tanya Arest
" Entah lah... ayah hanya bilang bahwa Evost memiliki pengendali api di sisi nya. Melihat wanita yang tubuhnya penuh api itu sepertinya dia pengendali api itu."
" Aku juga merasa hal yang sama saat ini Zord. Begitu melihat hutan ini, kaki ku sedikit gemetar tapi aku akan mencobanya. Fire!" kedua tangan Gecha mengeluaran api. Kemudian mengarahkan api itu ke arah hutan.
Gecha yang dibahas sebelumnya adalah pengendali api, tepatnya Red Fire yaitu api merah yang memiliki panas 1000 celcius. Api merah adalah api yang paling rendah tingkat panasnya dan merupakan bagian terluar (terdingin) dari matahari. Pengendali api memiliki kemampuan untuk up satu level dari powernya. Sehingga Geca, dapat mengeluarkan api biru yang memiliki panas kurang dari 2000 celcius atau satu level diatas api merah. Tapi ada hal tidak mereka ketahui Winta woods hanya bisa dibakar dengan panas di atas 2000 celcius, sekurang-kurangnya menggunakan power dari pengendali api yang sangat langka, White fire.
Api Gecha terus membakar bagian terdekat dengannya, beberapa pohon tampak mengitam kemudian kering lalu perlahan terbakar. Tapi tiba-tiba, dua pohon menumbuhkan dahannya dengan cepat dan bergerak ke arah Gecha untuk memukulnya. Geca pun terlempar beberapa meter karena tidak siap dengan dahan yang mengayun ke arahnya.
" Hiyaaa..." Gecha menaikan level apinya, blue fire. Di susul oleh daun-daun yang menyusun membentuk perisai untuk mengahalangi api.
" Zord." Gecha meminta bantuan. Zord mengayunkan pedangnya, menebas tanaman apapun yang menghampiri. Tapi daun-daun terus datang seperti air terjun.
Serangan dari hutan terus datang tanpa ampun, akar-akar pohon besar mulai ikut serta melindungi hutan mereka, Winta woods. Tidak sampai di situ, hewan jenis kucing besar mulai berdatangan, lagi. Sama seperti yang ditemui Zord sebelumnya, ukuran mereka lebih besar dari seharusnya. Tingginya mencapai 3 meter, itu otomatis membuat Gecha berhenti. Dan jelas mereka bukan hewan lucu yang bersahabat. Saat hewan-hewan itu muncul, Dave menyadari sesuatu.
" Arest? Mata kamu." Mata Arest berubah warna. Persis saat pertama kali ketemu dengan Dave. Mungkin benar, hutan itu dikendalikan oleh orang lain.
" Apa ada Pengendali lain di sana?" Gumam Chaterine.
" Pergi!" Seekor singa mengejutkan semua orang karena bisa bicara.
" Kami tidak mengganggu siapapun jadi pergilah. Sebelum kesabaran kami habis dan menghabisi kalian." Geca melihat ke arah Zord.
" Siapa tuan kalian?" Ucap Zord sangat yakin. Ada orang lain yang mengendalikan hutan ini pikirnya.
" Aku rajanya." Ucap singa itu, lalu mengerang yang khas selayaknya singa. Bedanya suara itu lebih keras dan lebih menakutkan.
" Aku singa yang tidak akan mati karena apimu, Red Fire." Gecha terkejut, bagaimana dia tau.
" Kau bukan orang terpilih. Kau hanya pengendali api yang terlemah. Pergilah sebelum aku menerkammu." Singa itu maju tiga langkah, membuat Geca melangkah mundur.
" Dan Kau." Mengarah pada Zord.
" Aku sudah memperingatkanmu." Zord tidak gentar, meski Singa itu kemudian berputar mengelilinginya. Dia adalah pemimpin pasukan hantu tidak akan terjadi apapun dengannya, justru dia lah yang harus ditakuti. Pikirnya. Diluar dugaan Zord, seekor Harimau putih besar yang sangat cantik keluar dari hutan itu. Meskipun berjalannya sangat anggun tapi tetap saja menakutkan.
" Apa kau lupa?" Ucap Harimau jantan yang cantik itu. Zord berlutut, takluk."
" Kenapa dia berlutut?" Ucap Arest tidak mengerti.
" Harimau putih, adalah nenek moyang dari bangsa Sevis. Bangsa sevis pernah melakukan hal yang sangat dihargai oleh bangsa roh atau hantu yang dikutuk karena dendam, kejahatan atau penguburan yang tidak layak. Bangsa Sevis melaksanakan upacara pemakaman layak untuk roh yang dikutuk agar mereka tidak lagi berbuat kejahatan." Gi Ai muncul dengan teleportasinya tiba-tiba.
" Ayah?"
" Gi Ai? Bagimana kau bisa ...."
" Dave dan aku seperti kau dan Arest, Chaterine. Kami terhubung satu sama lain. Dan juga bisa menembus perlindungannya." Gi Ai adalah Guardian terkuat, itu kenapa dirinya mengatur penuh perlindungan 10 element yang di pilih Arest. Dia juga mampu menembus pertahanan Chaterine yang satu level di bawahnya.
" Paman...boleh kah paman lanjutkan cerita paman tadi? Itu soal.. bangsa Sevis"
" Arest? Itu kah kamu? Kamu tumbuh dengan baik dan sangat tampan. Aaa... ya.... hampir lupa. Dulu sebelum Evost merajai bangsanya, harimau putih raja mereka yang hakiki. Dan kemampuan mereka akan melemah jika berhadapan dengan harimau itu."
" Penjajahan Raja." Gumam Chaterine.
" Tepatnya mereka memberikan kemerdekaanya pada bangsa Sevis."
" Maafkan aku." Ucap Zord. Terlihat sangat lemah. Gecha tidak mengerti kenapa Zord tunduk. Tapi yang jelas hewan-hewan besar ini bukan tandingannya.
" Kami hanya lewat untuk menyapa." Gecha memberi hormat
" Sekaligus penasaran. Tidak masalah jika kalian tidak mau menyerah sekarang. Evost akan membalas penghinaan ini." Gecha memberikan isyarat kepada pasukannya. Bahwa mereka harus pergi. Zord juga ikut meninggalkan Winta woods.
Saat kaki tangan Evost meninggalkan hutan, Gi Ai dan rombongan keluar dari persembunyian dan mendatangi singa-singa besar yang mengklaim dirinya raja dari Winta Woods. Gi Ai pun memberi salam hormat.
" Aku Gi Ai, wahai penguasa hutan magis. Aku datang ingin meminta izin dari kalian untuk melintasi hutan ini." Singa besar itu mengerang pelan, mata raja hutan itu menangkap wajah Arest. Hewan itu juga bisa jelas melihat bola mata anak tampan itu berbeda warna satu sama lain. Cukup lama singa itu terdiam dan saling menatap dengan Arest.
Gi Ai memberikan isyarat kepada semua untuk tidak melakukan apapun. Raja hutan itu sepertinya sedang melihat jati diri Arest. Begitu juga dengan raja bangsa Sevis alias si harimau putih, mata tajamnya mengamati Arest sangat lama. Membuat semuanya khawatir.
" Kalian boleh pergi." Ucap si singa tiba-tiba.
" Tapi tinggalkan anak itu disini." Mendengar itu Dave naik darah dan langung berubah ke mode Controller. Dimana matanya berwarna putih, dan siap untuk perang.
" Dave, jangan." Gi Ai ingin mencegah tapi anak asuhnya sudah maju duluan. Tanah disekitarnya tertutup salju
" Tenang Dave. Ki...." Pohon-pohon menyerang duluan karena merasa terancam dengan perubahan suhu yang berasal dari pengendali Elemen Es itu. Sementara Dave terlalu siap untuk bertarung. Gerakan sangat cepat nyaris tidak dapat di lihat, apapun yang menghampirinya beku jadi es dan hancur seperti debu. Sang raja hutan pun menyerang, menghentakan kaki kanan nya. Semua salju yang menutupi tanah menghilang tapi timbul lagi. Dia pun berpikir mengeluarkan hawa panas dari aumannya. Angin panas itu cukup kuat hingga mendorong apa saja, beberapa inci ke belakang.
" Gi Ai, Dave...tidak akan bertahan. Dia... bisa mati lemas."
" Bukan itu yang aku takutkan Chaterine. Dave yang terkuat dari klannya, Immortal Ice. Dia tidak akan kalah hanya dengan itu. Tapi justru hawa dingin yang terus turun suhunya di bawah nol bisa membunuh kita semua."