Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

ELEVEN ELEMENTS. The Beauty Controllers Ever

🇮🇩ZheaAraz
--
chs / week
--
NOT RATINGS
53.9k
Views
Synopsis
Evost, sang penguasa kegelapan telah lahir dan membuat dunia penuh kegelapan tanpa bisa tersentuh oleh matahari. Bahkan Kerajaan Arya yang terkenal tangguh rata olehnya. Namun muncul sebuah ramalan mengatakan bahwa akan lahir seorang pengendali Element dari keturunan raja terakhir yang akan mengakhiri kekuasaan Evost. Agar ramalan itu tidak terjadi, Evost pun membumihanguskan pengendali Element satu persatu hingga klan ini nyaris punah. Tapi takdir terjadi sesuai keyakinan semua orang, sang terpilih lahir. Sebelas pengendali Element berkembang secara sembunyi-sembunyi. Saat mereka siap, mereka akan memenuhi takdirnya. Dapatkah mereka mengembalikan cahaya di kerajaan Arya kembali
VIEW MORE

Chapter 1 - Keturunan Terakhir

Seluruh negeri, berkabut dan gelap. Cahaya matahari sudah lebih dari 50 tahun tidak menyentuh beberapa bagian bumi khususnya di negeri Arya. Sebelumnya diramalkan bahwa bumi akan mencapai puncak kegelapan, saat pengendali bayangan lahir ke bumi. Bayi itu lahir bernama Evost, Master kegelapan atau the darkness. Saat penguasa kegelapan itu lahir, baru saja tangis pertamanya sudah dapat merubah siang menjadi malam, bahkan saat tangannya menggenggam semua tanaman layu dan mati. Sudah banyak kesatria, ahli pedang dan bahkan para mengendali element, tidak dapat mengalahkannya hingga semua dari mereka musnah dan punah. Evost membentuk kerajaan yang memiliki 200.000 pasukan hantu, pasukan yang tidak dapat ditembus senjata atau pun dibakar. Karena tidak ada yang bisa mengalahkannya, seluruh masyarakat dibelahan dunia takluk dan tunduk padanya. Tapi pada suatu hari, ramalan baru muncul. Ramalan yang terdengar seperti cahaya harapan.

" Akan lahir pada gerhana matahari, seorang keturunan terakhir dari Raja Arya kerajaan Arya. Saat bayi itu lahir cahaya gerhana matahari akan terang dari biasanya, dan menjadi element terkuat yang akan menghancurkan kerajaan Evost." ucap Chatrine, peramal ternama yang sangat dekat dengan raja saat itu, Raja Arya V.

" Apakah dia memiliki tanda, agar kita semua nya tau bahwa dia keturunan mulia itu." Raja Arya V bertanya cemas.

" Maaf yang mulia, saya tidak bisa melihat apakah dia laki-laki atau perempuan, tapi yang pasti dia memiliki tanda berbentuk mahkota dibahu kanannya. Dan saat dia menangis atau tertawa untuk pertama kali, akan terpilih element-element kuat yang akan menjadi prajuritnya."

" Jadi...akan lahir pengendali element lain.. yang akan .."

" Bukan lahir yang mulia, tapi secara tidak sadar bayi Arya itu akan memilih orang-orang secara acak dengan kekuatannya. Serpihan kekuatan itu akan menembus jantung sang terpilih, kemudian di bahu kiri mereka akan muncul simbol element masing-masing."

" Chaterine, jika ini adalah benar harapan terakhir kita, sebarkan berita ini secara sembunyi-sembunyi pada rakyatku. Katakan pada mereka ramalan itu dan perintahkan, siapapun yang melihat seseorang atau keluarga mereka yang memiliki tanda element dibahunya mereka harus melindunginya dengan nyawa mereka."

Mulai malam itu semua orang hingga kepelosok negeri menceritakan ramalam itu dengan berbisik-bisik agar prajurit-prajurit Evost tidak mendengarnya. Tapi mereka lupa bahwa Evost adalah mengendali bayangan dan kegelapan. Dimana pun bayangan dan kegelapan ada maka dia bisa melihat dan mendengar semuanya.

Hingga 200 tahun penantian, ramalan yang diberitakan tidak kunjung datang. Saat ini mereka bahkan sedang berperang dengan kekuatan terakhir mereka, hati semua orang menjadi ragu apakah ramalan itu benar. Bernarkah pahlawan itu ada. Sementara Raja Arya ke XI saja sudah tergeletak tak bernyawa dengan leher tertebas, sedangkan istrinya dan kedua putra berusaha melarikan diri.

" Ratu Efora! Jangan pernah melihat kebelakang. Apapun yang terjadi." seorang jendral mengahampiri Ratu dan membawanya ke lorong rahasia. Ratu Efora adalah istri Raja Arya XI. Satu-satunya istri yang dimilikinya.

" Berjalanlah secepat yang mulia bisa, sisa tentara akan mengulur waktu yang mulia." Ratu Efora menggeleng disertai tangisan.

" Ingat, jangan pernah melihat ke belakang. Terus berjalan dan jangan berhenti. Apapun yang terjadi, apapun...." Efora masih menggeleng sambil menangis.

" Sekalipun kedua pangeran mati, meskipun hanya tinggal anda sendiri. Bertahanlah sekeras yang anda bisa. Demi masa depan Arya, demi keturunan kita. Untuk ramalan yang telah kita nantikan. Ku mohon tetap lah hidup..." Efora, dia adalah ratu negeri ini. Maka dia harus bersikap selayaknya seorang ratu. Kesedihan ini tidak berarti dibandingkan dengan penderitaan rakyatnya. Dia harus hidup apapun caranya.

Perang sudah berakhir, istana Arya yang tangguh selama ini sudah rata dengan tanah. Kepulan asap hitam terlihat dimana-mana, itu cukup menjelaskan kalau semua habis terbakar. Masih dalam lorong rahasia penyelamatan ratu, orang yang tersisa tidak lebih dari 15 orang termasuk kedua putranya. Tapi seolah sudah jatuh tertimpa tangga, tengah dalam perjalanan ratu dan kedua putranya menginjak tanaman beracun yang sering tumbuh didalam gua. Suasana tambah mencekam saat semua tau bahwa obat-obat yang mereka bawa sangat terbatas. Bahkan penawar racun ini tinggal sedikit.

" Ini sangat sedikit, penawar ini tidak akan cukup. Kita harus bagaimana?" seorang pelayan histeris.

" Selamatkan ibunya." Sesosok wanita tiba-tiba muncul entah dari mana dan entah sejak kapan.

" Bagaimana mungkin kamu berkata seperti itu, mereka keturunan raja yang berharga. Siapa saja diantara dua putra dan anak yang sedang dikandung ratu bisa saja jadi keturunan yang terakhir. Sesuai ramalannya..." Pelayan yang tadi membantah.

" Aku Chaterine, Peramal cahaya dengan element magic."

" Tidak mungkin.... bagaimana bisa kau adalah Chaterine. Peramal yang lahir di zaman pemerintahan Raja Arya ke III. Bahkan untuk melihat kau masih hidup itu mustahil apalagi melihat mu masih terlihat sangat muda." ucap ratu Efora terbata. Namun diluar dugaan.

" Cepat minum penawarnya yang mulia. Cepat minum. Kita tidak punya waktu." Chatrine meraih penawarnya dan menyihir semua orang hingga mereka bergerak sangat lambat. Kemudian memaksa ratu Efora untuk meminum penawarnya. Hati seorang ibu menolak itu, mata nya masih bisa melihat kedua putra nya yang terbaring lemas membiru. Meski tidak mengatakan apapun, dia ibu yang tau rasa sakit apa yang sedang dirasakan anaknya.

" Aaaaaaaa..." Efora menangis prustasi, terisak, sangat marah sekaligus tidak berdaya. Dia membentur-bentur pugungnya ke dinding gua dan meremas erat tanah ditangannya

" Maafkan saya yang mulia, tapi hidup anda adalah tanggung jawab saya. Saya akan membuat kedua pangeran tidak merasakan sakit sedikit pun. Hanya itu yang bisa saya lakukan, maafkan saya yang mulia." Chaterine melakukan sihirnya, kedua mata para pangeran terbuka kemudian tersenyum pada ibu mereka. Masih berusia 5 dan 7 tahun, hati Efora membeku. Mereka tersenyum untuk terakhir kali sebelum menutup mata selamanya, senyum yang mengatakan bahwa mereka tidak keberatan. Bahwa semua akan baik-baik saja. Mereka juga rela ikut berjuang demi Arya.

" Aaaaaaaaa..."

♣♣♣♣♣

" Tidak ada yang tersisa Tuanku, bahkan seorang anak bayi pun tidak luput kami habisi. Kerajaan Arya sudah punah." Gecha, Red Fire. Pengendali api dari bangsa iblis yang mengabdi pada Evost. Seluruh tubuhnya merah kekuningan dikelilingi kobaran api. Wujud yang menakutkan, tetapi wujud itu akan berubah menjadi peri cantik saat dia jatuh cinta.

" Ramalan itu tidak akan ada jika begitu mudah dihancurkan. Para bayangan mengatakan padaku bahwa ratu mereka selamat." Evost membesarkan mata ungu nya menakutkan. Tubuh hitamnya begitu besar dan tangguh. Terlihat jelas kekuatan yang tersembunyi di dalamnya.

" Maaf kan Hamba Tuan. Aku akan segera menemukannya dan mencarinya."

" Tidak perlu, ini akan menjadi tidak seru. Biarkan dia datang padaku, biarkan dia hidup dan memenuhi ramalannya. Tapi tidak untuk menghancurkanku."

" Tapi Tuanku, jika iya tetap hidup lalu memenuhi ramalannya. Kita akan musnah."

" Kau meragukan kemampuanku?"

" Maaf tuanku. Tapi jika ramalan itu benar kita harus mengantisipasinya. Bukankah itu yang selama ini kita lakukan?"

" Biarkan saja untuk saat ini. Aku ingin lihat bagaimana dia akan bertahan di dunia yang gelap dan sendirian. Lagi pula kekuatannya tidak akan muncul sampai dia dewasa dan membuka pintu elementnya."

" Bagaimana anda tau tuanku?"

" Bertanyalah pada bayangan dia akan menceritakan apapun-apapun. Hahahahaha." Tawa jahat yang menyeramkam.

" Tuan... lihat. Ger..gerhana.."

" Tesikavo intassova.." Evost membaca mantra kegelapan. Membuat gumpalan asap hitam pekat yang semakin membesar. Asap-asap itu bergerak menyelimuti seluruh negeri, hampir separuh dunia. Evost berharap asap itu sebagai perisainya yang akan menghalangi cahaya gerhana yang akan terang seperti yang di ramalkan.

Saat ini ditempat persembunyian Ratu Efora...

" Huuuphhhbbb.... "

" Terus yang mulia kepalanya sudah terlihat." Seorang pelayan membantu Efora melakukan perasalinan di lorong rahasia.

" Huh..huh..huh..huh..huuuuupphgbbb. Aaaaaaaa.... (mengejan)" Keturunan raja Arya yang terakhir, untuk pertama kalinya menangis saat lahir kebumi. Dan seketika cahaya terang muncul dari tubuh bayi itu dan menghempas ke udara. Kemudian terpecah menjadi beberap butir cahaya yang terbang tersebar di segala arah, hingga menghilang. Cahaya itu bahkan membuat gerhana menjadi sangat terang. Menghapus semua kabut perisai dan untuk sesaat membekukan kekuatan Evost. Pengendali kegelapan itu tertunduk layu hingga berlutut. Dia menjadi lemah.

" Apa ini? Kenapa dengan tubuh ...ku..." Evost

" Tuanku, waspadalah."

" Sudah lahir, pangeran sudah lahir." Chaterine segera meraih bayi dari tangan pelayan sambil memancarkan kekuatan seperti perisai pelindung. Kemudian memeriksa tubuh bayi.

" Laki-laki.., dan bahunya....." Chaterine melihat ke Efora yang masih terbaring lemas. Penyihir itu mengangguk yakin, untuk mengatakan bahwa bayi Efora ini memiliki tanda dibahu kananya. Tanda berbentuk mahkota seperti yang diramalkan.

" Boleh aku melihatnya?" Chaterine meletakan bayi itu dalam pelukan Efora. Bayi itu mulai terdiam dalam tidur lelap.

" Cepatlah Yang mulia, perisai pelindungku tidak akan bertahan lama. Evost akan segera mengetahui keberadaan kita. Karena cahaya bayi ini bagi Evost sangat terang meski kita tidak melihatnya."

" Lihatlah bahkan dia sangat tampan melebihi kedua kakaknya. Arest, dia akan diberi nama Arest. Itu hadiah dari ayahmu nak." Efora mendekat ke telinga bayinya, lalu mengecup lembut. Menggambarkan salam perpisahan penuh kasih.

" Bertahanlah Nak, meskipun betapa sulitnya. Meskipun kau sendiri dalam berperang. Ibu akan menunggumu. Suatu hari nanti kita akan bertemu kembali, sekarang kita harus berpisah sayang, kau harus tetap hidup dan memenuhi takdirmu. Ayah, ibu, dan kedua kakak mu sangat menyayangi mu." Semua pelayan terkejut mendengar ucapak ratu mereka, perpisahan apa yang di maksud Efora?

" Ambilah bayi ku Chaterine, rawat dan lindungilah dia. Demi keselamatnnya kita harus berpisah. Tidak ada jaminan aku akan lepas dari kejaran Evost. Aku yakin kau ditakdirkan untuk melindunginya, itu kenapa kau masih hidup sampai sekarang. Besarkan dia di tempat yang belum tersentuh kegelapan Evost."

" Saya akan menjalankan perintah yang mulia. De evante cosa, Elifse Gurdiansha." Sebuah mantra pelindung telah dibuat Chaterin di tubuh Arest. Mantra pelindungi ini sebenarnya adalah sumpah seorang Guardian kepada tuannya atau orang yang dilindunginya. Mantra ini merupakan daya terakhir dari seorang Guardian.

" Pelindung ini akan menghilang saat Arest mencapai kedewasaannya dan membuka pintu element dalam dirinya. Pelindung ini akan menutupi cahaya terang ditubuhnya, agar Evost tidak mengenalinya."

" Aku juga akan bertahan hidup apapun caranya. Untuk melihat putraku." Efora mengecup kening putra sebagai salam perpisahan, Bayi Arest yang awalnya tidur seketika terbangun lalu menangis. Seolah tau kalau dia sedang di pisahkan dari ibunya.

Tangis itu sempat membuat Efora goyah, dia merasa sangat kejam karena memberikan Arest kepada Chaterine dalam kondisi masih merah, bahkan putranya itu belum sempat merasakan asi dari ibunya. Wajah Arest yang terus menangis, apalagi saat jemari kecil pangeran itu berusaha mempertahankan genggaman ibunya. Tapi Efora terpaksa memaksa jari anaknya lepas dari tangannya, meski terasa seperti hatinya sedang dicambuk dan di injak-injak.

" Ini tidak akan lama sayang.. ibu janji... ibu percaya Kamu akan memenuhi takdir mu. Dan ibu akan hidup untuk melihat itu."

" Ofonde devarooo.." Muncul beberapa orang berjubah putih yang tidak terlihat wajahnya saat Chaterin mengucapkan mantra.

" Arest sudah memecah Elementnya. Temukan semua cahaya yang sudah dilemparkan Arest. Temukan dan amankan para terpilih." seketika semua jubah putih itu terbang menghilang.

" Arest? Bayi itu bernama Arest. Temukan Ratu Arya dan anaknya. Sekaraaanggg.." Evost mengerang, mendadak dia jadi tidak yakin dengan kesombonganya barusan. Jika masih bayi saja sudah melemahkannya, bagaimana jika besar nanti. Ditempat lain Evost terus berteriak karena marah.

" Baik Chaterine."

" Cepat...."

Malam menjadi sangat dingin meski kegelapan sedikit menipis. Semua cahaya yang terpencar tadi menemukan tubuh yang mereka inginkan. Masuk kedalam jantung setiap anak yang mereka pilih kemudian membentuk simbol di bahu kiri mereka. Efeknya para anak tidur panjang. Semua memori dalam ingatan mereka hilang, berganti mimpi yang sangat indah. Para jubah putih datang dan meraih tubuh mereka. Menyelimutinya dalam bola transfaran yang bersinar lalu sekejap menghilang. Sementara para orang tua dari anak yang terpilih, perlahan melupakan anak mereka dalam tidurnya, ingatan itu melebur bersama terbitnya fajar.

♣♣♣♣♣

Enam bulan sudah berlalu, Arest tumbuh dalam pengawasan Chaterin seorang diri, mereka berada di negara Arian. Selama itu pula ia terus menceritakan dongeng tentang Evost setiap Arest akan tidur. Negara yang belum tersentuh kegelapan Evost, Arian. Disini Chaterine sebisa mungkin menyembunyikan identitasnya dan berganti nama menjadi Naina. Selama merawat Arest banyak kejadian mengejutkan yang dialaminya. Arest tanpa sadar menyalakan api, mungkin karena saat itu udara sangat dingin sehingga tubuhnya merespon dengan menyalakan api diperapian atau membekukan susu yang sedang diminumnya. Chaterine sebenarnya senang, tapi juga sangat khawatir karena Arest masih sangat kecil tentu belum bisa mengendalikan kekuatannya. Sekarang saja, Arest yang sudah bisa duduk entah bagaimana bunga-bunga tumbuh di lantai kamarnya. Kamar itu dipenuhi tanaman merambat bahkan ada pohon besar tumbuh disana, ditambah banyak hewan-hewan mengelilinginya. Saat itu tawa pertama Arest terdengar lantaran bermain dengan para hewan yang terus menggodanya, dan kejadian saat dia lahir terulang. Hanya yang berbeda cahaya itu tidak langsung menghilang, tapi dibawa terpisah oleh ratusan kupu-kupu, burung, kelinci, singa, harimau, ikan dan ular. Chaterin segera mengembalikan semua seperti semula sebelum orang lain melihat.

" Ofonde devarooo." Para jubah putih kembali muncul.

" Para hewan membawa cahaya=nya, aku yakin element-element itu tidak akan langsung memilih anak seperti sebelumnya. Jaga dan awasi hewan yang menjaganya, mereka akan menunggu. Jangan sampai Evost menemukannya."

" Chaterine." Pria gemuk berambut putih datang dengan wajah khawatir.

" Apa yang kau lakukan? Kenapa melakukan mantra dengan sembrono? Bagaimana jika manusia lain atau Evost melihatnya."

" Orde. Arest baru saja memecah element lagi, tapi para hewan yang dipanggilnya membawa semua cahaya element itu, aku tidak tau kemana. Yang pasti kita harus bergegas." Orde adalah Guardian seperti Chaterine, iya memiliki element cahaya, orange ligth. Mengendalikan kekuatan cahaya matahari beserta panasnya.

" Jadi sisa yang terpilih belum lahir. Atau...."

" Orde... Arest.... baru saja mengendalikan waktu." Mata Cahterine membelalak, tidak percaya apa baru saja dilihatnya. Arest si bayi yang masih berusia enam bulan tertawa seperti menemukan mainan baru. Tubuhnya juga berangsur membesar diikuti pertambahan usia. Dalam 1 menit Arest sudah berusia 1 tahun.

" Ibu." Dia bahkan bicara.

" Periksa sekitar Orde, semua tumbuhan tidak bertambah tinggi. Mungkin saja Arest mengendalikan waktu hanya untuk dirinya saja." Ode segera melihat keluar dan sekitar.

" Kamu benar Chaterine. Kita harus segera pergi malam ini, atau semua orang akan tau ada yang aneh dengan Arest."

Arest tumbuh dengan cepat sejak dia mengendalikan waktu, hanya dalam waktu 1 minggu dia sudah mencapai usia 4 tahun, dan langsung bisa mengenal benda disekelilingnya. Kata pertama yang diucapkannya menyentuh hati Chaterin sangat dalam, Ibu. Perubahan drastis ini, membuat Chaterin dan Orde harus berpindah pindah tempat karena akan aneh bagi orang-orang disini melihat Arest tumbuh dengan cepat. Dan setiap kali mereka melakukan perjalanan akan bertemu dengan pasukan Evost yang berjaga di perbatasan, pasukan itu memeriksa bahu kiri setiap orang yang melewati perbatasan. Itu pasti untuk mengidentifikasi pengendali element. Yang sudah pasti akan segera dihabisi jika ditemukan.

" Sepertinya Raja Arian sudah bersekutu dengan Evost, lihat lah mereka ada dimana-mana." Erdo berbisik.

" Aku dengar Evost mengancamnya, tapi kita harus manfaatkan ini. Setidaknya negara ini masih meiliki cahaya. Meskipun sebagai gantinya mereka menyerahkan tentara untuk memburu kita." Para tentara penjaga perbatas bahkan memeriksa bahu kiri semua anak kecil yang melintas.

" Mereka mencari Arest."

" Atau juga pengendali Element lain, kau sudah menutup bahu mu Chaterine?"

" Jangan khawatir. Aku bahkan membuat tanda bahumu juga tidak terlihat."

" Bagaimana dengan Arest?"

" Dia dalam perlindungan, selama aku masih hidup dia tidak akan terlihat oleh siapapun. Lagi pula mereka hanya memeriksa bahu kiri saja. Mungkin mereka berpikir Arest tidak tumbuh secepat ini. Lihatlah mereka memeriksa semua bayi dengan sangat ketat."

" Apa kau baru saja bilang kalau kau telah membuat janji Guardian?"

" Aku tidak punya pilihan, apapun itu asalkan untuk melindungi Arest."

" Itu berarti kau akan mati jika..." Chaterine menginjak kaki Orde untuk mengingat bahwa saat ini Arest yang ada dalam gendongannya itu sudah bisa mendengar dan bicara. Dia akan merekam apa yang mereka katakan. Juga sudah bisa mencerna hal yang dia lihat atau dengar.

Setelah lolos dari pemeriksaan diperbatasan, kedua Gurdian itu berhenti di sebuah hutan yang jauh dari ibu kota Arian. Mereka membangun tempat tinggal baru dengan sihir kemudian memanggil Gurdian lain, yaitu para jubah putih.

" Ofonde devaro." Gurdian berdatangan. Totalnya ada sepuluh.

" Guardian, apa kalian punya informasi baru." Chaterine terlihat cemas

" Para anak yang terpilih sudah lahir dan kami berhasil mengamankannya. Kami juga sudah menghapus ingatan mereka. Hanya saja semua anak yang terpilih tumbuh dengan cepat dalam 1 minggu ini. Tapi sejak kemarin mereka tidak lagi tumbuh, sepertinya sudah mengikuti siklus normal pertumbuhan pada umumnya." Salah satu Guardian bebicara.

" Benar juga, Arest juga tidak lagi tumbuh dengan cepat. Ada berapa anak yang terpilih? Apakah mereka sudah memperlihatkan kekuatannya?"

" Seluruhnya ada 10 seharusnya, tapi satu cahaya masih di jaga singa-singa terkuat. Mereka yang sudah terpilih saat ini tidak menunjukan tanda apapun selain tanda dibahunya. Kami belum tau mereka menguasai Element apa."

" Itu bagus, berarti mereka tidak akan menarik perhatian siapapun."

" Ibu bicara dengan siapa?" Tangan kecil Arest meraih baju Chaterine, dia baru terjaga dari tidurnya. Mukanya masih terlihat mengantuk,mengucek-ngucek mata dengan imut.

" Tidak sayang, hanya paman yang baik sedang berkunjung. Ayo kita tidur, ibu akan ceritakan dongeng Evost si penguasa kegelapan. Mau?" Arest mengangguk lalu berekspresi seperti monster.

" Argggghhh...!"

" Hahaha lucunya. Arrggghhh.."

♣♣♣♣♣

Dua puluh tahun kemudian, Arest sudah tumbuh menjadi pria dewasa yang sangat periang semua orang yang bertemu dengannya akan segera simpati dan menyayanginya terlebih dia sangat tampan diusia 24 tahun. Berkulit putih bercahaya seperti susu dengan rambut hitam pekat. Untuk menjaga identitasnya, Chaterine dan Orde sepakat mengganti nama Arest, mereka memberi nama Pangeran itu Niel. Membiasakannya memanggil nama itu hingga mereka lupa Niel punya nama lain. Sampai detik ini Niel alias Arest tidak menunjukan hal istimewa. Iya terlihat seperti manusia biasa, malah tidak bisa mengendalikan element apapun. Padahal semua orang sudah lelah menunggu, mereka mulai berpikir kalau ramalan itu hanyalah legenda atau hanya dongeng belaka. Benarkah yang di ramalkan itu tidak akan terjadi? Semakin terlihat tidak nyata melihat kemapuan Niel saat ini. Bahkan Orde mulai ragu, benarkah dia bayi yang 20 tahun lalu mengendalikan Element di depan matanya. Sementara mereka sudah melakukan berbagai stimulasi dan latihan. Niel masih tidak menunjukkan apapun.

" Niel..., cepat kemari. Ibu sudah siapkan masakan kesukaanmu." Niel tampan tersenyum manis seraya berlari memeluk ibunya. Meski sudah 20 tahun merawatnya, tetap saja Chaterine masih terpesona dengan senyum itu seperti baru pertama kali melihatnya.

" Ibu adalah ibu terbaik."

" Kalau begitu habiskan makanannya, jangan sampai ada yang tersisa." Niel mengangguk senang. Si tampan ini sangat suka makan.

" Chaterine, kita harus bicara." Niel menoleh raut senangnya seketika lenyap, dia selalu merasa ada yang aneh dengan Paman Orde. Apalagi jika sudah berbicara serius dengan ibunya. Meskipun Orde sangat menyayangi dirinya, Niel sendiri pun sangat senang bersamanya. Tetap saja perasaan aneh itu tidak bisa dihindari.

" Niel, ibu akan bicara dengan paman. Teruskan saja makannya."

" Ada apa ibu? Kenapa wajah Paman dan ibu terlihat cemas setiap kali akan bicara berdua. Ada apa sebenarnya?" Niel menghentikan langkah ibunya.

" Ini sudah Waktunya Chaterine. Niel harus tau." Orde berbisik

" Ada apa Ibu? Kenapa Paman sangat cemas?"

" Habiskanlah makanmu dulu, nanti kita bicara. Mengerti." Niel Mengangguk patuh meski berat hati.

" Kita harus segera memanggil para Guadian Chaterine. Ini masalah yang sangat serius, Niel tidak menunjukkan kemapuan apapun bahkan setelah kita melatihnya. Kita tidak bisa lagi terus menunggu, Evost bertambah kuat setiap saat. Sementara Niel? Kau sendiri lihat bagaimana dia, kemampuan belajarnya sangat buruk."

" Aku juga mencemaskan hal sama. Terlebih wajah Niel memikat orang-orang disekitarnya seperti magnet. Orang-orang terlalu mudah mengenalinya." Belum lagi Chaterine memanggilnya para Guardian muncul.

" Chaterine ini sudah waktunya." Salah satu Gurdian berkata. Gi Ai, ketua dari para Guardian.

" Tapi Niel...tidak terlihat seperti pengendali Element sama sekali. Aku dan Orde sudah melatihnya. Tapi...."

" Niel tidak akan mendapatkan kekuatannya sebelum pintu Elementnya terbuka. Apa kau tidak tau itu Chaterine?"

" Pintu Element? Iya benar pintu Element, tapi meski seperti itu harusnya Niel bisa melakukan hal-hal dasar selayaknya pengendali element." dibalik dinding Niel mendengarkan pembicaraan ibu nya dengan beberapa orang yang tidak dikenalnya itu

" Ramalan yang kita lihat dulu belum lengkap. Guardian yang lainya termasuk aku terus mencari kemungkinan baru, hal mengejutkan kami dapatkan dari para pedagang di laut hitam, ternyata ada penyihir cahaya lain yang mendapatkan ramalan itu. Lebih jelas dan rinci, tapi aku belum tau siapa penyihir cahaya itu."

" Itu berarti aku bukan penyihir cahaya satu-satunya."

" Tapi tetap aku tidak habis pikir, jika Arest mampu memecah element dan anak yang terpilih. Lalu kenapa dia tidak bisa apa-apa saat ini? Orde keliatan sangat penasaran, sementara itu Niel yang masih menguping terlihat sedih.

Meski dia tidak tau apa yang sebenarnya terjadi, tapi dia bisa merasakan tanggung jawab besar yang sedang menantinya dan saat ini dalam ketidakberdayaaanya semua terlihat seperti salahnya.

" Sepuluh element yang dibentuknya, adalah antisipasi yang di respon tubuh melalui kekuatannya. Itu akan menjadi pelindungnya sampai dia bisa membuka pintu Elementnya sendiri. Seperti semua pengendali lain, kekuatannya akan membentuk pertahanan sendiri diluar kendalinya."

" Pintu Element milik Arest dijaga oleh pengendali Elemen terkuat yang pernah ku temui. Dia lahir dari cahaya yang disebarkan Arest, bukan masuk ke tubuh anak seperti yang lainnya. Itu kenapa cahaya itu dijaga singa-singa terkuat. Namanya Zerro, kekuatannya Main control and illusion."

" Apakah dia akan mengenali Niel?"

" Mata Zerro selalu tertutup, itu menandakan dia tidak berpihak pada siapapun. Dia bahkan sudah membunuh Guardiannya sendiri, sebagai syarat menjadi Guardian selanjutnya meskipun kita semua tau Guardian itu rela dibunuh olehnya, tetap saja. Dia membunuh tanpa rasa enggan atau menyesal. Artinya, meski kita sudah memberikan tanda untuk mengenali Arest tetap saja Zerro tidak akan memperdulikannya. Agar bisa membuka pintu Element yang dijaganya, Arest harus menaklukannya terlebih dahulu. Zerro harus mengakuinya sebagai raja, agar bisa mendapatkan apa yang sedang dijaganya itu. Tapi.."

" Tapi apa Ai?"

" Zerro hanya bisa dikalahkan sebelum matanya terbuka. Dia mengendalikan pikiran dan menciptakan ilusi. Bahkan dia bisa mengendalikan waktu. Hampir tidak ada celah untuk menaklukannya, disaat matanya masih tertutup sekalipun. Tapi Niel harus melakukannya agar di akui."

" Bagaimana caranya, Niel bahkan belum bisa apapun. Semakin mustahil saja misi kita ini."

" Orde, jaga ucapanmu."

" Kalian harus pergi mencari semua Element, karena sama seperti kalian. Mereka bersembunyi untuk bertahan dari Evost, meskipun mereka yang terkuat dari klan, tetap saja kita harus mengantisipasi. Segeralah lakukan perjalanan. Kusarankan agar menemukan pengendali Element lain sebelum bertemu dengan Zerro. Satu hal yang perlu kalian ingat, ilusinya sangat mematikan dan jika matanya terbuka di bisa bertambah kuat 10 kali lipat. Bergegaslah sebelum Evost yang lebih dahulu menemukannya." Para Guardian langsung menghilang.

" Niel, Niel, Niel." Chaterin mencekram kuat bahu Niel begitu menemukannya.

" Sebenarnya ada apa Ibu. Apa yang kalian sembunyikan dari ku?"

" Orde, persiapkan semuanya. Aku bicara dengan Niel dulu." Orde bergegas

" Ibu, sebenarnya ada apa, siapa orang-orang tadi, terbang menghilang? Element? Zerro..?" Niel menggeleng karna putus asa atas ketidaktahuannya. Semua terjadi diluar akal sehatnya. Sangat sulit untuk percaya.

" Dengarkan Ibu baik-baik Niel. Ingat dongeng yang selalu Ibu ceritakan?" Niel mengangguk malas.

" Itu bukan sekedar dongeng, itu adalah cerita sebenarnya sebelum kau lahir. Keturunan terakhir Arya, takdir yang sudah lama diramalkan adalah kamu." Niel tercengang tak percaya, pikiran mulai mengingat kembali cerita dongeng itu. Niel takut, menangis. Berusaha keras menolak kenyataan yang baru didengarnya.

" Apa kau dengar ibu Niel? Kau mengerti?" Niel menurunkan tangan Chaterine yang mengguncang bahunya. Ini tidak mungkin terjadi, pikirnya.

" Jadi maksud ibu, dalam cerita ibu, Ratu Efora itu adalah ibuku dan ayahku raja Arya yang....telah tewas." Chaterine mengangguk. Rasanya seperti ada ribuan pedang yang menembus jantungnya. Sakit.

" Jadi semua orang mati karena aku? Ayah, ibu dan kakak-kakak ku. Mereka merelakan nyawanya agar aku tetap hidup. Niel tidak menginginkanya ibu, ambil. Aaaaaa...."

" Niel, dengar! Tidak ada waktu untuk menangis. Kita harus segera pergi untuk menemukan orang yang terpilih. Kita harus..."

" Itu berarti Ibu...bahkan ibu... ibu bukan bu kandung ku kan?" Chaterine terpaku, hatinya sakit.

" Niel...Ibu percaya kamu anak yang kuat, hmmm. Jadi ibu mohon untuk saat ini kita harus melupakan semua itu. Kita harus segera pergi. Kita akan bahas semua ini lagi nanti."

♣♣♣♣♣