Suara ponsel membuat Regan menunduk. Dia pun mengambil ponselnya, yang ada di saku celana bagian depan. Dia baru saja mengusir banyak karyawan pembangkang disini. Dan masih menganggap jika Vanessa bukanlah adik kandung dari Veronica. Walaupun sejujurnya Regan juga masih belum percaya. Namun jika dilihat wajah Vanessa hampir mirip Arya, sang ayah.
Pria itu meremas ponselnya dengan kencang, hingga membuat otot-otot di tubuhnya menonjol. Melihat hal itu Vanessa pun langsung sedikit menjaga jarak. Takut-takut kalau Regan mengamuk dan Vanessa yang menjadi sasarannya.
Melihat reaksi Vanessa, Regan pun berdehem. Dia pun menyimpan ponselnya kembali, dan menatap Vanessa aneh. "Ngapain kayak gitu?" ucapnya dengan nada datar.
"Kamu lagi marah. Jadi aku jaga jarak."
"Aku gak semengerikan itu ya. Gak mungkin juga memukul atau menyakiti kamu." ucap Regan kembali. Dia hanya takut salah paham dengan Vanessa, walaupun tampang badboy nyatanya Regan tak sejahat itu.
Vanessa kembali mendekat dia pun duduk di kursi kebesarannya. Sesekali melirik ke arah Regan yang tampak diam saja, tidak seperti biasanya pikir Vanessa. Karena tidak ada yang harus Vanessa kerjakan. Akhirnya Vanessa pun memutuskan untuk pergi. Namun, sayangnya Regan menolaknya dan meminta Vanessa untuk tetap berada di ruangan kantornya. Sedangkan Regan sendiri yang akan pergi dari kantor ini.
"Nggak mau!! Aku ikut kamu pergi." kata Vanessa cemberut.
"Tapi Nessa aku harus kembali ke kantor."
"Ya pokoknya ikut."
Regan mengalah dan mengajak Vanessa untuk pergi dari kantor ini. Meminta Cherry untuk mengurus kantor ini. Sekretarisnya yang dulu, harus di pindah kerja ke kantor pusat karena permintaan Veronica. Sedangkan Cherry ini bisa dibilang sekretaris barunya.
Mengambil tas mewahnya, Vanessa pun langsung keluar dari ruangannya. Terlihat sangat jelas jika Vanessa terus saja tersenyum. Ini adalah hari bebas untuknya. Peduli setan dengan dokumen yang hilang di meja ini. Dan yang jelas jika Veronica pulang, dia akan bilang jika karyawannya yang bernama Regina ngeselin.
"Kita mau kemana?" tanya Vanessa, menatap Regan yang sibuk dengan setir mobilnya.
"Ke kantor aku. Aku ada pemotretan."
Seketika itu juga Vanessa pun menoleh. Pemotretan? Di kantor Regan?
Wanita itu menoleh bingung menatap Regan dengan wajah begonya. Bahkan jika dipikir, selama ini Vanessa sama sekali tidak pernah melihat Regan pergi untuk bekerja. Sedangkan yang dilihat Vanessa selama ini hanya, Regan yang terus mengekor pada Veronica terus menerus sepanjang hari. Dan sekarang dia bilang, ada pemotretan?
"Yang bener aja dong. Kantor buat kerja kan, kok buat pemotretan?" kata Vanessa heran.
"Bawel!! Nanti juga tau sendiri."
Vanessa mengangguk patuh. Dia pun langsung diam sambil berpikir keras. Bagaimana bisa pemotretan di kantor. Atau mungkin Regan itu sebenarnya model, hanya saja karena Vanessa masih baru jadi dia tidak tahu pekerjaan Regan itu apa. Tapi … kalau sampai dia model beneran. Nggak masalah kan kalau Vanessa juga ikut?
Menatap sebuah gedung tinggi di pinggiran jalan. Mobil yang ditumpangi Vanessa pun berhenti. Wanita itu turun setelah Regan turun lebih dulu. Bahkan Vanessa juga bisa melihat Regan yang berlari kecil ke arah lobby kantor. Tentu saja Vanessa juga langsung mengikuti langkah kaki Regan masuk ke dalam lobby. Sayangnya seorang satpam langsung menghentikan langkah kaki Vanessa.
"Maaf Mbak, kalau tidak ada kepentingan dilarang masuk!" katanya tegas.
"Tapi Pak saya kan mau itu ngikut Regan."
Satpam itu tetap menolak, dan tidak memperbolehkan Vanessa untuk masuk ke kantor. Sampai Regan yang ingin masuk kembali, dan menyadari Vanessa tidak bisa masuk. Membuat pria itu kembali berlari ke pintu utama kantor ini dan membiarkan Vanessa untuk masuk ke kantor. Tak lupa juga dengan omelan Regan yang kagas karena hal ini, termasuk kesalahan Vanessa.
"Gila ya!! Satpam kamu itu yang salah, main stop aja!!" dumel Vanessa.
"Tapi tetap saja salah."
Vanessa menatap Regan sebentar lalu berkacak pinggang di depan Regan. "Jadiin saja aku Raisa yang selalu salah dimata kamu!!"
Bukannya marah, Regan malah tersenyum. Menarik tangan Vanessa ketika pintu lift ini sudah terbuka. Membawanya ke sebuah ruangan yang isinya banyak sekali kamera, dan juga properti pemotretan.
-BadXBad: MyDearVanessa-
Mengganti bajunya dengan tertutup. Vanessa pun menghela nafasnya lega. Keringat keluar di dahi Vanessa karena kamar ini cukup panas. Bahkan sangking panasnya, Vanessa sampai mengambil satu buku dan dijadikan kipas.
"Astaga panas banget!!" keluh Vanessa.
Bahkan wanita itu sampai mencepol rambutnya sangking panasnya. Lampu besar menyala dengan terang hingga menambah kesan panasnya.
"Ini lampu nggak bisa dimatiin apa? Sumpah ya panas banget." kata Vanessa kembali.
Regan menoleh mengusap baju kotornya ke tubuhnya. Dia sendiri juga berkeringat akibat pemotretan tadi. Apalagi musuhnya dengan Vanessa. Entah kenapa Ragan merasa jika tubuhnya begitu panas.
Karena hari ini partner pemotretan Regan tidak datang, karena sebuah kendala. Akhirnya Regan pun memutuskan untuk mengajak Vanessa foto bersama dengan dirinya. Bahkan dengan menjengkelkannya, Reno meminta adegan foto yang begitu panas untuk sebuah koleksi dan juga majalah dewasa. Walaupun hanya beberapa foto tetap saja membuat Regan ingin menerkamnya. Anggap saja Regan ini pria bajingan yang ingin tidur dengan wanita lain tapi bukan Veronica.
"Kan belum selesai fotonya." kata Regan.
"Punggungku gatal. Tolong garukin."
Regan menelan salivanya kasar. Apalagi menatap Vanessa yang sudah memunggungi Regan, dan menurunkan kemeja yang dia kenakan, hingga menunjukan punggung mulusnya. Punggung yang tadi sempat dia usap dengan begitu lembut. Tidak hanya itu, tadi Regan hampir saja hilang kendali dan meninggalkan kissmark di dada Vanessa.
"Regan … " teriak Vanessa kesal.
"Apa?" jawab Regan polos.
"Tolong garukin punggungku, tanganku nggak sampai."
Regan mengangguk, dia pun mengangkat tangannya, dan kembali menyentuh punggung Vanessa. Mengusapnya dengan begitu lembut, dan menggigit bibir bawahnya dengan harapan jika Regan tidak akan mendesah hanya karena mengusap punggung Vanessa.
Vanessa sendiri juga yang merasa aneh dengan Regan pun menolehkan kepalanya. Dia pun meminta Regan untuk fokus menggaruk punggungnya. Maklum saja punggung Vanessa itu agak aneh, jika dia merasa panas dan juga dingin punggungnya pasti akan terasa gatal.
"Regan … fokus!!" teriak Vanessa kesekian kalinya.
Menyadari hal itu Regan pun mengumpat dalam hati. Dia pun menggaruk punggung itu dengan lembut, dia hanya takut jika punggung itu akan luka dan lecet. Regan juga tidak ingin kulit halus Vanessa luka karena kukunya.
"Kiri Regan." perintah Vanessa.
Menggerakan tangannya ke kiri, Regan kembali menatap punggung mulus itu dengan mata yang berkabut. Ingin rasanya Regan mencicipi punggung itu, atau mungkin meninggalkan tanpa kepemilikan disana. Tidak peduli jika wanita itu adalah adik dari kekasihnya.
Reno yang melihat hal itu langsung tertawa kecil. Dia pun dengan sengaja menjatuhkan piring aluminium, dan menimbulkan suara yang begitu nyaring. Hingga membuat Regan menoleh dan menatap Reno tajam.
"Shit!!" umpatnya dan masuk ke dalam kamar mandi.
-BadXBad: MyDearVanessa-