"Ra, yang lain pada kemana?"
Pertanyaan Retha berhasil membuat Aira menoleh, setelah keasikan bermain handphone nya sejak 10 menit yang lalu.
"Pada tidur kak, kecapean habis jalan-jalan tadi." Jawab Aira seraya menyimpan handphonenya di atas meja yang berada di hadapannya.
"Kamu gak tidur?" tanya Retha seraya menyenderkan badannya di sofa yang ia duduki.
Aira menggeleng pelan, "Gak ngantuk kak," kekehnya.
Retha hanya menghela nafas melihat kelakuan adiknya ini.
"Kakak gak ada kerkel, ya?" giliran Aira yang bertanya.
"Enggak, lagi free hari ini, makanya kakak punya waktu luang buat kalian," ucapan Retha membuat Aira tersenyum senang.
Retha memang sedang disibukkan oleh tugas-tugas kuliah yang tidak ada habisnya. Oleh karena itu, Retha jarang punya waktu dengan adik-adiknya yang kini sudah remaja itu.
"Kamu post apa, Ra?" tanya Retha ketika melihat ada postingan baru dari akun instagram Aira.
"Lihat aja deh, kak." Balas Aira sembari menampilkan cengirannya.
- Via Instagram On-
[ Foto Coklat ]
dea_ra "Karena hidup itu seperti coklat. Perpaduan antara pahit dan manis itulah yang menjadikan serasi dan berkesan"
btw, makasih yaa❄️
.
Tag putra_vraka
Liked by azka.vano_ , jefandr.frl , retha_slb, ryan.al and 138 others
View all 108 comments
putra_vraka Iya, sama sama. Jangan sedih lagi yaa:)
azka.vano_ Oh, jadi selama ini...
jefandr.frl Oh oke oke, Raka mulai beraksi
retha_slb Asik, dapat coklat dari doi 🙌🏻
dea_ra komen paling waras Raka aja deh kayaknya
- Via Instagram off –
"Dari Raka ya, Ra?" tanya Retha memastikan.
Aira melirik Retha, lantas mengangguk perlahan.
"Kakak sih belum tahu orangnya gimana, tapi semoga gak mengecewakan ya," harap Retha diikuti senyumannya.
Aira terbelalak. Hey, apa yang dimaksud kakaknya yang satu ini?
"Apaan sih, Kak. Kami kan cuma teman," alibi Aira yang mengundang pandangan remeh dari Retha.
"Masa sih, Ra?"
"Ih, kak Retha!" kesal Aira sembari memukul pelan bahu Retha.
Retha yang mendapat perlakuan seperti itu dari Aira hanya tertawa melihat respon dari adiknya ini.
***
"Nay, daritadi hobi banget melamun, mikirin apaan sih?" tegur Lena pada Nayra yang sedang menatap rembulan yang dikelilingi oleh bintang-bintang.
"Tadi aku lihat bang Gavin sama cewek, kira-kira siapa ya?"
Lena menatap Nayra yang sama sekali tak mengalihkan pandangannya dari langit malam.
"Cemburu ya?" ledek Lena sembari menyenggol pelan bahu Nayra.
Nayra menolehkan kepalanya pada Lena, menatap Lena dengan tatapan yang tak dapat diartikan.
"Bukan cemburu, cuma penasaran aja."
"Iya deh, percaya," balas Lena dengan nada meledek yang dibalas toyoran dari Nayra.
"Gimana ya rasanya jadi anak IPS?" gumam Lena memecah keheningan.
Nayra menolehkan kepalanya ke arah Lena yang sedang menatap langit.
"Gak tau deh, Len. Tapi katanya sih, anak IPS itu pada bar-bar," timpal Nayra sembari menyeringai.
Lena terkekeh mendengarnya.
Esok, memang hari pertama mereka menjadi pelajar SMA seutuhnya.
Lena dan Nayra mengambil jurusan IPS, jurusan yang terkenal dengan kreatifitasnya. Sedangkan Aira dan Della memutuskan mengambil jurusan IPA, jurusan yang terkenal dengan kepintarannya.
Sejak berkesempatan belajar di London, Lena dan Nayra memang menyukai sejarah, geografi, dan hitung menghitung pada akuntansi. Bahkan mereka bersemangat dalam mempelajari sejarah dari negara-negara eropa yang lain.
Begitu pun dengan Aira dan Della. Mereka suka meneliti sejak masuk SMP. Bagi mereka, ada keseruan tersendiri ketika menghitung gravitasi, jaka antar benda, dan materi fisika lainnya.
"Masuk yuk, Len." ajak Della seraya bangkit dari posisi duduknya.
Lena mengangguk. "Yuk."
"Semangat, girls!"
Aira, Lena, Nayra, dan Lena tersenyum mendengar perkataan Retha. Sesaat kemudian, mereka melambaikan tangan pada mobil Retha yang semakin lama semakin jauh meninggalkan mereka.
"Aku sama Nayra duluan ya." Pamit Lena.
Della mengangguk, mempersilahkan.
Melihat respon sahabatnya, Lena dan Nayra segera berjalan menuju gedung IPS, meninggalkan kedua sahabatnya di gerbang utama.
Sepeninggalan Lena dan Nayra, Della dan Aira saling tatap. Terlihat gurat kecemasan di wajah Della. Aira yang mengetahuinya segera meraih pergelangan tangan Della, menggenggamnya.
"Everything will be okay," tenangnya.
Perlahan, senyuman terukir di wajah Della.
"Makasih, Ra."
Aira mengangguk, lantas mengajak Della memasuki sekolah mereka.
Kini, Aira dan Della berada tepat di depan mading. Mencari tahu kelas masing-masing.
10 IPA 1. Itulah kelas yang akan mereka tempati selama satu tahun kedepan. Aira tersenyum puas, begitu pun Della. Kedua sahabat ini memang tidak pernah pisah kelas semenjak kelas 5 SD lalu.
"Masuk kelas sekarang, Del?" Aira bertanya sembari tersenyum senang, bermaksud mengajak Della memasuki kelas barunya.
Della mengangguk yakin. "Iya dong."
***
"Sekelas lagi kita, Nay," keluh Lena bercanda.
Nayra yang mendengarnya hanya memutar bola matanya malas. Lantas berjalan menuju kelas barunya, meninggalkan Lena yang masih asik melihat mading.
Nayra terdiam begitu sampai di kelas 10 IPS 1, kelas yang akan menjadi tempat menempuh ilmunya selama setahun ke depan.
Mata Nayra sibuk menjelajahi sudut-sudut kelas, mengenali murid-murid yang sudah berada di sana, dan mulai beradaptasi dengan tingkah laku siswa-siswi yang sebentar lagi akan menjadi temannya.
Namun, mata Nayra menangkap seseorang yang sudah tidak asing lagi. Sedang duduk di meja, sembari membaca sebuah buku di tangannya.
Nayra melangkah ragu, memasuki kelas.
Semua mata langsung tertuju kepada Nayra begitu Nayra memasuki kelas barunya.
Nayra tersenyum tipis menanggapi tatapan intens dari teman-temannya yang lain.
Nayra berjalan mendekati seseorang yang sangat ia kenali.
"Yan, kamu di kelas ini juga?"
Ryan, seseorang yang sangat Nayra kenal, menoleh ke arah Nayra yang memanggilnya.
"Iya, kamu juga?"
Nayra mengangguk singkat, lantas menduduki kursi kosong di belakang Ryan.
"Nayra! Tega ya kamu ninggalin aku."
Sontak, semua penghuni kelas menoleh ke arah pintu, sumber teriakan itu berasal.
Nayra terdiam, ia tidak menyangka Lena akan datang dengan teriakan yang membuat hening seisi kelas.
Lena tersenyum canggung, merasa malu atas tingkah lakunya sendiri. Perlahan, ia memasuki kelas, mendekati Nayra, lantas duduk di kursi kosong di sebelah sahabatnya itu.
"Malu banget, Nay." ringisnya yang dibalas tawa dari Nayra.
***
Aira dan Della sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Berbeda dengan teman-temannya yang lain, sibuk bercanda ria. Sebenarnya, Aira dan Della ingin bergabung, namun mereka terlalu malu untuk ikut nimbrung.
"Itu namanya Aira, kalau yang sebelahnya namanya Della. Mereka udah sahabatan dari kecil, makanya lengket terus." terdengar suara Azka yang memperkenalkan Aira dan Della kepada teman-temannya.
Azka memang sekelas dengan Aira dan Della. Dan sebagian murid disini juga sudah mengenal Azka. Beda dengan Aira dan Della yang belum mengenal siapa-siapa kecuali teman laki-lakinya yang satu ini.
Aira menoleh begitu mendengar namanya disebut, "Apa tu sebut-sebut?"
"Galak amat sih, Ra. Gabung sini yuk." ajak Azka berusaha menurunkan gengsi Aira.
Aira menatap teman-teman Azka ragu. Namun akhirnya ia memutuskan untuk bergabung.
"Del, gak mau ikut?" tanya Aira sebelum meninggalkan kursinya.
Della menatap Aira, lantas menggeleng.
"Oke." Aira maklum. Sahabatnya yang satu ini memang sedikit sulit untuk bersosialisasi dengan orang baru.
"Gimana ceritanya sih, Ra, kalian bisa sekolah di luar negeri gitu?"
Aira merespon dengan baik pertanyaan salah satu teman barunya, Fiona, gadis tegas yang sebentar lagi akan diangkat menjadi ketua kelas mereka yang baru.
Della melirik Aira, Azka dan teman-temannya yang sedang asik mengobrol sembari sesekali bercanda. Ia tersenyum getir. Terkadang, ia berharap ingin menjadi seperti Aira yang bisa cepat beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Aira yang sadar sedang diperhatikan oleh Della, akhirnya menutuskan menghampiri sahabatnya.
"Del, gabung yuk. Seru kok." Aira mengajak dengan wajah memelas.
Della terdiam, sibuk berpikir.
"Ayo dong, Del," desak Aira.
Della akhirnya menuruti kemauan Aira karena tidak sanggup melihat sahabatnya memohon kepadanya seperti ini.
"Ya udah deh, aku ikut."
Jawaban Della langsung disambut respon positif dari Aira, ia segera menarik lengan Della, berkumpul bersama teman-teman barunya.
"Ini yang kemaren viral di kelas 11 IPS ya? Katanya doinya bang Alvin," celetuk salah satu diantara mereka.
Della dan Aira seketika bertatapan.
Doinya bang Alvin? Maksudnya apa sih?