"Sebuah partikel berputar dengan 240 rpm. Jika jari-jari lintasannya 2 m, maka kelajuan linear partikel tersebut adalah," gumam Naomi membaca salah satu soal yang diberikan oleh gurunya.
Kini, mereka berdua tengah berada di salah satu cafe yang berada tak jauh dari sekolah mereka. Jefan sedang mengoreksi ulang jawaban mereka di soal sebelumnya. Dan Naomi memutuskan untuk mencoba menjawab soal yang baru saja ia baca.
Naomi meraih pena nya, lantas menghitung di atas kertas. Kemampuannya belum seahli Jefan yang bisa menghitung di atas udara. Lepas menghitung, Naomi menyodorkan hasil hitungannya ke Jefan. Meminta untuk dikoreksi.
"Jawaban kamu benar kok, Sha," ucap Jefan ketika sudah selesai mengoreksi. Ia menoleh ke arah Naomi yang tidak merespon ucapannya. Terlihat gadis di depannya sedang memperhatikan seorang pengunjung yang berada tak jauh dari mereka.
"Liat siapa?" tanya Jefan penasaran. Naomi segera menunjuk salah seorang gadis yang sejak tadi ia perhatikan.
"Dia teman kamu kan, Jef?"
Jefran terdiam sejenak, berusaha mengenali gadis yang ditunjuk Naomi. Lantas mengangguk. "Iya, dia teman aku."
"Panggil gih, kali aja mau gabung sama kita," usul Naomi yang langsung disetujui oleh Jefan.
"Aira!"
Merasa namanya dipanggil, Aira menoleh ke sumber suara. Matanya mendapati Jefan dengan seseorang yang tidak ia kenal. Tanpa pikir panjang, Aira mendatangi keduanya.
"Kalian... ngapain disini?"
Naomi terdiam mendengar pertanyaan dingin dari Aira. Sementara Aira menatap Jefran tajam. Takut lelaki ini mengecewakan Lena.
"Kami Cuma ngerjain tugas bareng kok, Ra. Ngga macam-macam," jawab Jefan menenangkan Aira. Naomi pun menghela nafas lega melihat Aira menganggukkan kepalanya paham.
"Ah iya, kenalin, ini Reysha." Jefan mengenalkan Naomi. Aira mengulurkan tangannya. Meminta berkenalan.
Naomi yang mendengar Jefan, segara menyikut pelan lelaki itu. "Panggil aja Naomi." Naomi membalas uluran tangan Aira sambil tersenyum.
"Bukan Reysha?" tanya Aira bingung.
Masih dengan senyumannya, Naomi menjawab. "Jefran panggil aku Reysha, padahal mah aslinya Naomi."
"Nama dia Naomi Reysha Asadel," tambah Jefan. Aira hanya ber-oh ria. Mengiyakan penjelasan mereka.
"Kamu Ra? Ngapain?"
"Habis jalan jalan sama Ryan," balas Aira sembari menyeruput minumannya.
"Terus Ryan nya kemana?" kini giliran Naomi yang bertanya.
"Pulang."
"Tugas kalian sudah selesai?"
Jefran dan Naomi menggeleng bersamaan. Aira pun menawarkan diri untuk membantu. Akhirnya siang itu mereka habiskan dengan belajar bersama, tentunya diselingi dengan candaan dan tawa.
***
"Aku pulang..."
Raka melepas sepatunya, lantas berjalan memasuki kamar. Segera membersihkan diri. Tak butuh waktu lama, hanya 10 menit.
Bugh
Badannya ia hempaskan di kasur, memikirkan sesuatu yang sedaritadi menghantui pikirannya. Ia lirik tangannya. Terlihat segores luka disana. Raka menghembuskan nafas kasar. Merutuki ketidakfokusannya tadi.
Aira... gadis itu punya hubungan sama Ryan? Atau hanya sahabat?
Iya, sesimple itu pertanyaan Raka. Tapi mampu membuatnya mengalami kecelakaan kecil di perjalanan pulang. Mata Raka menatap kosong langit-langit kamarnya. Hingga akhirnya handphonenya berdering. Tanda panggilan masuk.
"Iya Jef? Kenapa?"
"Kamu dimana? Aira lagi sama aku nih."
Sontak Raka terduduk. Kaget akan informasi Jefan. "Loh? Kok bisa?"
"Ngga sengaja ketemu, mau nyusul?"
"Mau! Sharelock sekarang."
"Oke."
Selepas panggilan terputus, Raka mendapatkan notifikasi chat dari Jefan. Tanpa pikir panjang, ia segera bergegas menuju lokasi.
Raka disambut hangat begitu tiba di Cafe tersebut. Ia pun mengambil tempat di sebelah Aira. Aira yang melihatnya, tersenyum. Hanya senyuman biasa namun sukses membuat kupu-kupu bertebaran di hati Raka.
"Senyum doang padahal, yang bucin mah beda," cibir Jefan. Membalas ledekan Raka tempo hari. Kedua gadis disana tertawa. Naomi menepuk pelan pundak Jefan. Menegurnya.
"Iya-iya, becanda kok."
"Lagi ngerjain apa nih?" tanya Raka begitu melihat banyak buku bertebaran di meja. Aira yang sedang fokus mengerjakan sebuah soal, menoleh.
"Latihan soal aja sih, mumpung ada.." di akhir ucapannya, Aira melirik Jefran. Sementara yang dilirik hanya terkekeh.
"Aduh anak IPA mah beda ya, kalau ngumpul yang dibahas soal."
Sedetik kemudian, sebuah buku melayang ke Raka. "Berisik," desis Naomi disertai tatapan tajamnya. Raka hanya bisa mulut sembari mengusap bahu yang menjadi sasaran pukulan Naomi barusan.
"Makanya jangan banyak ngomong, masi sakit?" tanya Aira. Ia tau pukulan tadi lumayan sakit, terlihat dari buku yang Naomi gunakan termasuk buku yang tebal.
Raka tertegun. Setengah karena masih merasakan sakit di bahunya, setengah lagi karena mendapatkan perhatian dari Aira. "Ah itu, u-udah ngga sakit kok."
Aira mengangguk paham, lantas kembali fokus pada soal soal di bukunya. Menyisakan Raka yang menatap lekat gadis di sampingnya ini.
"Ekhem!"
***
"Maaf ya, Jef."
Jefran menatap gadis di belakangnya lewat kaca spion. "Kenapa, Ra?"
"Ngerepotin kamu jadinya," balas Aira lesu. Jefan terkekeh, lantas kembali fokus ke jalanan. Diambilnya tangan Aira, lantas memasukkannya ke kantong jaketnya. "Biar ngga dingin."
"Ih dasar," cibir Aira pelan, namun ia tidak menolaknya. Ryan juga sering bertindak demikian.
"Berarti tadi kamu ngga jemput Lena dong?" tanya Aira begitu mereka berhenti di lampu merah.
Jefan mengangguk pelan. "Dia marah ngga?"
Aira mengangkat bahunya, tidak tahu. "Nanti aku jelasin ke dia," ucapnya menenangkan.
Begitu lampu berwarna hijau, Jefan segera melajukan motornya kembali, mengantarkan Aira pulang.
"Ya ampun Aira, kemana aja?" pekik Nayra begitu motor Jefan tiba di rumah mereka. Diberikannya helm yang ia pakai ke pemiliknya, lantas berjalan memasuki pekarangan rumah.
"Makasih ya Jef."
Jefan membalas dengan anggukan, lantas berlalu. Pulang.
"Hati-hati!" teriak Aira sambil melambaikan tangannya. Setelah tak dapat melihat Jefan, ia akhirnya masuk ke dalan rumah. Disambut pukulan dari Lena.
"Lama banget!"
"Aw, Len. Sakit..."
Lena menghiraukan Aira yang mengelus-elus lengannya. Ia segera mendorong badan Aira memasuki kamar. Menuruhnya bersih-bersih badan. Aira yang masih kesakitan pun hanya bisa menurut.
"Darimana aja?"
Lagi-lagi, Aira mendapatkan pertanyaan seperti itu. Ia yang sudah selesai mandi dan sedang mengeringkan rambutnya, menoleh pada Della yang berada di ambang pintu kamarnya.
"Tadi ketaman bareng Ryan, terus makan di Cafe sambil belajar."
Della manggut-manggut mengiyakan. Sedetik kemudian, ia teringat suatu pertanyaan.
"Mau nanya apa lagi?"
Baru saja Della membuka mulut, Aira sudah memotongnya. "Ngga jadi, hehe."
"Gabung sama yang lain, yuk."
Della mengangguk setuju, lantas mengikuti Aira yang berjalan ke ruang tengah. Disana sudah ada Lena yang asik dengan handphonenya, dan Nayra yang asik menonton film di televisi. Tak lupa dengan cemilan yang menemani keduanya.
"Eh, sini gabung." Lena yang menyadari kehadiran dua sahabatnya segera menggeser posisi. Memberikan keduanya tempat. Aira dan Della segera duduk di karpet, sedangkan Nayra bersandar di sofa. Masih tak sadar akan Aira dan Della yang sudah bersama mereka.
"Nay, minta cemilan dong," pinta Della.
Hening. Tak ada jawaban.
Karena kesal, Della segera merebut cemilan Nayra. Yang membuat gadis itu terperanjat.
"Ya ampun apa ituuu!"
Seketika tawa pecah diantara ketiganya. Della tersenyum tak bersalah, yang malah disambut lemparan bantal oleh Nayra. Segera Della melempar kembali bantal tersebut. Dan terjadilah perang bantal diantara keduanya. Mengabaikan film yang masi berlanjut.
Ditengah-tengah kehebohan itu, ada sebuah pertanyaan yang mengganggu Lena.
"Ra."
Aira yang asik menonton keributan dua sahabatnya, menoleh. "Iya, Len?"
"Kok tadi bisa bareng Jefan? Kamu ngga macam-macam kan?"