Chereads / Tanpa Alasan / Chapter 11 - Bertanya-tanya.

Chapter 11 - Bertanya-tanya.

"Maaf ya, tadi aku tidak sengaja," lagi-lagi, Jefan meminta maaf pada gadis yang sedang bersamanya sekarang ini.

"Iya, gak apa-apa kok." balas gadis itu sembari tersenyum manis, lantas melanjutkan melahap makanan yang baru saja dipesan oleh Jefan.

Jefan menghela napas lega sambil menatap Naomi, seorang gadis yang beberapa menit lalu ia lempari bola basket tepat di kepalanya.

"Makasih, Sha." ucap Jefan tulus.

Seketika Naomi menatap Jefan heran.

Sha? Panggilan apa itu?

Seakan tahu apa yang Naomi pertanyakan, Jefan segera menjawab kebingungannya, "Nama kamu Reysha Naomi Ashadel kan? Aku panggil Reysha aja boleh gak?"

Naomi tersenyum untuk kesekian kalinya ketika mendengar perkataan dari Jefan. "Gak masalah sih buat aku, terserah kamu aja."

"Ya sudah, makan lagi, gih!" suruh Jefan yang dibalas anggukan patuh dari Naomi.

Naomi kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat terhenti tadi, sembari mengingat kejadian beberapa menit lalu. Ia tak bisa melepas senyuman yang sedari tadi menghiasi wajahnya.

"Jef!"

Teriakan dari seseorang berhasil membuat keduanya menoleh, mencari darimana suara itu berasal.

"Ngapain sih, Rak?" tanya Jefan begitu melihat teman karibnya -sekaligus pelaku peneriakan namanya- mendekat.

Raka terkekeh melihat sahabatnya memasang muka kesal karena tingkah lakunya tadi, "Daritadi dicariin juga, lagi berduaan ternyata," cibir Raka seraya duduk di sebelah Jefan.

Jefan yang mendengarnya, segera menoyor bahu Raka. Raka menatap Jefan tidak terima, namun Jefan hanya memutar bola matanya malas.

"Kamu Raka, ya?"

Pertanyaan Naomi sontak membuat Raka menoleh ke arah gadis di hadapan Jefan itu.

"Iya, aku Raka. Kamu siapa?"

"Naomi, Rak. Cewek yang gak sengaja aku lempari bola basket,"

Jefan mendahului Naomi yang baru saja ingin menjawab pertanyaan Raka. Jefan menatap Naomi santai, sementara yang ditatap hanya menunjukan ekspresi kesalnya.

Dua menit kemudian hening, semua sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Naomi dengan minuman dinginnya, Jefan dengan gamenya, dan Raka dengan handphonenya.

"Aku duluan ya, Jef. Lagi ada konser di kelas, pasti seru," pamit Raka kepada Jefan sembari bangkit dari posisinya.

Jefan mengangguk tanpa mengalihkan pandangan dari handphone nya.

Raka menatap Naomi. Tersenyum. Lantas bergegas meninggalkan kantin dengan terburu-buru, tidak ingin melewatkan keseruan yang sedang terjadi di kelasnya.

"Jef, ke kelas yuk!" ajak Naomi setelah melihat Jefan meletakkan handphonenya.

Jefan melirik jam tangannya. Lalu menyetujui ajakan Naomi. Satu hal yang baru Jefan sadari. Naomi berjalan menuju kelas yang sama dengannya.

"Sha, kelas kamu dimana? Kok ngikutin aku?"

Naomi tersenyum masam. Jefan ternyata tidak sadar bahwa ia sekelas dengan laki-laki itu.

"Aku sekelas sama kamu, Jef."

Jefan terbelalak. Hey! Kenapa ia tidak menyadarinya? Ah, mungkin saja karena sejak tadi ia terlalu memikirkan sesuatu. Atau jangan-jangan, seseorang?

***

"Della mana, Ra?"

Aira menatap Azka datar, "Lagi sama Lena di kantin."

Azka terdiam, ia duduk di sebelah Aira.

"Ra," panggil Azka.

Aira terdiam. Tidak berniat membalas panggilan Azka. Matanya masih fokus pada tulisan di novel yang sedang ia baca. Pikirannya masih larut dalam fantasi yang disajikan sang penulis.

"Aira," Azka menyenggol pelan lengan Aira. Sontak, Aira menoleh dengan tatapan kesal.

"Kenapa sih?"

Melihat Aira meresponnya, Azka menghela nafas. Ia menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi yang sedang ia duduki.

"Della itu," ujar Azka, "broken home, ya?"

Aira tertegun. Tidak menyangka Azka akan bertanya demikian. Aira menarik napas, berusaha menenangkan dirinya ketika semua kenangan itu kini berputar kembali di ingatannya.

"Iya, Della itu broken home,"

Azka menyimak. Menunggu lanjutan perkataan Aira.

"Tapi bukan cuma Della saja. Aku, Lena, dan Nayra juga merasakan hal yang sama. Orang tua kami tinggal di negara tetangga, dan jarang pulang."

Azka terdiam, ia tidak mengetahui fakta tadi.

"Tapi memang sih, yang paling merasakan sakitnya broken home itu, ya Della."

Aira tersenyum getir. Menatap Azka dalam.

"Della gadis yang kuat, jangan buat dia kecewa ya," pesan Aira kepada Azka yang masih terdiam.

Sedetik kemudian, Aira sudah berjalan keluar kelas. Meninggalkan Azka dengan pikiran kalutnya.

Sepeninggalan Aira, Azka kembali ke tempat duduknya. Ia mengambil buku tulis, lalu menyalin catatan teman sebangkunya yang beberapa menit lalu ia pinjam. Namun, pesan Aira masih terngiang-ngiang.

Aira, gadis yang pernah menjadi bagian dari masa lalunya itu sepertinya merasakan kekecewaan yang sama seperti Della. Hanya saja, Aira terlalu pandai untuk menutupinya.

Merasa kepalanya sedikit pusing, Azka memutuskan menelungkupkan kepalanya di antara tangannya. Istirahat.

***

'Ra, temenin aku ke toko buku di mall kemaren dong, mau beli buku ujian nih. Mau ya?'

Aira mendecak kesal setelah membaca pesan dari Jefan. Bagaimana tidak? Kini dirinya sedang menikmati nikmatnya tidur siang. Lalu Jefan dengan seenaknya menganggu kegiatannya hanya karena alasan yang menurut Aira tidak penting. Jefan bisa mengajak Raka kan? Kenapa harus dirinya?

Aira berpikir sejenak. Lantas mengetik sebuah pesan balasan ke Jefan.

'Oke. Jemput aku di rumah, aku tunggu.'

Seusai mengirim pesan tersebut, Aira segera bersiap. Simpel saja, hanya baju dengan bahan rajut berwarna hijau lumut disertai celana jeans hitam kesukaannya.

Cklek

"Mau kemana, Ra?"

Aira menoleh ke arah pintu. Terlihat Lena berjalan menuju kasur. Berniat duduk di tempat tidur yang empuk itu.

"Mau nemenin Jefan jalan, Len." balas Aira santai.

Lena manggut-manggut mengerti. Sahabatnya yang satu ini memang lumayan dekat dengan Jefan, jadi Lena tidak heran jika Jefan mengajak Aira untuk sekadar jalan-jalan.

'Hati-hati, ya," pesan Lena yang dibalas anggukan mantap dari Aira.

"Ra, Jefan cari kamu nih!" teriak seseorang dari luar kamar.

Aira dan Lena saling tatap. Mereka mengetahui siapa yang baru saja teriak dengan suara cemprengnya itu, Nayra.

"Pergi dulu ya, Len." pamit Aira.

Lena membalas dengan anggukan seraya tersenyum.

***

"Bang Gavin."

Gavin menatap kepada gadis yang baru saja memanggilnya.

"Jadi ketua kelas itu susah gak sih?" tanya gadis itu polos.

Gavin tersenyum. Paham benar akan ketakutan yang sedang dialami oleh perempuan yang sedang bersamanya ini.

"Enggak susah kok, kan nanti akan ada yang bantu kamu," balas Gavin sembari menenangkan gadis yang terpaut satu tahun di bawahnya itu.

"Nanti bang Gavin bantuin, ya?"

Gavin mengangguk mantap seraya mengacak rambut gadis itu.

"Ih, jangan diacak, bang! Jadi berantakan nih," sungutnya sembari berusaha merapikan rambutnya.

Sementara Gavin hanya menatap gadis di hadapannya ini seksama. Gemas, begitulah pikirnya. Gavin memutuskan menyeruput kembali minuman yang ia pesan beberapa saat lalu. Dilihatnya perempuan di hadapannya sedang membuat video boomerang di handphonenya. Lagi-lagi, Gavin tersenyum. ia melirik jam sekilas. Pukul 16.00. Gavin pun segera menghabiskan minumannya.

"Pulang, yuk!" ajak Gavin.

Gadis itu segera menoleh ke arah Gavin.

"Jangan pulang dulu, bang," rengeknya, "kan abang tahu aku di rumah gak punya teman. Bang Gavin mah enak punya adik, lah aku? Anak tunggal."

Gavin menatap gadis di hadapannya ini.

Gavin akhirnya mengalah, "Oke. Kita gak langsung pulang."

Gadis itu bersorak. Bahagia karena permintaannya dikabulkan.

"Tapi ke taman yuk," ajak Gavin lagi.

"Yey! Ayo."

Gavin susah payah mengikuti langkah gadis yang kini berada di hadapannya. Berlari menuju pintu depan Mall. Gavin menghela nafas. Ah, gadis ini memang selalu manja ketika bersamanya.

"Pelan-pelan aja, Fio."

***

Tring!

Aira merogoh handphonenya yang sedari tadi berbunyi karena notifikasi yang masuk. Matanya membulat ketika melihat foto postingan Jefan yang tak lain adalah dirinya. Tangannya mengetik sesuatu di kolom komentar.

- Via Instagram On-

jefandr.frl Hey, you.

.

Tag dea_ra

Liked by putra_vraka , delianata , ryan_al , and 140 other

View all 135 comments

ryan_al gak ngajak

delianata cepet pulang yak

putra_vraka ok

dea_ra Jepan nakal

-Via Instagram Off-

Aira mengalihkan tatapannya ke arah Jefan. Seolah tidak setuju atas kelakuan laki-laki itu.

"Kenapa natap aku gitu?" tanya Jefan seakan tahu Aira sedang menatapnya.

"Kenapa post foto gak bilang sih?"

Jefan menatap Aira balik sembari tersenyum miring, "Terserah aku dong."

***

"Makasih, Nay."

Nayra mengangguk, lantas duduk di sebelah Della. Ia ikut menikmati cemilan yang baru saja ia buat.

"Lena mana, Del?" tanya Nayra kepada Della yang sedang mengganti saluran televisi.

"Lagi ngedit foto yang baru di jepret," balas Della santai.

"Eh, ngomong-ngomong," Nayra mengubah posisi duduknya menjadi berhadapan dengan Della, "tadi Jefan sama Aira kemana, ya?"

"Gak tahu deh. Mungkin ke toko buku," tebak Della asal.

"Hai."

Della dan Nayra sontak menoleh ke arah Lena yang baru saja bergabung di kumpulan mereka.

"Udah ngeditnya, Len?" tanya Della yang dibalas ancungan jempol dari Lena.

"Beres udah."

Mendengarnya, Nayra segera menyambar handphone Lena. Mencari fotonya yang telah diedit oleh Lena. Sementara Lena hanya diam. Mempersilahkan Nayra mengutak-atik handphonenya.

Hingga...

"Len, Jefan ngepost foto nih," Nayra menyodorkan handphone Lena kepada pemiliknya.

Lena segera mengambil handphonenya dengan senyuman. Penasaran dengan foto yang dipost oleh Jefan. Setaunya, Jefan jarang memngepost foto di Instagram. Namun, senyuman Lena memudar ketika melihat foto tersebut. Hatinya bertanya-tanya.

Ra? Kamu gak niat merusak kan?