Chereads / Tanpa Alasan / Chapter 8 - Rencana

Chapter 8 - Rencana

"Jef!"

Jefan yang merasa dirinya terpanggil menoleh ke sumber suara. Terlihat Raka yang berlari menuju ke arahnya.

"Kenapa, Rak?" tanya Jefan begitu Raka sudah berhasil mengimbangi langkahnya.

Raka mengatur nafas sejenak.

"Pulang sekolah ini, aku punya rencana buat kita."

Jefan mengerutkan dahinya heran.

"Rencana apaan maksudnya?"

Raka pun mulai menjelaskan rencana yang sudah ia pikirkan. Setelah dijelaskan, Jefan terlihat mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. Lantas, ia menyetujui rencana dari Raka yang menurutnya menarik itu.

"Berarti setelah pulangan, langsung cabut ya?" tanya Raka dengan senyum miringnya.

"Yoi." balas Jefan yang diikuti tos dari keduanya.

"Semalem gimana mabarnya? Menang?" tanya Raka ketika mereka berada di kantin. Sekalian basa-basi sambil menunggu pesanan mereka datang.

"Ya iyalah, siapa dulu dong yang main," sombong Jefan dengan senyum tanpa dosanya.

Raka yang melihatnya hanya memutar bola matanya malas, jengah dengan tingkah laku sahabatnya itu.

"Iya dah, yang menang mabar sampai doinya nyariin dan ujung-ujungnya nanya ke aku." cibir Raka yang mengundang kekehan dari Jefan.

"Ya maaf, Rak."

Raka hanya mengangkat alisnya pertanda mengiyakan.

Kemudian, keduanya sibuk dengan aktifitasnya masing-masing.

Jefan dengan handphonenya.

Raka dengan lamunannya.

Hingga akhirnya, pelayan datang dan memecah keheningan diantara keduanya.

"Minumannya diminum kali, Rak. Jangan dianggurin gitu." Tegur Jefan ketika melihat Raka masih asik dengan lamunannya.

"Ya aku juga tahu minuman itu diminum, bukan dianggurin." ketus Raka sembari meraih minuman di hadapannya

"Ya elah ni anak, bagus-bagus aku ingetin. Kalau kesambet, baru kapok!" cibir Jefan.

***

"Del."

Della menoleh ke arah Azka yang memanggilnya.

"Lagi ada masalah?"

Della menghela nafas sembari mengalihkan pandangannya ke depan.

"Hidup selalu ada masalah kan? Semuanya kembali ke kita. Mau dihadapi atau lari."

Azka mencerna kalimat Della yang baru saja ia dengar.

"Iya juga sih. Dan kamu memilih untuk?" tanya Azka penasaran.

Della terdiam sejenak, "Awalnya aku lari, tapi setelah sahabat-sahabat ku datang, mereka membantu aku supaya bisa menghadapi masalah itu."

"Kamu beruntung punya mereka," timpal Azka sembari melihat ke arah Lena, Nayra, dan Aira yang berada tidak jauh dari mereka.

"Iya, aku beruntung punya mereka."

Sementara itu, di sekumpulan sahabat yang sedang tertawa ria...

"Eh, itu Della kan?" tanya Nayra sambil menunjuk seorang siswa dan siswi yang sedang duduk di taman, tepatnya dibelakang—sedikit ke kiri—dari mereka.

"Iya, itu Della dengan Azka. Sudah dari tadi kok mereka disitu, kalian gak nyadar ya?" sahut Aira.

Lena menggeleng, "Enggak nyadar sama sekali."

"Ya elah, mata tu periksa gih ke dokter."

Nayra yang melihat Aira meledek Lena merasa heran.

Apakah hati pada Aira baik-baik saja?

"Ra..."

Aira yang sedang bercanda gurau dengan Lena seketika menghentikan kegiatannya, menoleh pada Nayra yang memanggilnya.

"Kamu gak apa-apa kan?"

Aira menyerngitkan dahinya. "Maksud kamu?"

Nayra menghela nafas, ia melirik ke arah Della dan Azka yang sedang berbincang-bincang.

Aira mengikuti arah lirikan Nayra. Sesaat kemudian, ia mengerti maksud dari pertanyaan Nayra tadi.

Aira menegakkan posisi duduknya, matanya menatap langit yang saat itu sedang cerah.

"Aku gak apa-apa, Nay. Aku tahu kamu pasti mikir aku cemburu kan?" tanya Aira sembari menoleh pada Nayra.

Nayra mengangguk mengiyakan.

"Kamu nggak cemburu, Ra?" timpal Lena yang sedari tadi menyimak pembicaraan kedua sahabatnya.

Aira mengalihkan pandangannya ke arah Lena. Ia menggeleng perlahan, "Aku juga gak tahu kenapa aku biasa saja melihat mereka."

Mendengarnya, seutas senyum muncul pada wajah Lena.

"Sahabatku sudah move on ternyata." kagum Lena seraya menepuk pundak Aira perlahan.

"Akhirnya ya, Ra. Kamu sudah bisa lepas dari bayang-bayangnya." Ucap Nayra sembari memeluk Aira dari samping.

Sementara Aira hanya tersenyum mendengar celetukan dari, sahabatnya. Sungguh, ia menantikan saat-saat ini.

"Eh, aku ketinggalan apa ini? Ikut peluk dong."

Aira, Lena dan Nayra seketika melepas pelukannya.

Mereka menoleh ke sumber suara.

"Della! Sini ikut." Ajak Nayra menarik Della ke kumpulan mereka.

***

Jefan dan Raka kini sedang berjalan menyusuri koridor sekolah.

Sebelum beranjak pulang, mereka singgah terlebih dahulu di taman sekolah mereka, SMA Grahita. Lantas duduk di salah satu kursi yang telah disediakan.

"Rak, jadi gak?" tanya Jefan pada Raka yang sibuk dengan kameranya.

"Apanya yang jadi?" tanya Raka tanpa mengalihkan pandangannya dari kamera yang sedari dipegangnya.

Jefan tergelak. Hey, bukankah Raka yang merencanakannya di awal? Mengapa sekarang ia lupa?

"Rencananya." jawab Jefan yang sukses membuat Raka mengalihkan pandangannya.

"Oh iya, jadi dong. Ayo langsung aja." ajak Raka sembari menenteng kameranya, lantas berjalan menuju tempat parkir.

***

"Dengan ini, saya, perwakilan dari Ketua OSIS SMA Zalicsa mengakhiri rangkaian kegiatan MOS selama dua hari terakhir ini. Semoga kedepannya kalian bisa membanggakan sekolah dengan segudang prestasi yang kelak akan kalian ukir. Sekian dari saya, terima kasih," tutur Gavin yang mengundang banyak seruan heboh dari kaum hawa, tidak terkecuali Nayra.

"Nay, gak usah lebay gitu." tegur Della sembari menyikut Nayra yang sedari tadi asik menatap Gavin yang masih berada di depan barisan.

Nayra yang merasa terganggu hanya merengut kesal sembari melirik Della sekilas.

"Ke depan yuk, Lena sama Aira udah di depan." Ajak Della pada Nayra yang terlihat masih dalam mode ngambek.

Nayra tidak menjawab ajakan Della.

Melihat sahabatnya yang tidak merespon, Della segera menarik tangan Nayra menuju depan gerbang, tempat Aira dan Lena menunggu.

"Ra!" panggil Nayra yang berhasil membuat Aira menoleh.

"Kenapa?" tanya Aira sembari tersenyum melihat kedatangan sahabatnya.

"Della nyebelin, dia bilang aku lebay." lapor Nayra sembari melirik sinis ke arah Della.

Sementara Della hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku Nayra yang masih kekanak-kanakan itu.

"Lena kemana, Ra?"

Aira melirik pada seorang gadis yang berdiri tidak jauh dari mereka. "Tuh, lagi angkat telpon."

Della dan Nayra mengangguk-anggukan kepalanya.

"Telponan dengan siapa?" tanya Nayra heran. Pasalnya, Lena jarang menghindar ketika menerima sebuah panggilan.

Aira menaikkan bahunya tanda tidak tahu.

"Hai semua!" sapa Lena sembari mendekati perkumpulan sahabatnya itu.

"Siapa yang telpon, Len?" tanya Aira penasaran.

"Mama kamu, Ra. Kata Mama, Mama gak bisa pulang tahun ini." Ungkap Lena.

Mereka memang sudah sepakat untuk memanggil orang tua satu sama lain dengan sebutan 'Mama' dan 'Papa'. Entah siapa yang memulainya terlebih dahulu.

Aira yang mendengar informasi dari Lena seketika terdiam. Senyum diwajahnya perlahan memudar.

"Makasih infonya, Len."

Della menepuk punggung Aira, memberi kekuatan pada gadis itu.

"Masih ada kita kok." bisik Della yang sukses membuat Aira tersenyum.

"Pulang yuk!" ajak Nayra yang langsung disetujui oleh ketiga sahabatnya.

Baru saja Lena ingin memesan taksi online, mereka berempat dikejutkan dengan kehadiran dua laki-laki berseragam putih abu-abu yang berhenti tepat didepan mereka.

Nayra, Della, Aira, dan Lena tak bisa berhenti untuk saling tatap, berusaha menduga-duga siapa sosok dibalik helm yang dipakainya.

"Hai, Len."

Pupil Lena membesar ketika melihat seseorang dihadapannya ini membuka helmnya.

"Jefan? Ngapain disini?" tanya Lena heran.

Pasalnya, sekolah Lena dengan rumah Jefan tidak searah.

"Cari kamu." Jawaban Jefan sukses membuat Lena tidak dapat menahan senyum di wajahnya.

"Dunia serasa milik berdua ya, yang lain mah ngontrak." ledek seseorang yang berada di belakang Jefan. Siapa lagi kalau bukan Raka.

"Lah, kamu juga ngapain disini?" tanya Aira pada Raka yang berhenti tepat di depannya.

"Temenin ini bocah ketemu sama doinya. Kan semalem ditinggal mabar," sahut Raka yang mengundang toyoran Lena.

Della dan Nayra yang sedari menyimak, mulai menampilkan senyum ledekan ke arah Lena.

"Oh, jadi itu alasannya tadi pagi Lena gak mood?" bongkar Della yang membuat Lena menatapnya sinis.

"To the point aja deh, ngapain kalian ke sini?" tanya Nayra.

Raka yang sedari tadi bercanda, kini mengubah ekspresinya menjadi lebih serius.

"Aku sama Jefan mau ajak kalian hangout bareng. Gimana?" Raka menatap keempat gadis itu bergantian, meminta jawaban.

"Oke, gak masalah kok. Tapi, ajak Ryan sama Azka juga." Ucap Aira sembari menatap Raka, menantang laki-laki di hadapannya.

Jefan dan Raka saling tatap, mereka diskusi dengan bahasa tubuh yang sebenarnya masih bisa dipahami oleh keempat sahabat itu.

"Deal?" Aira menyodorkan tangannya di hadapan Raka seraya tersenyum miring.

Raka menatap gadis di hadapannya ini bingung."Harus deal-deal an ya?"

Aira memutar bola matanya. "Iya lah, nanti kalian ingkar janji lagi."

"Oke, deal."