Chereads / Tanpa Alasan / Chapter 5 - Bertemu (Kembali)

Chapter 5 - Bertemu (Kembali)

"Aira kan?"

Aira mengambil nafas dalam-dalam. Lantas mengembuskannya perlahan. Lalu, ia membalikkan badannya. Berhadapan dengan seseorang yang memanggilnya tadi.

"Eh, ada Raka ternyata. Hai!" sapa Aira canggung. Berusaha bersikap santai.

Raka menatap Aira heran. Hey, gadis ini terlihat aneh.

"Kamu kenapa?" tanya Raka seraya menyerngitkan dahinya.

"Ha? Aku? Aku gak papa kok, emang ada yang salah sama aku?" Aira balik bertanya sembari tetap mempertahankan senyum paksaan di wajahnya.

Raka menatap Aira lekat.

"Enggak, gak ada yang salah kok. Tetap cantik."

Senyum paksaan Aira mulai luntur. Wajahnya kini memperlihatkan ekspresi datar.

Bugh!

"Aw! Sakit Ra!" ringis Raka ketika mendapat pukulan dari Aira menggunakan buku ujian yang lumayan tebal itu.

Aira menampilkan senyum tanpa dosanya, "Siapa suruh ngegombalin anak orang. Untung aja aku orangnya gak baperan,"

Raka menghela nafas. "Aku gak gombal kok, emang fakta."

Untuk kesekian kalinya, Aira menatap lekat lelaki dihadapannya.

"Aku emang cantik kok, baru nyadar?" usai mengatakan itu, Aira membalikkan badannya, lantas berjalan pelan meninggalkan Raka sambil sesekali menoleh kebelakang.

Raka masih bertahan pada posisinya. Ia memandang Aira dengan senyuman yang terukir di wajahnya.

"Gadis itu unik juga."

"Aira! Hey!"

Sontak, Aira menoleh ke arah sumber suara.

Terlihat Raka yang sedang mengejarnya, berusaha menyamakan posisi mereka.

"Kenapa?" tanya Aira begitu Raka sudah berada di sampingnya.

"Ikut. Boleh ya?"

Aira memutar bola matanya. Lantas mengangguk kecil.

"Oh, pantesan lama, ketemu doi dulu nih ceritanya?"

Aira dan Raka yang mendengar suara yang sudah tak asing itu segera mencari sumber suara.

Dua detik kemudian, Aira menemukan asal suara tersebut berasal.

"Apa sih, Len?"

Lena yang mengetahui Aira sedang kesal, hanya tertawa kecil. "Enggak, gak papa. Bayar kuy! Habis itu makan, aku sudah lapar nih,"

Sebagai jawaban, Aira menyatukan jari telunjuk dan jempolnya melingkar.

"Eh, kamu mau ikut, Rak?"

Raka memutar bola matanya malas, ia jengah akan panggilan namanya itu.

"Aku ikut."

***

"Mereka lama banget sih,"

"Sabar Del, mana tau mereka lagi nyariin novel pesanan kamu itu," balas Nayra menenangkan Della yang sedari tadi gelisah.

"Bisa jadi tuh. Eh, Nay, makan yuk! Aku laper nih," ajak Della yang langsung mendapat anggukan setuju dari Nayra.

Sebelum berjalan menuju dapur, mereka membereskan terlebih dahulu kamar mereka yang sekarang tampak seperti kapal pecah karena barang-barang berserakan.

Nayra mengamankan hasil karya mereka di atas meja belajarnya.

Karya mereka cukup simpel, tapi bagus. Sebuah pigura foto yang di atasnya akan ditulis tulisan lettering. Masing masing pigura itu akan dikasih foto kebersamaan mereka berempat.

Tidak apa stok foto yang mereka miliki berkurang, toh juga bisa dicetak kembali.

"Udah, Nay?" tanya Della dari luar kamar.

"Udah, Del," jawab Nayra sembari berjalan menuju dapur, tempat Della berada.

"Bi, ada makanan gak?" tanya Nayra kepada Bi Inah yang sedang berkutat dengan minuman ditangannya.

"Ada, non. Itu di bawah tudung saji ada ayam goreng tepung," jawab Bi Inah sembari tetap meracik segelas teh dengan tangannya.

"Oh, makasih, Bi."

Nayra segera berjalan menuju meja makan. Ia mengambil sesendok nasi dari rice cooker lantas mengambil satu potong ayam tak lupa dengan kuah yang cukup banyak.

"Del, nyari apa, sih?" tanya Nayra heran.

Bagaimana tidak? Kini Della sedang duduk di depan kulkas sembari membongkar isi kulkas seakan-akan sedang mencari sesuatu.

"Cemilan favoritku, Nay. Dimana ya?"

"Oh, Qtela yang kemasannya besar itu?" tanya Nayra sembari melahap makanan yang ada di piringnya.

Della mengangguk tanpa menoleh ke arah Nayra. Tangannya sibuk mencari hingga ke area belakang kulkas.

"Udah kumakan tadi malam. Habis." Jawab Nayra enteng.

Seketika, tangan Della terhenti dari aktivitasnya barusan.

Perlahan, ia menoleh ke arah Nayra dengan tatapan tajam.

Nayra yang ditatap hanya menampilkan senyum tanpa dosanya. Sembari terus mengunyah makanannya.

Melihat respon Nayra, Della menghela nafas kasar. Sudahlah, tak ada gunanya marah, lebih baik ia makan saja.

"Del, kamu gak mau makan? Enak loh ayamnya. Bi Inah pinter banget bikinnya," puji Nayra sembari mengancungkan jempol ke arah Bi Inah berada, tempat cuci piring.

Bi Inah tertawa melihat kelakuan majikan kecilnya itu.

Della memasukkan kembali makanan dan minuman yang tadi sempat ia keluarkan ke dalam kulkas.

Selepas itu, ia bangkit, dan bergabung dengan Nayra. Bersiap makan.

"Lain kali izin dulu kalau mau minta." Kata Della dengan ekspresi datar.

Nayra menatap Della, lantas tersenyum begitu mengetahui maksud perkataan sahabatnya yang satu ini.

"Ya maaf, gak lagi deh."

***

"Iya, dimaafin."

"Makasih, Aira," ucap Lena sembari memeluk Aira dari samping.

Aira hanya tersenyum tipis, lantas melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda, menghabiskan makanan di hadapannya.

"Kamu suka banget sama milkshake vanila?" tanya Raka.

Pasalnya, Lena salah memesan untuk Aira yang awalnya milkshake vanila menjadi milkshake coklat saja membuat Lena menjadi sangat merasa bersalah.

Aira menoleh pada Raka.

"Iya, gak tau kenapa aku lebih suka vanila daripada coklat."

"Oh, kalau dibandingkan stroberi?" tanya Raka lagi.

Aira berpikir sejenak.

"Tetap Vanila," jawab Aira mantap.

"Kekeuh banget pendiriannya," timpal Raka yang mengundang tawa kecil dari Aira.

"Ya gitu deh."

"Padahal restorannya tertutup loh, kok banyak nyamuk ya?" Lena bermonolog sendiri.

Aira menatap Lena heran, ia paham maksud sahabatnya. Lena menyindir dirinya dan Raka.

"Emang banyak nyamuk, Ra?" tanya Raka begitu mendengar celetukan Lena.

Aira mengangkat bahunya, "Gak tau deh, kayaknya enggak ada sih,"

"Terus kok Lena bilang banyak nyamuk?"

Aira melirik Lena yang masih bertingkah seolah terdapat banyak nyamuk disekitarnya.

Sebenarnya, tak hanya Aira yang paham maksud Lena tadi, Raka pun sama. Namun ia memilih untuk berpura-pura tidak peka. Berbincang dengan Aira seru juga.

"Au dah, aku mau makan lagi." Aira lantas melahap kembali makannya.

Semenit kemudian, ketiganya asik menghabiskan makanan mereka masing masing.

***

"Kami pulang!" seru Aira dan Lena begitu memasuki rumah mereka.

"Ngapain aja di Mall? Ngebangun rumah ya? Lama amat dah." ketus Nayra yang sedang duduk di sofa sembari mengganti-ganti channel tv nya.

"Sewot amat, dah." cibir Lena.

Sementara Aira hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya itu.

"Della mana?" tanya Aira kepada Nayra.

"Di kamar."

"Oke, makasih."

Aira segera ke kamar dengan kantong plastik yang tergantung di tangannya.

Sementara Lena duduk di samping Nayra.

Semenit kemudian, Lena dan Nayra terlihat asik mengobrol ria. Entah apa yang mereka bahas.

"Del,"

Della menoleh ke arah pintu. terlihat Aira yang memasuki kamar dengan menenteng sebuah kantong plastik.

"Iya, Ra? Kenapa?"

Aira menyodorkan plastik yang berada di tangannya ke arah Della, "Pesanan kamu."

Sontak, Della tertegun, menatap Aira tidak percaya.

"Pesanan novel aku?"

Aira mengangguk mantap.

Della segera merampas kantong plastik yang tadi disodorkan oleh Aira.

Aira tersenyum simpul melihat tingkah laku Della.

"Makasih, Aira!" pekik Della kegirangan. Ia meloncat, memeluk Aira sangat erat.

Aira yang dipeluk hanya tersenyum sembari menepuk-nepuk punggung Della, namun wajah Aira terlihat seperti seorang yang kehabisan oksigen.

"Del...."

"Ya?" tanya Della tanpa melepas pelukannya.

"Sesak..."

Della seketika melepaskan dekapan eratnya, saat itu juga Aira menghirup oksigen sebanyak-banyaknya seakan sudah tidak bernafas selama beberapa menit lamanya.

"Hehe, maaf Ra, kesenangan soalnya." kekeh Della disertai cengiran tanpa dosanya.

Sebagai balasan, Aira tersenyum hambar, "Semerdeka kamu lah, Del."

"Oh iya," Della berjalan menuju meja belajar Nayra. Mengambil karya yang mereka buat sekitar 30 menit yang lalu.

"Nih, tinggal Lena tulis aja kata-kata gitu, setelah itu, jadi deh!" Della menyodorkan pigura foto yang ia buat bersama Nayra.

Aira menatap foto itu lekat. Foto disaat mereka berempat dinyatakan ikut serta dalam pertukaran pelajar di London.

Bibirnya tersenyum perlahan. 

Pandangan Aira mulai membuyar oleh air mata.

Della yang menyadari perubahan sikap dari sahabatnya itu tidak tinggal diam.

"Ra, kenapa?"

"Enggak, gak papa kok. Kita gabung sama yang lain yuk di depan, sekalian nunjukin ke Lena juga."

Della mengangguk setuju. Lantas bangkit, lalu berjalan luar kamar sembari membawa karya yang ia dan Nayra buat.

Aira keluar dari kamar disambut dengan tatapan ledekan dari Nayra dan Lena.

"Kenapa ngeliatinnya gitu?" tanya Aira ketika sudah duduk di samping Nayra.

"Cie Aira, udah dapat yang baru nih?"

Della yang baru saja duduk di sebelah Lena, terperanjat.

"Eh, ada apa ini? Kalian tega ya gak cerita-cerita sama aku."

"Ini loh Del, Aira tuh sudah move on dari Azka. Terus, sekarang dia sudah dapat pengganti yang lebih baim dari mantan doinya itu." jelas Lena sembari melirik Aira yang kini masih berusaha mencerna topik pembicaraan yang sedang mereka bahas itu.

Sedetik kemudian, Aira tersadar dengan apa yang sedang mereka bahas.

"Lena! Usil ya kamu nyebarin gosip-gosip gak benar tentang aku."

Mendengarnya, Lena hanya tertawa puas sembari menghindari lemparan bantal dari Aira yang tidak ada henti-hentinya itu.

"Iya-iya aku minta maaf, tapi benar kan kalau Raka itu penggantinya Azka?"

"Lena!!"