"Gak usah teriak gitu kenapa sih, Len? Orang-orang pada ngeliatin tuh, aku sama Della kan jadi malu,"
Lena hanya terkekeh mendengar omelan sahabatnya yang satu itu.
"Ya maaf, Ra. Habis tadi kami liat kalian berdua lari-lari gitu. Ya udah, aku panggil deh," balas Lena mencari alasan.
"Ya gak usah teriak juga lah," kini, giliran Della yang mengomel.
Lena menghembuskan nafas pasrah.
"Iya-iya, gak lagi deh,"
Semenit kemudian diisi oleh kesunyian. Ketiga sahabat itu hanyut dalam pikirannya masing-masing.
Ketiga? Iya, ketiga.
Karena Nayra sedang asik menatap seseorang yang sedang bermain basket ditengah lapangan.
Gerakannya yang lincah, tembakannya yang akurat, serta pesonanya yang tak tertandingi membuat Nayra tidak dapat melepas pandangannya.
"Nay?"
Nayra terdiiam, tidak menjawab panggilan Della.
"Nay?"
Kini, giliran Lena yang memanggil Nayra. Namun, tetap saja. Nayra tidak menjawab sama sekali.
Aira yang melihat keanehan dari sahabatnya itu, mengikuti arah pandang Nayra.
Sedetik kemudian, Aira tersenyum ketika menyadari Nayra sedang menatap salah satu kakak tingkat mereka.
Ardian Adhlino Gavin. Salah satu cowok populer di sekolah mereka. Jabatannya sebagai wakil ketua OSIS membuatnya terkenal hingga ke sekolah lain. Ditambah kemampuan basketnya yang tidak tertandingi menjadikannya ketua basket di SMA Zalicsa.
"Gitu banget ngeliatinnya sampai sahabatnya sendiri dianggurin," ledek Aira sembari mendorong pelan bahu Nayra.
Sekejab, Nayra tersadar dari lamunannya.
"Apa sih, Ra?"
Lena dan Della yang sudah paham akan maksud Aira pun ikut meledek Nayra.
"Ngeliatin siapa sih, Nay?" tanya Della penasaran.
Nayra tidak menjawab. Ia menunduk, sibuk menyembunyikan malunya karena terpergok oleh Aira.
"Bang Gavin, ya?"
Sontak, Nayra menolehkan kepalanya pada Lena.
"Namanya bang Gavin?" tanya Nayra polos.
"Cieeeee, Nayra!"
***
"Sampai sini paham?"
"Paham!" jawab semua murid baru ketika ditanyai oleh ketua OSIS tadi.
"Baiklah, kalau begitu, kalian sudah boleh pulang. Sampai jumpa besok,"
Sedetik kemudian, para peserta MOS bubar dari lapangan upacara. Bersiap untuk pulang.
Begitupun dengan Aira, Lena, Della, dan Nayra.
Setelah bubar, mereka segera berjalan ke depan gerbang masuk bersama murid-murid yang lain.
"Habis ini langsung pulang?" tanya Lena kepada ketiga sahabatnya.
Aira berpikir sejenak.
"Bahan bahan yang dibawa besok udah ada di rumah?" tanya Della kepada Lena.
"Hmm, minuman tiga kaki, minuman superhero, buah putri salju dan ratu perak," gumam Lena sembari membaca daftar bahan yang harus mereka bawa besok.
"Kayaknya gak ada deh di rumah," timpal Aira.
Della mengangguk setuju, "Iya deh, Len. Kayaknya dirumah gak ada stoknya."
Lena mengangguk mengerti.
"Gini deh, kamu sama Aira belanja aja di Mall dekat sini. Entar aku sama Della yang buatin karya dari stik eskrimnya. Kan di kamarku banyak tuh stik nganggur," usul Nayra yang disambut ekspresi riang oleh ketiganya karena telah mendapat jalan keluar.
"Tumben pinter," canda Lena sembari menyenggol pelan bahu Nayra.
Sementara Nayra hanya terkekeh mendengar candaan Lena.
"Ya udah, pesan ojol aja dulu," saran Della. Yang lain mengangguk setuju.
Nayra dan Lena membuka handphone mereka, lalu memesan taksi online di salah satu aplikasi.
"Buatnya yang bagus ya, Del," pinta Aira sembari tersenyum miring.
Della memutar bola matanya, "Iya-iya, kamu kayak gak tahu aja kemampuan temanmu yang satu ini,"
"Iya deh iya, terserah kamu aja," balas Aira dengan senyum hambarnya.
"Ra, dah datang tuh taksi nya, yuk!" ajak Lena setelah melihat sebuah mobil parkir dihadapan mereka.
"Kalian mau nitip sesuatu?" tanya Lena sebelum memasuki mobil.
"Hmm, aku nitip novel aja." Pesan Della.
Tanpa bertanya novel apa yang dimaksud, Lena sudah mengetahuinya. Itu disebabkan, novel yang Della pesan, memang novel yang selama ini ia cari-cari. Namun, selalu saja ada hambatan saat Della ingin membelinya.
"Siap!"
"Kami duluan, ya, dadah!" pamit Aira.
Semenit kemudian, mobil yang ditumpangi Aira dan Lena sudah bergabung dengan kendaraan lainnya di jalan raya.
"Del, tuh mobilnya," tunjuk Nayra ke arah sebuah mobil yang posisinya tak jauh dari mereka.
"Yuk."
***
"Ra,"
Hening, tidak ada jawaban.
"Ra," panggil Lena sekali lagi.
"Hmm?" tanya Aira yang kini sedang sibuk mencari bahan yang harus dibawa besok.
"Besok tuh harus bawa apa aja?" Lena balik bertanya.
Aira tidak menjawab. Tetapi, ia menyodorkan kertas berisi bahan yang wajib mereka bawa pada esok hari.
Lena menggerutu sebal. Bukan itu yang dia maksud. Lena sudah tahu bahan yang mereka bawa. Tetapi, ia tidak tahu makna tersirat dari bahan bahan yang disampaikan oleh ketua OSIS tadi.
"Ihh, maksud bahan-bahan ini tuh apa?" tanya Lena lagi. Kali ini nadanya berubah menjadi nada sebal.
Aira menatap Lena lekat.
Hey, bisakah sahabatnya yang satu ini diam dulu? Tidakkah ia tahu, bahwa dirinya sedang fokus mencari bahan yang harus mereka bawa? Dasar Lena!
"Minuman tiga kaki itu Larutan Cap Badak, minuman superhero itu Ultramilk, kalau buah putri salju itu buah apel, dan ratu perak itu maksudnya Silverqueen. Gitu aja gak tau."
"Oh, bilang dong," balas Lena dengan senyum tidak bersalahnya.
"Kamu cari apel dong, Len. Sekilo aja. Tuh, tempat buahnya disana!" pinta Aira sembari menunjuk posisi buah-buahan berada.
"Oke. Kamu tunggu disini ya, biar kita gak mencar,"
Aira mengangguk mengiyakan.
Tak butuh waktu yang lama untuk Lena mencari buah apel yang dipesan Aira.
Sekembalinya Lena dari tempat buah-buahan, Aira juga sudah menyelesaikan tugasnya mencari minuman yang harus mereka bawa.
"Udah semua?" tanya Lena pada Aira.
Aira mengangguk, "Minumannya udah, tinggal satu lagi nih,"
"Ya udah, langsung ke kasir aja, biasanya Silverqueen ada di dekat sana."
"Oke."
***
"Lem tembak dong, Nay!"
"Nih," Nayra menyodorkan lem tembak kepada Della.
Kini, mereka berdua sedang membuat tugas yang harus selesai hari ini juga. Yaitu, kerajinan dari stik es krim.
"Lena sama Aira tega banget sih nyuruh kita bikinin tugasnya," keluh Nayra sembari mengelap dahinya yang berkeringat.
Della tertawa kecil, "Ini kan idemu, Nay. Gimana sih?"
Nayra tertegun sejenak, "Iya juga ya."
Della hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan sahabatnya.
"Rambutmu ikat dulu gih, Nay. Tadi hampir kena lem loh," saran Della ketika melihat rambut Nayra hampir terkena lem tembak yang mereka gunakan.
Sebagai jawaban, Nayra bangkit, lantas mengambil ikat rambut dari meja riasnya. Lalu, mengikat rambutnya agar tidak menganggu aktivitasnya.
"Nah, gitu dong. Kan cantik," puji Della.
Sementara yang dipuji hanya tersenyum manis.
"Iya dong, aku kan emang cantik."
Ekspresi Della yang awalnya tersenyum, berubah menjadi datar ketika mendengat perkataan Nayra yang kelewat pede itu.
"Iya deh, yang lagi jatuh cinta mah beda," goda Della yang dibalas pelototan dari Nayra.
"Ihh, apa sih, Del!"
Nayra melempar beberapa stik ke arah Della sebagai bentuk kekesalannya. Sementara Della membalasnya dengan tertawa puas.
***
"Aku ke rak buku-buku ujian ya, Len," izin Aira.
"Oke. Aku mau nyari novel dulu. Eh, by the way, kan kita masih kelas sepuluh, kok udah mau beli buku ujian, Ra?" tanya Lena heran.
"Gak ada salahnya kan kalau bersiap dari sekarang?"
Lena hanya geleng-geleng kepala melihat sahabatnya yang terlampau rajin itu.
Sepeninggalan Aira, Lena berjalan menuju rak buku-buku novel. Ia mencari novel pesanan Della.
Sementara itu....
"Nah, ketemu!" gumam Aira ketika mendapatkan buku 'Fokus UN SMA Program IPA'
"Mana sih bukunya? Dari tadi gak ketemu."
Gerutu dari seseorang yang tidak jauh darinya, membuat Aira menoleh kebelakang. Ia sepertinya mengenali suara itu.
"Itu kan..." gumam Aira terputus ketika seseorang itu menoleh kepada Aira.
Aira memalingkan wajahnya, berpura-pura mencari buku sembari berusaha menghindari orang tersebut.
"Aira?"
Aira bertambah panik ketika seseorang yang baru saja ia kenali itu memanggil namanya.
"Haduh, gimana nih?"